Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Sehari Berwisata Sejarah di Banda Aceh

Pagi itu saya bersama teman saya Andi sedang memiliki waktu luang, maka kami mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Banda Aceh. Inspirasi pertama kami adalah Aceh Tsunami Museum yang dirancang oleh arsitek yang kini menjadi Walikota Bandung Ridwan Kamil, sebagai monumen pembelajaran mengenai tsunami bagi masyarakat dunia.

Kami disambut sebuah lorong di mana diperdengarkan kalimat-kalimat dzikir. Dari dinding lorong tersebut dialiri percikan air yang mengalir dan membentuk ornament ombak. Sejenak kita seperti dibawa pada suasana penuh haru sebagaimana saat saya memasuki Aceh Tsunami Museum untuk pertama kalinya yang pernah saya bagi di sini.


Setelah melewati lorong dzikir, kita akan memasuki ruang peraga tsunami. Di sini ada sejumlah media informasi yang bertujuan untuk memberi pengetahuan edukasi mengenai tsunami. Terdapat para petugas pemandu yang ramah dan siap memberi informasi. Seperti telah saya tuliskan sebelumnya, suasana museum di sini telah dirancang begitu rupa oleh sang arsitek sehingga selalu menarik untuk dikunjungi.

Dari ruang peraga informasi tsunami ini, kita akan kembali melewati sebuah lorong. Kali ini perjalanannya dirancang sedikit mendaki seolah kamu akan mendaki sebuah bukit. Hal ini sepertinya melambangkan perjuangan para korban saat itu yang berlari menuju ke tempat yang lebih tinggi seperti perbukitan.

Selanjutnya kita akan menemukan Sumur Doa. Di dinding Sumur Doa tertera nama-nama para korban tsunami, sementara di puncak Sumur Do'a ada lafazh nama Allah Swt. Hal ini bermakna para korban tsunami yang sudah meninggal kini telah berada di tempat yang layak di sisi Allah Swt.


Berikutnya, kita akan menaiki jembatan harapan. Di sisi bawahnya terbentang kolam besar yang diapit oleh bola-bola semen bertuliskan nama-nama negara yang telah ikut berpartisipasi memberi bantuan kepada para korban tsunami Aceh dan Nias 2004. Sementara di atas langit-langitnya tergantung bendera-bendera dari negara-negara tersebut.

Apabila kita meninjau kembali masa-masa tanggap darurat serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami, maka semangat kemanusiaan yang luar biasa yang tercurah pada saat itu sangat monumental dalam sejarah modern. Tanpa mengenal perbedaan ras, suku, bangsa dan agama, bantuan-bantuan baik domestik maupun internasional mengalir dengan begitu derasnya.



Ada beberapa ruang lagi yang menarik untuk dinikmati dalam wisata sejarah di Aceh Tsunami Museum. Di antaranya ruang pameran foto dan ruang peraga dan simulasi gempa. Ada pula bioskop mini tempat pemutaran video napak tilas tsunami,  perpustakaan dan galeri seni. Sayangnya saat kami berkunjung perpustakaan hanya dibuka pada waktu tertentu saja apabila ada tamu-tamu khusus, demikian pula halnya galeri seni.



Setelah selesai menikmati wisata sejarah tsunami, kami pun kembali ke halaman parkir Aceh Tsunami Museum melalui pintu keluar yang berbeda arahnya dengan pintu masuk. Tak perlu khawatir karena cukup banyak rambu petunjuk dan petugas pemandu yang dapat mengarahkan kita.

Di luar gedung museum disediakan kafetaria serta jajanan tradisional untuk mengganjal rasa lapar dan haus. Sekedar pengingat, untuk menjaga kebersihan kita tidak diperkenankan makan dan minum secara bebas di dalam museum yang juga dapat berfungsi sebagai tsunami escape building ini.


Setelah mengunjungi Aceh Tsunami Museum, kami beranjak menuju pemakaman yang terhampar di belakang museum tsunami yaitu Taman Pemakaman Kerkhof. Di tempat ini dimakamkan pasukan Belanda serta keluarganya yang tewas di sekitar masa Perang Belanda di Aceh. Perang ini sendiri dalam sejarah berlangsung pada tahun 1873 - 1904.


Tidak hanya itu, apabila kamu melihat sebuah makam yang dipugar dengan petunjuk nama tempat wisata tersebut, kamu akan melihat Makam Meurah Pupok atau Peutjut. Peutjut adalah kata lain dari Pocut yang merupakan panggilan kesayangan bagi putra Sultan Iskandar Muda, Meurah  Pupok yang dihukum akibat melakukan sebuah pelanggaran pada masa tersebut.



Dari halaman Taman Pemakaman Keerkhof kamu juga dapat mengabadikan foto Aceh Tsunami Museum yang sepintas terlihat seperti sebuah kapal besar. Pada 11 April 2012, sempat terjadi dua kali gempa besar dengan skala di atas 8 SR. Salah seorang petugas pemandu di Aceh Tsunami Museum dalam suatu kesempatan sempat bercerita bahwa ketika itu warga berbondong-bondong ke Aceh Tsunami Museum untuk bersiaga menghadapi kemungkinan bencana.

Hari sudah beranjak terik. Kami mengakhiri wisata sejarah kota Banda Aceh sekejap itu. Kota Banda Aceh sangat kaya dengan potensi wisata sejarah dan budaya di samping keindahan alam yang masih asri dan mempesona. Masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai syariat agama serta adat istiadat dalam keberagaman yang ada merupakan daya tarik lainnya yang dapat menjadi sumber inspirasi.


Logo Hut Kota Banda Aceh Ke-810 bisa dilihat di sini.

Baru-baru ini dalam memperingati ulang tahun kota Banda Aceh yang ke-810 juga dilakukan pencanangan Banda Aceh sebagai kota wisata syariah. Selamat ulang tahun kota Banda Aceh, semoga senantiasa menjadi "Kota Tua Bersejarah" yang senantiasa menjunjung syariah Islam dan adat istiadat, termasuk di antaranya memuliakan para pendatang sebagaimana slogan "Peumulia Jamee Adat Geutanyoe".


Banda Aceh, 24-28 April 2015.


Foto-foto: koleksi pribadi, diambil dengan ASUS Zenphone 5.

Artikel keren lainnya:

4 Tanggapan untuk "Sehari Berwisata Sejarah di Banda Aceh"

  1. ah belom kesampaian mau ceritain tentang si anak "manja" ini :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ditunggu tulisannya Bang Yudi, oh iya ini adalah kesempatan pertama kalinya azhar berkunjung ke Taman Pemakaman Keerkhof.

      Delete
  2. Saya tertarik dengan tulisan anda, saya juga punya tulisan yang sejenis tentang destinasi wisata indonesia, anda dapat mengunjungi di Eksplor Indonesia

    ReplyDelete
  3. Terima kasih telah berkunjung Mbak Heti dari Universitas Gunadarma, maaf sekali baru sempat check pesan Mbak. Baik, saya segera kunjungi halamannya. (-:

    ReplyDelete