Bulan Ramadhan kali ini terasa istimewa bagi bangsa Indonesia. Dalam bulan Ramadhan kali ini kita akan melalui sebuah pesta demokrasi bernama Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Di bulan ini pula, malam-malam Ramadhan kita akan ditemani suguhan siaran langsung pertandingan Piala Dunia Brasil 2014. Nah, saya akan menyampaikan opini saya terkait kedua hal tersebut sebelum kita mengkaitkannya dengan keseharian berlalun lintas kita.
Piala Dunia Brasil 2014
Ajang Piala Dunia 2014 hadir di tengah suasana sosial ekonomi yang mulai membaik di Brasil. Keadaan tersebut ditandai oleh pertumbuhan ekonomi Brasil yang mulai disegani dunia dan tidak terlalu terimbas oleh krisis global beberapa tahun belakangan ini. Sebagai dampak positifnya, Brasil tergabung dalam persekutuan negara-negara yang potensial menjadi kekuatan ekonomi baru yang dikenal sebagai Brasil, India, China dan Afrika Selatan. Sebagai catatan, negara kita Indonesia sempat disebut-sebut akan tergabung ke dalam persekutuan tersebut.
Piala Dunia Brasil 2014, meskipun tetap menimbulkan pro dan kontra bagi warga Brasil sendiri oleh karena jumlah biaya yang dikeluarkan yang tidak sedikit dalam persiapan dan penyelenggaraannya. Masa depan gemilang ekonomi Brasil seakan dipertaruhkan dalam sebuah penyelenggaraan event empat tahunan dalam kalender FIFA tersebut. Tidak kurang Romario, salah seorang bintang sepakbola Brasil saat meraih Piala Dunia di tahun 1994 mempelopori suara penolakan terhadap penyelenggaraan ajang tersebut. Meskipun demikian, Piala Dunia 2014 tetap berlangsung meriah dengan timnas Brasil yang hingga saat ini masih bertahan melaju ke babak semifinal.
Bicara Piala Dunia, kita pun menjadi teringat akan pejuangan teman-teman kita tim nasional PSSI U-19 yang sedang akan berjuang keras di Piala Asia U-19 di Myanmar Desember nanti. Tim asuhan coach Indra Sjafri akan bertarung keras untuk memperebutkan tempat terbaik agar dapat lolos ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru tahun 2015 mendatang. Kita do'akan semoga timnas bisa berprestasi gemilang dan mewujudkan cita-cita mulia tersebut dalam membangkitkan kebanggaan bagi bangsa Indonesia.
Bagi saya, suguhan pertandingan sepakbola merupakan hiburan tersendiri. Tentu tidak dapat dipungkiri bahwa sebagaimana layaknya hiburan, ia tak dapat diperlakukan secara berlebihan--harus tetap dalam porsi dan batas-batas yang jelas. Seorang teman berkomentar tentang hal ini--bahwa sepakbola adalah dunia di mana miniatur fairplay (baca: keadilan) ditegakkan dengan relatif lebih "pas". Dalam pandangan tersebut, saya bisa menyimpulkan bahwa sepakbola menjadi hiburan tersendiri manakala dalam keseharian kita masih menemui benteng-benteng kenyataan dari impian kita akan terwujudnya kehidupan yang berkeadilan dan berkemakmuran, sebagaimana jargon-jargon yang menjadi perjuangan bangsa kita selama ini.
beritasingkat.com
Pilpres 2014
Apa yang terbayang jika kita menyebutkan Pilpres 2014? Bagi kamu yang aktif di sosial media, tidak bisa tidak akan menemui fakta di mana penyelenggaraan Pilpres kali ini adalah pertunjukan perang opini terbesar di media maya. Tidak sedikit issue (baca: desas-desus) yang disebarkan entah dengan motif apa yang bisa membuat suasana bersosial media dewasa ini bagaikan kondisi perubahan iklim yang sangat ekstrem. Maksud saya: bisa membuat pengakses dunia maya menjadi panas dingin. Beberapa berita didukung dengan gambar-gambar seadanya namun dipoles sedemikian rupa dengan puja-puji ataupun caci maki. Tidak sedikit pula gambar meme (istilah untuk gambar editan yang disebar untuk maksud humor) dihadirkan untuk lebih menambah kesan dramatisasi desas-desus tersebut.
Sebentar, sebelum melangkah lebih jauh, saya ingin membahas kata desas-desus yang pernah saya baca beberapa tahun silam dalam sebuah kolom di surat kabar. Kata ini dalam bahasa Inggris disebut "issue". Saya membuka kamus online http://kbbi.web.id untuk memperoleh pengertian atau makna harfiah dari kata tersebut.
Hasilnya:
Saya ingat dalam kolom pada surat kabar tersebut dikemukakan sebuah ungkapan bahwa bisa saja ada kesalahpahaman terhadap kata desas-desus seperti yang terjadi selama ini, Berdasarkan pengertian kedua kata desas-desus ini, ternyata desas-desus memiliki makna sebuah pembicaraan orang banyak yang belum tentu kebenarannya. Hal ini berlawanan dengan pemahaman yang berkembang dalam masyarakat manakala disebutkan kata issue atau desas-desus maka secara otomatis akan beranggapan bahwa berita tersebut adalah kabar angin semata.
Di ujung kolom tersebut, sang penulis berseloroh bisa saja seorang tokoh publik akan berkilah "itu cuma desas-desus" ataupun "itu hanya issue belaka" dalam menanggapi pertanyaan jurnalis tentang suatu tuduhan yang sedang menjadi desas-desus. Jika itu yang diungkapkan, sesungguhnya sang tokoh publik tidak sedang menjawab apa-apa melainkan hanya menegaskan kembali sebuah pertanyaan yang dikemukakan.
Wah, sepertinya saya sudah terlalu jauh melebar pada penjelasan makna kata desas-desus. Pada dasarnya saya ingin mengungkapkan rasa prihatin saya atas maraknya desas-desus yang sering disebarkan dengan semangat menebar permusuhan di dunia maya. Seperti catatan dalam status seorang teman saya baru-baru ini bahwa sangat disayangkan bahwa orang-orang yang berstatus cendikiawan, politisi, pengusaha dan public figure lainnya terlibat dalam kekisruhan atau sering disebut para budayawan dengan kata "angkara murka" tersebut. Bukan sekedar perang opini, namun juga telah melibatkan emosi mendalam yang dengan ceroboh telah ditampilkan di muka umum melalui media sosial, yang pada akhirnya justru hanya menjatuhkan reputasinya sendiri.
Hanya sebuah do'a yang bisa saya titipkan dan semoga pembaca juga mengaminkannya ya, agar Pilpres kali ini berlangsung aman dan damai di tengah suasana Ramadhan ini. Semoga pemilu ini menjadi sarana kebahagiaan rakyat bahwa mereka masih dan selalu punya cita-cita dan harapan bagi bangsa dan negara yang mereka cintai. Siapa pun yang terpilih, dialah presiden kita.
beta.beetroid.com
Berhenti sejenak. Apakah kita sudah memeriksa sikap dan kebiasaan kita dalam berlalu lintas? Beberapa waktu yang lalu, seorang teman pernah membuat status dalam rangka mencari data-data mengenai masalah lalu lintas apa yang paling sering ditemui para pengguna jalan raya.
Dari komentar-komentar yang diberikan masalah yang paling sering muncul adalah ketidaksepahaman para pengguna lalu lintas terhadap pemaknaan warna lampu lalu lintas (paham kan maksud saya, hehehe). Meskipun dewasa ini banyak sudah instrumen yang ditambahkan, seperti timer yang dipasang di samping lampu lalu lintas, tetap saja ada yang melanggar bahwa merah berarti berhenti, kuning berarti hati-hati dan hijau berarti jala terus.
Kebiasaan bermai Gadget ketika lampu merah sebenarnya juga menjadi keluhan bersama. Gara-gara barisan terdepan di area lampu lalu lintas asyik bermain gadget (umumnya dalam mobil tapi tidak menutup kemungkinan yang bukan mobil), ia terlambat melajukan kembali kendaraannya 3-5 detik ketika lampu sudah kembali hijau. Akibatnya barisan di belakangnya jadi terlambat dan macet pun kian menjadi. Kata anak muda: bookis abis!
Masalah lainnya adalah kurang terampilnya pengendara dalam menjalankan aturan-aturan berlalu lintas. Hal ini antara lain ditandai dengan tidak dihidupkannya lampu sein sebagai penanda akan berbelok, tidak mengenakan helm, membawa kendaraan melawan arus dan sebagainya. Konon lagi jika kita meihat fenomena bermain gadget ketika berkendara dan banyaknya pengendara di bawah umur. Seorang sosiolog pernah menulis dalam statusnya menunjukkan keprihatinan mendalam akan fenomena tersebut: "apa ada yang bisa menunjukkan rumus agar anak di bawah umur tidak diberikan izin mengendarai motor oleh orang tuanya. Hal ini mengingat seringnya terdengar peristiwa kecelakaan yavg diakibatkan oleh pengendara di bawah umur terebut.
Keseharian kita dalam berlalu lintas sebenarnya adalah cermin dari perilaku kita dan masyarakat kita. Tertib kita dalam berlalu lintas, maka tertiblah pula kita dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tenang pemirsa, saya menyampaikan pesan-pesan layanan masyarakat ini dalam suasana penuh harapan. Karena menyalakan segenggam cahaya dalam kegelapan, jauh lebih membantu daripada mengeluarkan junruns tendangan seribu bayangan dalam kegelapan. Iya, kan? Dengan seutas cahaya, paling tidak akan membantu Anda untuk berjalan ke dapur mengambil makanan. Coba kalau Anda terus memaksa mengeluarkan tendangan seribu bayangan dalam gelap, bisa-bisa malah lecet-lecet ya.
Paragraf terakhir mengandung humor.
Banda Aceh, 07 Juli 2014
saya pusing dengan hingar bingar Pilpres tahun ini. Entah kenapa banyak sekali berita buruk yang kita lihat. visi misi dan progja yang bagus malah seperti tertutup dengan fitnah dan black campaign
ReplyDeleteselaku generasi muda kita prihatin, dan terus berharap semoga hari ini bisa menjadi pembelajaran buat masa depan yang lebih baik ...
DeleteHaha, postingan ini bokis abis! (Bokis itu artinya bukannya boong ya Azhar?), mudah-mudahan kita termasuk orang yang sportif dan bijak ya :)
ReplyDeleteupss, salah yaa? hehe. azhar kita abookis artinya ekspresi kesal. wah, perlu diperdalam lagi istilah gaulnya hehe .
DeleteSaya punya 2 orang teman. Mereka sangat akrab namun piala dunia membuat mereka bermusuhan. Teman yang satu pendukung Jerman dan satu lagi pendukung Prancis. Ditambah lagi perbedaan padangan mereka terhadap calon presiden membuat hubungan mereka semakin hancur. Mudah-mudahan usai pilpres dan piala dunia hubungan mereka akur kembali. :)
ReplyDeleteaamiin, semoga moment ramadhan ini jadi moment terbaik untuk memperbaiki silaturahim kita ... jangan lantaran orang punya hajat, kita yang jadi sakit ...
Delete