Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Mari Bangkit dengan Senyuman! (10 Tahun Tsunami Aceh)

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah lebih mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui."
(Al-Qur'an, Surat Al-Baqarah (2), ayat 216)

Kita semua rasanya tak pernah tidak terhenyak dengan peristiwa yang terjadi 10 tahun silam. Hari ini di seluruh dunia diberitakan mengenai perkembangan kota Banda Aceh, kota tua yang bersejarah. Hancur lebur disapu ombak setinggi puluhan meter dalam tsunami di hari Minggu, 26 Desember 2004 yang turut melanda hingga belasan negara, kota ini kembali bangkit dengan semangat dan kasih sayang yang dititipkan Sang Maha Pengasih dari seluruh dunia.

Rabu paginya, sebuah sudaco alias labi-labi, sejenis angkot, menjemput kami di Banda Aceh. "Ayo cepat ikut naik, mereka bilang wabah akan segera menyebar dari mayat korban tsunami, ada kabar akan disemprotkan obat (pembasmi hama) dari udara," kata seorang Makcik yang menjemput kami mengomandoi. Dua hari sebelumnya para saudara dan kerabat datang dari kampung membersihkan rumah dari lumpur-lumpur tsunami. Tapi hari itu kami sudah harus meninggalkan rumah untuk mengungsi. Pemandangan orang mengenakan masker bukan lagi suatu hal yang asing. Meski pada akhirnya wabah yang diprediksikan tak terjadi.


Artikel keren lainnya:

Sebuah Nasehat Untuk Sendiri

Di ruang itu kami bersama mengerjakan tugas kami masing-masing. Ada sebuah event yang tak lama kemudian segera digelar. Kami turut menjadi volunteer sejak awal mula kepanitiaan dibentuk.

Suasana kantor belum ramai, karena hari H masih beberapa minggu lagi. Kadang aku membawa tugas kuliahku untuk dikerjakan di kantor, untuk menemani sang teman. Sebagai relawan, kami saling bahu membahu di kepanitiaan. Di samping itu, kami juga sudah lama bersahabat.

Lantaran kantor relawan belum ditamaikan oleh panitia lainnya, tak jarang kami mrnghidupkan suasana dengan menghidupkan musik. Tak jarang aku ikut bernyanyi seperti kegemaranku saat di rumah. Sekedar membunuh kesunyian.

Artikel keren lainnya:

Menikmati Sate Gurita Bumbu Kacang (Goes to Sabang Part 6)

Akhirnya, Didit jadi juga bergabung bersamaku dan Iroel. Malam itu sepulang dari kedai kuliner rujak khas Sabang untuk bertemu dengan Pak Keuchik, aku mendapat blackberry messenger dari Didit bahwa ia sedang menunggu kami di warung kopi Desagoe. Malam itu juga Didit, aku dan Iroel membahas seputar rencana kami selama di Sabang.

Udara malam semakin dingin seperti halnya beberapa minggu ini. Di seberang Desagoe ada sebuah kedai yang menjual minuman penghangat badan bertuliskan "STMJ" yang berarti susu, telur, madu dan jahe. Kamu dapat memesan minuman tersebut dari Desagoe. Obrolan terus berlanjut di warung kopi tersebut. Dengan jaringan Wi-Fi yang tersedia kamu juga bisa dapat membuka email, media social atau berselancar ria sambil mengerjakan tugas atau pekerjaan. Makanya kami senang berkumpul di sini.

Ngopi sambil bersosialisasi sudah menjadi layaknya budaya di negeri seribu masjid ini. Suasana tersebut dapat kamu rasakan apabila kamu bekerja atau menetap di Aceh. Saya pernah memperhatikan kebiasaan tersebut secara langsung.

Artikel keren lainnya:

Merekam Sunset Pulau Klah Sabang (Goes to Sabang Part 5)

Pagi itu setelah merapikan beberapa berkas dan dokumen penelitian kami akan mengunjungi Kantor Geuchik Krueng Raya, Kota Sabang. Ada beberapa wawancara yang harus dilakukan untuk melengkapi berkas penelitian. Ini adalah kali pertama aku mengunjungi kantor Geuchik Krueng Raya, Kota Sabang. Saat kami sampai ke sana hari sudah siang dan hanya sempat berbincang sejenak.

Kami berpisah jam 3 sore untuk beristirahat siang sejenak. Aku dan Iroel kembali ke penginapan diantarkan oleh seorang teman dengan mobilnya. Sejenak kemudian kami mencari makan siang di Jalan Perdagangan lalukembali ke hotel untuk beristirahat. Aku sibuk mengedit dokumen penelitian sementara Iroel yang kelelahan tertidur hingga sore.

Saat Iroel terbangun kami segera bergegas untuk menemui Pak Keuchik. Sedianya memang sore itu kami harus bertemu beliau dan ternyata beliau sudah lama menunggui kami. Kami sampai di sebuah kedai kuliner rujak khas Sabang yang terletak di pinggir jalan di Gampong Krueng Raya, Kota Sabang. Pak Geuchik yang ternyata saar itu berada di warung rujak lainnya kemudian menyusul kami ke kedai rujak tersebut.

Artikel keren lainnya:

Sang Kapten Masih Ada!

Beberapa pertandingan terakhir terus terpuruk, Liverpool seakan berada di jurang kekalahan demi kekalahan. Penjualan yang berhasil dari bintang mereka musim lalu, Luis el-phenomenon Suarez, berhasil pula menghilangkan semangat rantai kemenangan musim lalu.

Pertahanan di awal musim menjadi lini yang paling dibenahi meski relatif di sector bek tengah hanya Dejan Lovren dari Southampton yang masuk, di samping dua back sayap Alberto Moreno dan Javier Manquillo yang belum stabil. Lini tengah dan depan kedatangan sejumlah bintang: Adam Lallana, Zoran Markovic, Rickie Lambert dan Mario Balotelli namun masih belum mampu berpadu. Nama terakhir malah kembali jadi bulanan media massa.

Asa itu masih ada, Liverpool bangkit di dua pertandingan terakhir mereka. Meski yang dilawan hanya tim semenjana, dan dengan kemenangan susah payah pula, melalui gol menit ke-85 dari Glen Johnson atas Stoke City, Liverpool kembali berpesta. Lalu, skor 3-1 dibawa pulang dari kandang Leicester City dengan gol-gol meyakinkan Adam Lallana, Steven Gerrard dan Jordan Henderson.

Jika di beberapa pertandingan sebelumnya Stevie G, julukan Gerrard, seakan merana di bangku cadangan dan sekian lama menjadi pemberitaan di surat kabar akan statusnya di klub yang tak kunjung jelas, kini pemberitaan itu seakan menguap. Brendan Rodgers menyanjung sang Kapten yang diyakininya masih memiliki pengaruh yang kuat bagi pemain yang lain. Meski di pertandingan sebelumnya Gerrard masuk dari bangku cadangan, kali ini ia diberi kesempatan menjadi starting lineup dan membuktikan kapasitasnya.

Sebuah assist bola mati untuk Lallana dan sebuah goal hasil bola liar yang disambar dengan tendangan keras khasnya, menjadi bukti bahwa Gerrard belum habis. Dengan penuh percaya diri, Gerrard menyarangkan bola ke sudut gawang sementara penjaga gawang Kasper Schmeichel terlanjur mati langkah tak mampu menghalau bola yang meluncur deras ke gawangnya itu.

Persaingan ketat di sector gelandang tengah antara Gerrard - Leiva - Henderson - Markovic - Lallana - Coutinho - Sterling - Allen dan Suso akan terus bergulir hingga akhir musim. Usia Gerrard juga tidak lagi seperti sepuluh tahun yang lalu, saat meraih juara Liga Champions 2005 dalam sebuah pertarungan heroik melawan AC Milan. Namun sang kapten akan terus berjuang memberikan yang terbaik yang dimilikinya untuk kecintaannya bagi sepakbola.

Salute, Stevie G!



Banda Aceh, 4 Desember 2014.



Artikel keren lainnya: