Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Jujur Menilai Diri Sendiri

Sejarah. Barangkali tidak semua dari kita mengakrabinya. Barangkali itu karena penyajian pelajaran sejarah yang bisa jadi perlu dikemas lebih menarik. Atau barangkali juga, dengan belajar sejarah, ada luka lama atau trauma yang mengendap yang tak terbantahkan yang bisa menjadikannya berhasrat untuk melupakan. Kepada apa, siapa lalu bagaimana luka itu mulai dibuat yang mungkin takkan bisa terhapus walau oleh hembusan embun yang dikumpulkan di pegunungan tinggi yang sejuk. Namun sejatinya sejarah selalu memberikan peluang bagi kita untuk mengukir tinta emas yang lebih baik di masa mendatang. 

Bung Karno, Presiden Indonesia juga berkata bahwa jangan sampai kita melupakan sejarah dengan ungkapan terkenal "Jas Merah"-nya. Berbekal sejarah, turun-temurun kita mendengar cerita perih para korban peperangan yang dijadikan budak nafsu para penjajah, yang dikenal dengan Jugun Ianfu, dan sejuta kisah lainnya yang pilu dan pahit di masa penjajahan. Agar pada hari ini kita mengerti, dengan diulang-ulangnya cerita itu, mengenai pentingnya berjuang agar kita dan generasi penerus tak jatuh kembali pada lubang yang sama.

Al-Qur'an kitab suci yang mulia sebagian besar isinya adalah sejarah. Mempelajari sejarah sejatinya adalah sebuah pesan agar kita senantiasa dapat mengambil hikmah dari berbagai peristiwa terdahulu yang mungkin saja bisa kembali berulang, dengan pelaku yang berbeda, dengan zaman dan tempat yang berbeda pula. Sejarah seringkali disebut "hanya tergantung kepada penulisnya, dan penulis sejarah adalah mereka yang menang." Bersyukurlah kita dengan diturunkannya Al-Qur'an diturunkan sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad saw.--isi kandungannya merupakan wahyu dari Ilahi dan terjaga serta terpelihara sampai akhir masa--untuk menceritakan kembali pelbagai sejarah masyhur penuh hikmah tersebut, sehingga dapat menjadi pelajaran bagi kita generasi akhir zaman.

Sejarah telah mencatat bagaimana keagungan sikap mereka yang mengumpulkan dan menyebar kebajikan. Jalan mereka tidak senantiasa mulus. Penuh onak dan duri. Tak kurang tantangan dan pertentangan datang bahkan dari karib kerabat mereka sendiri. Namun kebenaran tetap disampaikan dengan metode-metode yang penuh kebijaksanaan. Dari mempelajari sejarah tersebut tentu saja kita dapat memperoleh banyak sekali tokoh panutan, yang menginspirasi kita untuk terus melakukan kebajikan. Orang-orang tersebut bisa ada di sekeliling kita. Mereka, apapun kedudukannya, adalah pelayan manfaat bagi lingkungan; apa dan siapapun di sekitar mereka.

Sebuah ungkapan bijak mengatakan bahwa kita hari ini bisa tidur nyenyak lantaran ada orang lain yang terus bekerja yang besar kemungkinan tidak kita lihat jasa dan pengorbanan mereka. Anda bisa bayangkan jika petugas pengambil sampah yang setiap hari mengambil sampah yang tergantung di depan rumah Anda libur satu minggu saja, barangkali Anda tidak bisa tidur nyenyak dengan aroma sampah yang menggunung tersebut. Atau jika petugas yang bertugas mengatur aliran air bersih ke rumah Anda tidak bekerja saat ada kerusakan yang menghambat suplai air ke rumah-rumah. Atau jika petugas dari PLN tidak bekerja untuk memperbaiki kerusakan pada jaringan listrik. Bagi Anda yang tidak sempat mengerjakan pekerjaan rumah dan mewakilkannya kepada jasa pembantu, atau jasa tukang cuci atau binatu, atau pergi ke tempat kerja dengan jasa supir, ungkapan bijak tersebut tentunya lebih terasa lagi bagi Anda.

Sejarah juga mencatat bagaimana perilaku penyalahgunaan kekuasaan dan harta benda sebagai titipan dari Allah Swt. akan menemui ganjaran setimpal. Ganjaran tersebut bisa saja diperoleh di dunia sebagai dampak dari hukum sebab akibat. Dan kita bisa mengukur hal tersebut melalui tatanan nilai yang bisa diperoleh dari mempelajari kitab suci sebagai ayat yang tertulis, dan juga dari alam semesta yang merupakan ayat tak tertulis. Belajar dari sejarah, melalui pengalaman dan kisah juga merupakan sebuah cara untuk mempelajari ayat-ayat tidak tertulis tersebut. 

Dalam ukuran terdekat, Abdullah Gymnastiar beberapa kali pernah memberikan contoh dari sebuah hukum sebab akibat dalam sebuah pertanyaan: "jika kita berdagang, apakah kita mencari penjual yang jujur?" Tentu kita akan mengeluarkan jawaban yang logis dan juga dapat diterima oleh hati. Tentu saja kita menginginkan membeli dari pedagang yang jujur. Sehingga dengan sendirinya pedagang yang jujur akan memperoleh keuntungan yang besar dari kepercayaan yang diperolehnya tersebut. Sebaliknya pedagang yang tidak jujur dan tidak amanah bisa langsung menerima akibat dari perbuatannya di dunia, yaitu hilangnya kepercayaan dari orang lain. Seperti sebuah kata pepatah, "sekali lancung ke ujian seumur hidup orang takkan percaya."

Kita juga bisa mencerna sejarah dari kutipan perkataan para pendahulu kita. Kita dapat menyebutnya peribahasa atau kata-kata mutiara. Kisah-kisah penuh hikmah juga bisa kita peroleh dalam berbagai literatur, yang bisa jadi telah diceritakan selama kurun waktu berabad-abad lamanya. Seperti kisah kejujuran Syaikh Abdul Qadir Jailani, kisah Imam Al-Ghazali yang menerima nasehat berharga dari seorang pencuri, atau kisah taubatnya seorang pembunuh setelah ia akan melakukan pembunuhan yang keseratus kalinya. Semua kisah itu telah diceritakan secara turun temurun agar para generasi penerus dapat mengambil hikmah berharga daripadanya, sebagai bekal nilai yang harus ia pegang teguh dalam mengarungi perjalanan kehidupan untuk mengumpulkan bekal ketakwaan yang dibawa pulang ke kampung akhirat kelak.

Bagi saya, mempelajari sejarah adalah bekal untuk mengarungi kehidupan. Seperti kata seorang pujangga, agar kita belajar dari pengalaman orang lain, karena seluruh hidup kita ini tidaklah cukup untuk mengulang semua kesalahan terdahulu dari mereka. Sebagai penutup saya akan membagikan sebuah kutipan dari Marshanda, seorang artis, di sebuah acara di stasiun TV swasta. Tidak ada perubahan dalam diri kita tanpa memulai dengan berani jujur kepada diri sendiri.

Semoga kita senantiasa diberikan rahmat dan hidayah-Nya agar senantiasa diberi petunjuk menuju kepada jalan yang diridhai-Nya. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin.

Banda Aceh, 21 Agustus 2013
Pukul 21:27

Artikel keren lainnya:

5 Tanggapan untuk "Jujur Menilai Diri Sendiri"

  1. Jujur menilai diri sendiri termasuk mengenal diri dan bersyukur, setelahnya menetapkan apa yang akan dilakukan ke depan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju, ia yang mengenal diri maka akan kenal pada Tuhan-Nya dan fungsi penciptaan dirinya di muka bumi. :-)

      Delete
  2. Moga kita senantiasa diberi petunjuk dijalan yg diridhoi aamiin, btw selamat yaa dah domain baru

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Kak Khairiah, waduh maaf baru direspons. :)

    ReplyDelete