Entah apa yang terjadi, kami kebingungan. Dimulai ketika suatu ketika Naila bicara sambil berbisik-bisik. Kami terheran-heran. Lalu kami mencoba untuk mengajaknya bermain, atau bersenda. Dia hanya terdiam lesu. Tak ada gairah.
Awalnya kami mengira Naila sedang sakit. Tapi kejadian ini berulang kali terjadi dan sudah berminggu-minggu. Kami tidak tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi. Naila hanya menyahut bila aku mengerjainya dengan mengganti nama panggilannya dengan nama ponakanku yang lain. Dia langsung membetulkan dengan menyebut namanya dengan suara yang jelas dan terang. Lepas dari itu dia kembali berbisik-bisik. Bahkan pada mulanya karena ia berbicara dengan berbisik-bisik, kami tak mendengar ia mau Buang Air Besar (BAB) dan jadilah dalam satu hari dua kasur mesti dibersihkan lantaran Naila tidak sempat BAB ke kamar mandi.
Naila memang sudah jarang tinggal bersama kami. Sejak usianya dua tahun dia sudah sering dititipkan ke playgroup manakala ibunya mengajar di sebuah perguruan tinggi negeri. Naila juga sudah tinggal bersama orang tuanya sehingga kami jarang bertemu. Namun sesekali Naila masih dibawa ke rumah lantaran ibunya mengajar sampai sore.
Setelah kira-kira satu bulan lamanya, tadi pagi Mamakku--Neneknya mengajaknya ngobrol berdua saja. Naila diantar oleh ayahnya ke rumah kami untuk bermain-main lantaran ayahnya juga sedang libur sebab besok Hari Raya 'Idul Adh-ha. Saat kami duduk di ruang tamu, Mamak bercerita bahwa baru saja Naila menceritakan tentang permasalahannya di sekolah. Saat ada seorang temannya memukulinya. Ibu gurunya di playgroup sudah menengahi namun sepertinya Naila terlanjur merasa sedih. Kami pun akhirnya mulai memahami apa yang melatarbelakangi sikap aneh Naila beberapa waktu belakangan ini.
Siangnya muncul kembali pemandangan yang lama kurindukan. Naila berlari-lari kegirangan main kejar-kejaran dengan Yah Cut-nya--adikku. Akhirnya Naila tersenyum lagi.
Banda Aceh, 14 Oktober 2013
Pukul 15.34
Belum ada tanggapan untuk "Naila Pun Tersenyum Lagi"
Post a Comment