Seorang pemuda mendatangi ibu itu, lalu bertanya. "Ibu, mengapa ibu bersedih?" Ibu itu berpaling ke arah pemuda itu. Sambil melirik sayur mayur yang dijajakannya ia berkata, "saya selalu seperti ini."
Pemuda itu bertanya lagi, "mengapa ibu bersedih?" Ibu itu menghela nafas sambil duduk kembali ke kursinya. "Saya mempunyai dua orang anak," ujarnya. "Yang seorang adalah penjual es lilin, dan seorang lagi adalah penjual payung."
Pemuda itu mendengarkan dengan penuh perhatian.
Ibu itu melanjutkan, "setiap kali ibu mengingat kedua anak ibu, ibu bersedih. Jika hujan turun, pasti anakku yang berjualan es lilin dagangannya tidak laku. Dan jika panas, pasti anakku yang menjual payung tidak laku jualannya."
Pemuda itu manggu-manggut. Ia pun mengerti hal yang telah mengusik pikiran ibu itu, yang membuat raut wajahnya tak pernah berseri-seri setiap kali ia lewat di lorong pasar tempat ibu itu menjajakan barang dagangannya.
"Ibu, mengapa ibu tidak berpikir untuk membayangkan hal-hal yang dapat membahagiakan ibu?"
"Jika hari hujan, ingatlah anak ibu yang sedang menjual payung. Jika hari cerah, ingatlah anak ibu yang satunya lagi yang menjajakan es lilin. Dengan demikian, ibu akan lebih mudah berbahagia karena hati ibu senantiasa bersyukur atas karunia-Nya," lanjut pemuda tadi.
Wajah ibu tadi tiba-tiba menjadi cerah. Ia pun menyadari ternyata kunci untuk bisa berbahagia adalah mensyukuri apa yang sudah dimilikinya.
"Terima kasih, kamu sungguh telah membuka mata hati ibu, kini ibu akan lebih bersyukur atas segala anugerah dari Tuhan."
Pemirsa, sejatinya ada banyak cara untuk bisa mencapai kebahagiaan internal, yang dapat mempermudah kita untuk meraih kesuksesan-kesuksesan dalam kehidupan. Cherish every moment, syukuri setiap kejadian maka mudah-mudahan kita akan lebih mudah mengambil manfaat dari setiap kejadian.
Kebaikan ataupun keburukan, dapat bernilai menjadi kebaikan jika kita sikapi seara positif. Nabi pun mengajarkan, bahwa orang-orang mukmin adalah orang-orang yang senantiasa dinaungi keberuntungan. Karena apabila diberi kenikmatan maka selalu disyukuri, dan bila diuji dengan musibah maka disikapi dengan kesabaran.
Mari kita berikan diri kita untuk setiap masalah, kita hadapi dengan penyikapan yang terbaik. Bahwa masalah itu datang pasti ada hikmahnya, untuk membuat kita menjadi lebih dewasa. Agar kita terus meningkatkan ilmu dan keterampilan untuk menghadapai masalah itu. Sehingga kita menjadi pribadi yang lebih matang setelah ditempa oleh ujian tersebut.
"Saya sudah belajar kalau saya tak selalu mendapatkan apa yang saya sukai, oleh karena itu saya selalu menyukai apa yang saya dapatkan."
(Arvan Pradiansyah)
Banda Aceh, 03 April 2014
Belum ada tanggapan untuk "Seorang Ibu dengan Dua Orang Anak"
Post a Comment