Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Malu Jadi Koruptor

Beberapa hari yang lalu seorang teman di grup Gam Inong Blogger yang saya ikuti menampilkan sebuah kalimat yang sama sekali sulit untuk dipahami apalagi dimengerti dalam blantika perkalimatan di Indonesia. Hal yang luar biasa (duile) adalah menemukan kenyataan dari baris-baris komentar status tersebut bahwa saya bisa mengakses Kamus Besar Bahasa Indonesia secara online. Setelah bertanya pada Mbah Google,  saya pun men-download buku yang sejatinya hanya beberapa kali saya jumpai di toko buku dan sempat beberapa kali ingin mengajaknya pulang tapi belum kesampaian.

Lalu hari ini saya memejamkan mata dan membuka kamus yang sudah dalam bentuk pdf itu lalu saya akan mengehentikan pada saat tertentu dan menulis kata yang terlihat pada halaman tempat saya berhenti tersebut.
Di halaman itu terdapat kata benalu. Di rumahku ada sebuah buku karangan KH. Abdullah Gymnastiar yang berjudul “Malu Jadi Benalu”.

Saya memilih untuk mengganti kata koruptor dengan benalu, sebab menurut saya, korupsi dimulai dengan ketiadaan rasa malu. Sebab sejatinya, seseorang yang ingin menjadi pejabat pasti memahami bahwa jabatan yang diembannya adalah ladang amal, ladang untuk berbakti dan mengabdi kepada negara. Tidak akan terpikirkan sedikit pun untuk berkhianat dan membelanjakan uang negara atau memanfaatkan wewenang yang dimilikinya untuk memperkaya atau menguntungkan diri atau kelompoknya atau kelompok tertentu.

Sungguh mengagumkan apabila kita melihat pada hari ini masih banyak di sekeliling kita orang-orang yang malu jadi koruptor. Mereka rela hidup dalam kebersahajaan. Mereka mengabdikan dirinya untuk sebesar-besar kebahagiaan rakyat. Mereka tersebar dari keramaian kota hingga ke pelosok desa. Mereka senantiasa hadir bagi keperluan-keperluan rakyat. Mereka ada yang bekerja di sekolah, rumah sakit dan unit kesehatan lainnya, kampus, rumah-rumah ibadah, di depan layar kaca atau mengudara di radio. Mereka dapat hadir dalam tampilan bersahaja ataupun berpunya. Dengan senyum tulus, hadir memberikan jasa untuk upaya mencerdaskan, menyehatkan, menyejahterakan  bangsanya.

Mereka malu jadi koruptor. Malu semalu-malunya. Tiada harga diri apabila segenap perjuangan dan pengabdian mereka bagi bangsa yang dicintainya ternoda oleh lembar-lembar rupiah atau kenikmatan dunia lainnya yang mempesona. Mereka menjaga semangat jiwa sedari dini agar mencintai jalan kebenaran. Rumit-sukar ataupun lempang, mereka tempuhi kebaikan itu. Menebar senyuman pada sesama, yang sejatinya adalah tersenyum kepada Allah Swt. Penyayang, disayang.

Oleh karena itu mereka selalu mulia. Yang dokter selalu dido’akan oleh pasien-pasiennya. Yang guru selalu dido’akan oleh para muridnya. Yang melayani selalu dido’akan oleh para kliennya. Kebahagiaan senantiasa melingkupinya.

Banda Aceh, 09 Oktober  2013

Pukul 18.11

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Malu Jadi Koruptor"

Post a Comment