"Bagaimana sih, ini. Apa kalian tidak bisa bekerja. Rugi disekolahkan mahal-mahal!"
"Bagaimana sih, pelayanan di sini. Kenapa yang ada cuma petugas pengganti!"
* * * * *
Aku mencoba menyelami dan berempati pada mereka yang hari ini berprofesi sebagai abdi negara. Mereka duduk di berbagai posisi bidang pelayanan. Ada yang bekerja di bidang pendidikan, kesehatan atau pelayanan administrasi, bahkan sosial. Dengan berbagai strata latar belakang pendidikan, mereka memutuskan untuk mengabdikan diri pada pelayanan kepada masyarakat.
Ada saja keluhan dan kritik yang dialamatkan kepada mereka. Tentu saja, bisa jadi keluhan dan kritik tersebut merupakan hal yang membangun. Bisa jadi pula, kondisi yang sedang kita alami adalah kondisi darurat yang membutuhkan penanganan serius. Namun ada baiknya bila masukan atau pun saran tersebut tetap dilakukan dengan cara-cara yang mengedepankan kebijaksanaan.
Sebuah ungkapan menyatakan bahwa kita dapat menikmati hidup dengan tenang dan nyaman hari ini karena ada orang lain yang telah mengorbankan waktu dan tenaganya. Benar juga ya, karena keberadaan mereka yang bergerak di bidang pelayanan publik-lah hari ini kita dapat menikmati hidup yang lebih baik.
Kita bisa membayangkan apa jadinya bila petugas kebersihan tidak datang mengambil sampah rumah tangga dari rumah kita seminggu saja. Atau dapat pula kita bayangkan apabila lalu lintas yang macet di pagi hari tidak ada lampu lalu lintas dan polisi yang mengaturnya. Apa jadinya pula apabila sebuah lembaga pelayanan seperti rumah sakit tidak pernah dirawat dan dibersihkan. Belum lagi jasa para pelayan publik lainnya mulai dari guru, dosen, dokter, perawat, marbot, juru parkir dan sebagainya.
Dengan menyampaikan masukan dengan cara yang santun, bukan tidak mungkin respons yang kita terima adalah sebuah pelayanan yang lebih baik. Adalah suatu hal yang wajar sebuah kebaikan akan berbalas kebaikan. Dan sangat manusiawi sekali jika sebuah petuah mengatakan setiap orang pada dasarnya ingin dihargai. Ketika kita mencoba mengerti dari sudut pandang abdi negara tersebut--apakah dokter, guru, petugas keamanan, juru parkir, perawat, dan sebagainya--kita akan lebih mudah mengkomunikasikan maksud kita kepadanya.
Berupaya bersikap positif dengan tetap proaktif dan sadar (baca: waspada) terhadap permasalahan yang timbul adalah sikap terbaik. Di satu sisi kita memerlukan pelayanan dari para abdi negara. Di sisi lain kita tetap menunjukkan penghargaan dan penghormatan pada kesediaan mereka untuk melayani masyarakat dengan sepenuh hati. Dengan budaya saling menghargai, mudah-mudahan kualitas pelayanan dapat meningkat yang pada akhirnya akan menguntungkan semua pihak (win-win solution).
Banda Aceh, 13 Oktober 2013
Pukul 13.21
Belum ada tanggapan untuk "Belajar Berempati Pada Abdi Negara"
Post a Comment