Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Souvenir Cantik Mister Piyoh Pertamaku (Goes to Sabang Part 4)

Sedianya, perjalanan ke Sabang kali kedua ini menjadi alasan sempurna bagiku untuk menyelesaikan beberapa misi yang tertunda. Serangkaian pekerjaan membuat misi tersebut tidak dapat diwujudkan dalam perjalanan pertama ke Sabang sebulan yang lalu. Maka ketika perjalanan dengan kapal lambat kali ini bermula, sejumlah rencana pun kutabulasikan.

Aku duduk di sebelah Ihsan, setelah hampir saja tidak menemukan bangku kosong di tempat kelas yang kami pesan. Ihsan adalah seorang pengusaha di bidang travel, yang pekerjaannya sehari-hari memandu para turis. Ihsan juga memperkenalkan penumpang di sampingnya yang bernama Ihsan juga, yang ternyata adalah pemilik usaha Taman Wisata Kuliner di Pantai Paradiso, Sabang Fair.

Perjalanan dengan kapal lambat bermula. Kalau dalam tulisan-tulisan sebelumnya saya mengisahkan kecemasan saya saat duduk di dalam ayunan kapal cepat, maka di kapal lambat relatif lebih santai. Meskipun sebenarnya, seperti kata beberapa teman, semuanya soal kebiasaan saja.

Artikel keren lainnya:

Blog Managemania, Rumah Baru Tulisanku

Seiring diri ini yang mulai beraktivitas baru dengan melanjutkan studi ke jenjang S-2 di Program Magister Manajemen Universitas Syiah Kuala, perjalanan belajar menulis saya terutama untuk tema-tema seputar Manajemen, pemasaran dan juga mungkin sebagian tentang manajemen informasi dan kewirausahaan akan berlanjut di blog baru tersebut.

Demikian sekedar Informasi. Terima kasih atas segala perhatian Anda.


Banda Aceh, 17 November 2014.

Artikel keren lainnya:

Setelah Badai Berlalu

Dalam perjalanan mencari ide, kamu bisa memperoleh banyak cara apabila kamu terus berusaha untuk belajar, membuka pikiran dan mencoba hal-hal yang baru dalam artian positif. Berada di lingkungan yang baik juga membantu ide-ide yang baik muncul. Berkumpullah dengan orang-orang shaleh kata sebuah syair, adalah pelipur lara hati. Ide yang baik sering muncul karena mereka yang mampu mengelola hatinya maka pikirannya akan senantiasa berisi ide, solusi dan gagasan.

Tidak ada waktu untuk mengeluh. Berkeluh kesah hanya pada tempatnya. Dalam rangka menemukan solusi kita juga perlu mengadu pada yang berwenang. Namun menjadikan keluhan sebagai alas bantal yang empuk untuk berhenti berusaha bukanlah sifat seorang yang berjiwa besar. Seorang kesatria atau srikandi tidak berpangku tangan terhadap permasalahan yang datang dan berkata, Ya Allah, ini adalah masalah yang sangat besar dan rumit, aku takkan sanggup memikulnya. Ia akan berteriak lantang, masalah, Allah Maha Besar! Inilah kesempatanku untuk meningkatkan kapasitas diri dan keta'atan pada Ilahi.

Beberapa minggu yang lalu di banyak daerah di wilayah Aceh dilanda banjir yang parah yang menyebabkan longsor. Air di sungai mengalir dengan derasnya sampai-sampai beberapa pihak mengkhawatirkan kondisi tanah tempat pondasi jembatan-jembatan di kota berdiri. Longsor di mana-mana telah mengakibatkan banyak jalan terputus, sebagian daerah terisolasi dan membutuhkan bantuan dengan segera.

Artikel keren lainnya:

Yuk Kita Hidup Sehat (YKHS) Bagian 2

"Bagian terbaik dari kehidupan adalah engkau menginginkan suatu hal dan saat engkau ingin mewujudkannya engkau memperoleh hal lainnya."

Sebuah ungkapan dari buku psikologi tersebut kembali terngiang dalam pikiran. Ketika di pagi ini saya mengunjungi blog dan ingin memenuhkannya dengan tulisan berjudul "Alat Musik Idaman", malah setelahber-facebook hanya ingin berbagi sebuah foto yang saya pikir perlu dibagi.

Sekali lagi saya bukan dokter, paramedis atau mahasiswa di bidang kesehatan. Gambar atau foto ini dibagikan oleh seorang trainer yang menjadi teman facebookers saya. Nama facebook beliau adalah Buca Budi Cahaya. Gambar ini juga beliau dapat dari sebuah pelatihan. Bahwasanya ada di antara proses penyembuhan yang ternyata melibatkan aspek emosi, dan proses penyembuhannya ternyata bisa dikaitkan dengan aspek emotional dan spiritual.

Artikel keren lainnya:

Begitulah Cinta(-cinta) itu Diuji

Matahari kian meninggi. Tidak sehembus angin pun menghampiri. Tiga orang sahabat tergeletak tak berdaya dalam lemah kepayahan. Tak seorang pun datang untuk menolong.

Lalu satu di antara mereka memiliki kantung air yang masih berisi. Dalam kepayahan ia melihat sahabat lainnya tengah berada dalam kondisi yang sama. Tak diminumnya, ia serahkan pada sahabatnya. Sang sahabat, yang melihat seorang sahabat lainnya dalam kondisi lemah yang bertambah, maka ia serahkan kepadanya.

Diminumkah oleh sahabatnya yang terakhir itu? Tidak, kantung air itu kembali lagi kepada sahabat pertama. Begitu seterusnya, begitu seterusnya. Hingga akhirnya mereka semua mati syahid dalam kepayahan mereka di antara para korban suatu peperangan.

Cerita ini pasti telah sedemikian lama diulang-ulang sehingga membekas dalam memori kita. Atau katakanlah ini  baru kali pertama Anda membacanya. Adakah pesan yang tersirat dalam kisah tersebut sehingga ia diulang dan diulang ceritanya oleh para penceramah agama di mimbar-mimbar masjid?

Betapa rumit kita melukiskan cinta dengan kata, tapi dari cerita-cerita keteladanan semacam itu cinta diajarkan. Begitulah cinta-cinta itu diuji. Keikhlasan pada hakikatnya adalah cinta tertinggi, dalam beramal upaya menjadi bukti.

Kita sering terjebak menurunkan derajat cinta hanya pada cinta memiliki. Harus berharta, berpangkat, berkasta agar orang mau melihat. Harus bertabur sejuta topeng mulia, karena tanpanya hampa dirasa.

Hati ini dapat berbolak-balik dengan mudah-Nya, begitulah dalam penjelasan baginda Nabi. Berdo'alah agar didekatkan-Nya pada cinta yang mendekatkan kita kepada-Nya. Berdo'alah pada Sang Pemilik Cinta.


Banda Aceh, 03 November 2014

Artikel keren lainnya: