Sejarah. Barangkali tidak semua dari kita mengakrabinya.
Barangkali itu karena penyajian pelajaran sejarah yang bisa jadi perlu dikemas
lebih menarik. Atau barangkali juga, dengan belajar sejarah, ada luka lama atau
trauma yang mengendap yang tak terbantahkan yang bisa menjadikannya berhasrat
untuk melupakan. Kepada apa, siapa lalu bagaimana luka itu mulai dibuat yang
mungkin takkan bisa terhapus walau oleh hembusan embun yang dikumpulkan di
pegunungan tinggi yang sejuk. Namun sejatinya sejarah selalu memberikan peluang
bagi kita untuk mengukir tinta emas yang lebih baik di masa mendatang.
Bung Karno, Presiden Indonesia juga berkata bahwa jangan
sampai kita melupakan sejarah dengan ungkapan terkenal "Jas
Merah"-nya. Berbekal sejarah, turun-temurun kita mendengar cerita perih
para korban peperangan yang dijadikan budak nafsu para penjajah, yang dikenal
dengan Jugun Ianfu, dan sejuta kisah lainnya yang pilu dan pahit di
masa penjajahan. Agar pada hari ini kita mengerti, dengan diulang-ulangnya
cerita itu, mengenai pentingnya berjuang agar kita dan generasi
penerus tak jatuh kembali pada lubang yang sama.
Al-Qur'an kitab suci yang mulia sebagian besar isinya adalah
sejarah. Mempelajari sejarah sejatinya adalah sebuah pesan agar kita
senantiasa dapat mengambil hikmah dari berbagai peristiwa terdahulu yang
mungkin saja bisa kembali berulang, dengan pelaku yang berbeda, dengan zaman
dan tempat yang berbeda pula. Sejarah seringkali disebut "hanya tergantung
kepada penulisnya, dan penulis sejarah adalah mereka yang menang."
Bersyukurlah kita dengan diturunkannya Al-Qur'an diturunkan sebagai mukjizat
bagi Nabi Muhammad saw.--isi kandungannya merupakan wahyu dari Ilahi dan
terjaga serta terpelihara sampai akhir masa--untuk menceritakan kembali
pelbagai sejarah masyhur penuh hikmah tersebut, sehingga dapat menjadi
pelajaran bagi kita generasi akhir zaman.
Sejarah telah mencatat bagaimana keagungan sikap mereka
yang mengumpulkan dan menyebar kebajikan. Jalan mereka tidak senantiasa mulus.
Penuh onak dan duri. Tak kurang tantangan dan pertentangan datang bahkan dari
karib kerabat mereka sendiri. Namun kebenaran tetap disampaikan dengan
metode-metode yang penuh kebijaksanaan. Dari mempelajari sejarah tersebut tentu
saja kita dapat memperoleh banyak sekali tokoh panutan, yang menginspirasi kita
untuk terus melakukan kebajikan. Orang-orang tersebut bisa ada di sekeliling
kita. Mereka, apapun kedudukannya, adalah pelayan manfaat bagi lingkungan; apa
dan siapapun di sekitar mereka.
Sebuah ungkapan bijak mengatakan bahwa kita hari ini bisa
tidur nyenyak lantaran ada orang lain yang terus bekerja yang besar kemungkinan
tidak kita lihat jasa dan pengorbanan mereka. Anda bisa bayangkan jika petugas
pengambil sampah yang setiap hari mengambil sampah yang tergantung di depan
rumah Anda libur satu minggu saja, barangkali Anda tidak bisa tidur nyenyak
dengan aroma sampah yang menggunung tersebut. Atau jika petugas yang bertugas
mengatur aliran air bersih ke rumah Anda tidak bekerja saat ada kerusakan yang
menghambat suplai air ke rumah-rumah. Atau jika petugas dari PLN tidak bekerja
untuk memperbaiki kerusakan pada jaringan listrik. Bagi Anda yang tidak sempat
mengerjakan pekerjaan rumah dan mewakilkannya kepada jasa pembantu, atau jasa
tukang cuci atau binatu, atau pergi ke tempat kerja dengan jasa supir, ungkapan
bijak tersebut tentunya lebih terasa lagi bagi Anda.
Sejarah juga mencatat bagaimana perilaku penyalahgunaan
kekuasaan dan harta benda sebagai titipan dari Allah Swt. akan menemui ganjaran
setimpal. Ganjaran tersebut bisa saja diperoleh di dunia sebagai dampak dari
hukum sebab akibat. Dan kita bisa mengukur hal tersebut melalui tatanan nilai
yang bisa diperoleh dari mempelajari kitab suci sebagai ayat yang tertulis, dan
juga dari alam semesta yang merupakan ayat tak tertulis. Belajar dari sejarah,
melalui pengalaman dan kisah juga merupakan sebuah cara untuk mempelajari
ayat-ayat tidak tertulis tersebut.
Dalam ukuran terdekat, Abdullah Gymnastiar beberapa kali
pernah memberikan contoh dari sebuah hukum sebab akibat dalam sebuah
pertanyaan: "jika kita berdagang, apakah kita mencari penjual yang
jujur?" Tentu kita akan mengeluarkan jawaban yang logis dan juga dapat
diterima oleh hati. Tentu saja kita menginginkan membeli dari pedagang yang
jujur. Sehingga dengan sendirinya pedagang yang jujur akan memperoleh
keuntungan yang besar dari kepercayaan yang diperolehnya tersebut. Sebaliknya
pedagang yang tidak jujur dan tidak amanah bisa langsung menerima akibat dari perbuatannya di dunia, yaitu
hilangnya kepercayaan dari orang lain. Seperti sebuah kata pepatah,
"sekali lancung ke ujian seumur hidup orang takkan percaya."
Kita juga bisa mencerna sejarah dari kutipan perkataan para
pendahulu kita. Kita dapat menyebutnya peribahasa atau kata-kata mutiara.
Kisah-kisah penuh hikmah juga bisa kita peroleh dalam berbagai literatur, yang
bisa jadi telah diceritakan selama kurun waktu berabad-abad lamanya. Seperti
kisah kejujuran Syaikh Abdul Qadir Jailani, kisah Imam Al-Ghazali yang menerima
nasehat berharga dari seorang pencuri, atau kisah taubatnya seorang pembunuh
setelah ia akan melakukan pembunuhan yang keseratus kalinya. Semua kisah itu
telah diceritakan secara turun temurun agar para generasi penerus dapat
mengambil hikmah berharga daripadanya, sebagai bekal nilai yang harus ia pegang
teguh dalam mengarungi perjalanan kehidupan untuk mengumpulkan bekal ketakwaan
yang dibawa pulang ke kampung akhirat kelak.
Bagi saya, mempelajari sejarah adalah bekal untuk
mengarungi kehidupan. Seperti kata seorang pujangga, agar kita belajar dari
pengalaman orang lain, karena seluruh hidup kita ini tidaklah cukup untuk
mengulang semua kesalahan terdahulu dari mereka. Sebagai penutup saya akan
membagikan sebuah kutipan dari Marshanda, seorang artis, di sebuah acara di
stasiun TV swasta. Tidak ada perubahan dalam diri kita tanpa memulai dengan berani jujur kepada diri sendiri.
Semoga kita senantiasa diberikan rahmat dan hidayah-Nya
agar senantiasa diberi petunjuk menuju kepada jalan yang diridhai-Nya. Aamiin
ya Rabbal 'aalamiin.
Banda Aceh, 21 Agustus 2013
Pukul 21:27
Pukul 21:27
Jujur menilai diri sendiri termasuk mengenal diri dan bersyukur, setelahnya menetapkan apa yang akan dilakukan ke depan :D
ReplyDeleteSetuju, ia yang mengenal diri maka akan kenal pada Tuhan-Nya dan fungsi penciptaan dirinya di muka bumi. :-)
DeleteMoga kita senantiasa diberi petunjuk dijalan yg diridhoi aamiin, btw selamat yaa dah domain baru
ReplyDeleteTerima kasih Kak Khairiah, waduh maaf baru direspons. :)
ReplyDeleteAaamiin ya rabbal 'aalamiin,
Delete