Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Tombo Ati Bagi ODGJ (Giveaway Aku dan Orang dengan Gangguan Jiwa)

Aku tinggal dan dibesarkan di lingkungan sekitar Rumah Sakit Jiwa terbesar di kotaku. Ada cerita unik tentang itu. Setiap aku menghentikan angkutan umum untuk turun, ledekan "Salam ya buat yang di Kakap Ujung" akan ramai oleh teman-temanku yang kebetulan satu arah denganku. Itu karena Rumah Sakit Jiwa itu terletak di ujung Jalan Kakap yang tak jauh dari rumahku.

Keberadaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) telah menghantuiku sejak masa kecil. Kehadiran "orang gila" yang kabur dari tempat perawatannya cukup untuk membubarkan keasyikan bermain dengan teman-teman. Tak jarang, ODGJ yang "kelayapan" itu duduk di luar pagar rumahku sampai ada petugas rumah sakit yang menjemputnya. Kadang teman-temanku suka usil membuat nama-nama panggilan untuk ODGJ tersebut.

Uughh, am I stressed? - joglosemar.co

Di layar kaca, "orang gila" sudah mendapat peran tersendiri dalam film dan sinetron. "Orang gila" dapat masuk sebagai figuran untuk membawakan humor slapstick yang buat para penontonnya terpingkal-pingkal. Paling seru kalau "orang gila" ini adalah tokoh protagonis yang nyaris frustasi dan gila oleh muslihat sang antagonis. Sebuah skenario yang sempurna untuk mengaduk-aduk emosi para pemirsa.

Semua kesan awal tentang orang gila tersebut tak ayal menumbuhkan pertanyaan dari seorang anak yang penuh rasa penasaran; seperti apakah orang gila itu sebenarnya. Apa yang dirasakannya ketika anak-anak memperolok-olokkannya untuk memperoleh perhatiannya dan apa yang dipikirkannya ketika suatu waktu ia berteriak-teriak sampai bunyi bahasanya tidak karuan.

Saat pertama kalinya memasuki gerbang Rumah Sakit Jiwa "Kakap Ujung", aku menangkap suasana nyaris seperti Sekolah Sihir Hogwarts itu. Sepi tapi ada kehidupan yang unik di dalamnya. Saat itu, aku ikut mengantar seorang dari keluarga besarku yang menjalani terapi.

Setelah itu, praktis aku hanya kembali berkunjung ke tempat itu beberapa waktu yang lalu, saat mengurus surat tanda bebas narkoba untuk melamar pekerjaan. Kondisi Rumah Sakit Jiwa tersebut sudah jauh lebih baik dengan bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami dari sejumlah negara donor.


Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh - Panoramio.com

Namun sekali lagi, pertanyaan tentang ODGJ kembali terlintas dalam benakku. Di tengah perjuangan menyusun thesis, acapkali kadang kegelisahan dan kecemasan hingga susah tidur menghampiri. Jangan-jangan, aku sendiri sedang mengalami gangguan jiwa. 

ODGJ di era informasi dewasa ini memang hadir dalam berbagai wujud yang tidak sepenuhnya sama dengan "pencitraan" yang kuperoleh di masa kecil tentang mereka. Kecemasan (anxiety), kepribadian ganda (bipolar), depresi (depression), post traumatic stress disorder, dan gangguan lainnya ternyata bisa dialami oleh setiap orang dengan berbagai latar belakang; usia, pekerjaan, penghasilan, suku bangsa dan agama.

* * *

Dalam artikelnya "What is Mental Illness", situs mentalhealthamerica.net mendefinisikan bahwa penyakit mental adalah penyakit yang menyebabkan gangguan ringan sampai dengan berat dalam pikiran dan/atau perilaku yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatasi tuntutan rutinitas kehidupannya sehari-hari.

Artikel tersebut juga menyebutkan sekurangnya terdapat 200 klasifikasi penyakit mental. Secara umum dapat diuraikan ke dalam gangguan mental mencakup depresi, gangguan bipolar, demensia, schizofrenia dan gangguan kecemasan. Gejala lainnya yang termasuk dalam klasifikasi tersebut antara lain perubahan suasana hati (mood), kepribadian, kebiasaan pribadi dan/atau penarikan sosial. Gangguan tersebut bahkan dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit fisik akibat psikosomatis, seperti kanker, diabetes dan penyakit jantung.

Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Sp.KJ, psikiater yang juga aktif sebagai juru dakwah - mimut.wordpress.com

Prof. Dadang Hawari menjelaskan bahwa stress, cemas dan depresi dalam prakteknya seringkali tumpang tindih. Stress adalah respon tubuh terhadap tuntutan beban atasnya yang umumnya didominasi keluhan psikosomatik. Sementara cemas diartikan sebagai respon psikologik atas keluhan-keluhan kecemasan (ketakutan, kekhawatiran) dan sejenisnya. Depresi sendiri dapat didominasi oleh keluhan-keluhan psikologik (kesedihan, kemurungan, hilangnya semangat hidup dan sejenisnya).

Kabar gembiranya adalah, gangguan jiwa atau mental health disorder dapat disembuhkan. Dengan perawatan yang menyeluruh dan pengobatan yang tepat banyak orang telah belajar untuk mengatasi atau pulih dari penyakit mental atau gangguan emosional.

Ada enam tahapan dalam manajemen stress yang mencakup: 

1. Terapi psikofarmaka (obat anti cemas dan depresi)
2. Terapi somatik (fisik), 
3. Psikoterapi (psikoterapi suportif, psikoterapi re-edukatif, psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif, psikoterapi psikodinamik, psikoterapi perilaku dan psikoterapi keluarga)
4. Psikoreligius terapi (doa dan dzikir)
5. Terapi psikososial
6. Konseling individual dan keluarga


 * * *

Adalah sebuah keniscayaan atau sunnatullah bahwa manusia hadir ke dunia menghadapi sejumlah problematikanya. Suka-duka, senang-susah, segalanya harus dihadapi dengan kesyukuran dan kesabaran. Namun sebagai manusia biasa, wajar pula bila kadang kala kita tidak siap untuk menerima ujian -- baik kemudahan ataupun kesulitan.


Dalam lagu Tombo Ati, sebenarnya telah diperkenalkan obat-obat pemberi kesembuhan bagi kesehatan jiwa. Dalam kehidupan modern di mana tuntutan dan persaingan hidup semakin ketat, agama telah memberikan jalan keluar bagi segala kegelisahan dan kecemasan hidup.

Kelima obat tersebut adalah:

Pertama: membaca qur'an dan maknanya, sebagai pedoman hidup manusia.
Kedua: mendirikan shalat malam, sebagai peninggi derajat.
Ketiga: berkumpul dengan orang shaleh untuk memperoleh energi positif dari mereka.
Keempat: memperbanyak berpuasa sebagai benteng hawa nafsu.
Kelima: memperpanjang zikir malam untuk menambah ketenangan batin.

Semua orang berpotensi mengalami gangguan jiwa, namun dengan penanganan yang tepat dan kembali kepada tuntunan agama semua gejala tersebut diharapkan dapat dikurangi dan disembuhkan. Tentu dengan dukungan orang-orang terkasih untuk menatap hari depan yang cerah gemilang.

Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Aku dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang diselenggarakan oleh Liza Fathia dan Si Tunis.



Banda Aceh, 24 Februari 2016.


Referensi pendukung:

https://mimut.wordpress.com/2012/12/01/stres-menurut-pandangan-dadang-hawari/

http://www.mentalhealthamerica.net/recognizing-warning-signs

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Tombo Ati Bagi ODGJ (Giveaway Aku dan Orang dengan Gangguan Jiwa)"

Post a Comment