Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Komunitas Baca Dua Lima Banda Aceh: Mengisi Power Menulis dengan Membaca

Awalnya hanya mendengar-dengar eh maksudnya membaca dari status seorang teman. Mencoba bergabung dan akhirnya keterusan. Komunitas Baca Dua Lima adalah satu lagi komunitas yang saya bergabung. Dari grup whatsapp, kami setiap hari berbagi laporan membaca kami. Sesuai dengan namanya, minimal 25 halaman sehari menjadi tugas membaca kami. Ya, hampir genap sebulan sudah saya bergabung di Komunitas Baca Dua Lima.

Namanya buku, saya suka sekali membeli. Tapi sering tidak dibaca. Buku-buku itu telah ada beberapa kardus. Jadinya saya harus serius. Gabung di Komunitas Baca Dua Lima kali ini haruslah sebuah penggabungan yang fokus. Paling tidak, buku-buku saya beli atau hadiah orang lain itu jadinya kebaca. Nggak cuma menghiasi rak buku. Hehe.

Artikel keren lainnya:

Mimpi yang Tak Lagi Berwarna (Semoga Kabut Asap Segera Berlalu)

Sejak hari Jumat pagi, tanda-tanda kabut asap kiriman dari kebakaran hutan di berbagai tempat telah kembali bertiup ke Aceh sudah terdeteksi dari tagar #LangsaBerkabut yang dibagikan seorang teman melalui statusnya. Beberapa hari sebelumnya, sobat facebookers lainnya dari Medan mengabarkan kabut asap yang sudah sekitar dua bulan memayungi kotanya meningkat eskalasinya dalam beberapa hari terakhir. Kabut yang entah dari mana datangnya kali ini benar-benar terasa mengganggu. Sakit kepala, ISPA, hipertensi, gangguan pencernaan, mata perih, adalah beberapa keluhan yang sering dialami penderita asap. Merutuk juga tak menyebabkan asap menjadi berkurang, apakah sebatas di hadapan angin atau di dunia maya.

Beberapa hari terakhir saya memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Bila tak ada keperluan penting. Tak semua kamar kami memiliki pengkondisi udara (air conditioner), namun di kamarku dan adik yang ada AC-nya malah kabut asap yang terlanjur masuk tak bisa keluar dengan mudah. Jadinya kami kebingungan apakah harus membuka jendela atau tidur dengan AC menyala. Apalagi jika listrik padam.

Artikel keren lainnya:

Kamu yang Ngakunya Mau Jadi Penulis Itu?

Iya kamu. Masa nggak sadar segitunya dari tadi sih. Masih saja melamunkan alasan yang bisa membuatmu berhenti menulis. Dan sejuta alasan cadangan yang membuat buku-bukumu tergantung di rak-rak yang manis. Buat apa?

Sebisa-bisanya kamu sering mengulang-ulang. Bahwa membaca adalah bahan bakar menulis. Sebisa-bisanya pula kamu membiarkan buku-bukumu tersimpan rapi. Menjadi sarapan rayap-rayap di waktu pagi. Merajai wacana demi wacana yang kau susun dari dalih-dalih kesiangan itu.

Oh, aku masih merindu lagi malam-malam itu. Malam di mana menulis tidak harus menjadikanmu bulan-bulanan udara malam. Kau tahu, kesehatan itu nomor satu. Dan menulis di saat yang paling mood, bisa kau hentikan, untuk kau lanjutkan di lain waktu. Seperti pesan seorang penulis idolamu itu. Yang sayangnya, nasehatnya terlalu sering kau petang harikan.

Artikel keren lainnya:

Songket Nyakmu: Brand Lokal Ija Sungket yang Pernah Mendunia #SmescoNV

Berbicara kebudayaan lokal tentunya tidak dapat terpisahkan dari industri kerajinan tradisional. Pembenahan aspek manajerial dan pemasaran tak boleh diabaikan apabila kerajinan tradisional kita ingin tetap berdaya saing dalam arus perdagangan global. Di samping itu, kebanggaan dalam mengangkat warisan budaya leluhur melalui sebuah produk karya seni budaya dengan nilai estetika yang tinggi patut untuk terus dilestarikan.

Seperti halnya usaha tenun Songket Aceh Nyakmu yang berdomisili di Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Songket Nyakmu merupakan brand lokal wastu citra atau kain tradisional nusantara -- yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya menenun merupakan warisan leluhur masyarakat Aceh, seperti halnya budaya membatik pada masyarakat di Pulau Jawa.

Menenun adalah tradisi masyarakat Aceh sejak ratusan tahun silam. Sumber foto di sini

Foto bertajuk : "Vrouw bezig met het weven van een kain te Atjeh" yang diperoleh dari koleksi KITLV Digital Media Library. Foto ini diambil di Aceh Besar, Provinsi Aceh. Sumber foto di sini

Artikel keren lainnya:

Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela

Nama asli Totto-chan adalah Tetsuko. Mulanya orang tuanya mempersiapkan nama Toru untuk anak pertama mereka itu karena banyak yang menduga sang bayi adalah anak laki-laki. Orang-orang memanggilnya Tetsuko-chan namun bagi dirinya lebih terdengar sebagai Totto-chan. Saat usia kanak-kanak, orang tua Totto-chan mendaftarkannya ke sekolah formal.

Rasa ingin tahunya yang besar sering membuat para guru kelimpungan. Totto-chan sering berlari ke jendela kelas menyaksikan aksi pemusik jalanan saat gurunya sedang mengajar. Totto-chan juga senang bermain "buka-tutup" bangku yang mengusik ketenangan kelas. Ia kemudian dikeluarkan dari sekolahnya, meski Totto-chan tak pernah diberitahu hal tersebut hingga ia dewasa. Yang ia tahu hanyalah ia telah berada di Tomoe Gakuen, tempat ia mengenal dunianya yang baru.


rumahbukuiqro.wordpress.com

Artikel keren lainnya:

Keep For Happy Sharing with Blogging!

Menulis adalah aktivitas seperti halnya berbicara. Sayangnya, sebuah kealpaan di masa pendidikan formal telah mengarahkan kepada kita untuk menertawakan ide-ide kita sendiri. Terdengar sepele, namun hal itulah yang menyebabkan tak terhingga jumlah orang yang berhenti di tengah jalan untuk mengekspresikan dirinya, seperti halnya menulis di blog (blogging).


sumber gambar di sini

Artikel keren lainnya:

Selamat Jalan Brendan Rodgers!

Peluit panjang dibunyikan. Brendan Rodgers hanya menunggu Roberto Martinez sang pelatih lawan berjalan ke arahnya dan bersalaman sejenak. Tak ada perayaan karena hasil imbang yang diperoleh keduanya dalam derby merseyside edisi ke 225 dalam ajang liga Inggris.

Semestinya musim masih berjalan panjang bagi Brendan Rodgers, pelatih yang dikenal dengan kemampuannya merangkai jawaban kepada pers Inggris yang dikenal sangat galak. Di Musim kompetisi 2012/2013, nyaris saja Liverpool merengkuh gelar juara Liga Inggris yang telah lama dinantikan.

Artikel keren lainnya:

Bahkan Jomblo Pun Butuh Piknik!

Pagi hari itu, 16 Januari 2015, saya bersama empat orang makcik dan pakcik saya melakoni penerbangan bakda subuh dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar. Pukul 10.10 pesawat mendarat di bandara Soekarno Hatta, di Cengkareng. Untuk pertama kalinya saya tiba di kampungnya Si Doel Anak Sekolahan dan seorang adik sepupu menyapa kami. Ia menjemput kami menuju rumah mereka di sebuah kawasan di Jakarta, setelah menyempatkan shalat Jum'at di Masjid At-Tiin di kompleks TMII.


Artikel keren lainnya:

Hutan Kota Banda Aceh: Semua Berawal dari Mimpi

Sebuah mimpi barangkali hanya akan bernilai sebagai mimpi, jika kamu hanya mendiamkannya. Kerja keras dan kerjasama serta kesungguhan dan doa dapat membuat sebuah mimpi yang dulunya barangkali dipandang sebagai sebuah kemustahilan menjadi sebuah keberhasilan. Sesuatu yang kemudian menjadi indah pada akhirnya.

Sore hari itu, saya bersama seorang teman menelusuri jembatan bakau di Hutan Kota Banda Aceh untuk menikmati keasrian beragam pepohonan dan bunga warna-warni yang ditanam di sepanjang jalur jembatan tersebut. Sebelumnya setelah membayar karcis parkir sepeda motor, kami disambut oleh jembatan gantung yang membawa kami ke dalam kawasan Hutan Kota yang terletak di kawasan Tibang, 20 menit perjalanan dari pusat kota Banda Aceh.


Artikel keren lainnya: