Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Minggu Ketujuh di Kursus Bahasa Jerman

Di minggu ketujuh, masih bersama Herr Didit kami banyak membahas soal hausaufgabe atau pekerjaan rumah yang diberikan. Kali ini kami sudah masuk ke penjabaran struktur yang sedikit serius, yaitu pemakaian artikel pada kata benda yang tentu (definit, bestimmte) dan kata benda yang tak tentu (indefinit, unbestimmte).

Sebagai perbandingan, dalam bahasa Inggris, kita menemukan pemakaian artikel "the" untuk mendahului kata benda yang tentu dan "a, an" untuk mendahului kata benda yang tidak tentu.

"This is an apple."    --> kata benda tidak tentu
"The apple is red."  --> kata benda tentu

Sebagai perbandingan pula, dalam bahasa Arab kita menggunakan alif lam untuk mengawali kata benda yang tentu (isim ma'rifah) dan tidak menggunakan alif lam untuk mengawali kata benda yang tak tentu (isim nakirah).

"Haadzaa qalaamun."   --> kata benda tidak tentu
"Al-qalaamu jamiilun."  --> kata benda tentu

Dalam bahasa Jerman, kita menggunakan artikel der, das, die untuk mendahului kata benda yang tentu (definit, bestimmte) dan artikel ein, eine untuk mendahului kata benda yang tidak tentu (indefinit, unbestimmte).

"Das ist ein Apfel"   --> kata benda tidak tentu
"Der Apfel ist rot."  --> kata benda tentu

Dalam pelajaran lebih lanjut, kita akan menemukan perbedaan di mana kata benda yang berposisi dalam struktur kalimat sebagai sebagai obyek (akkusative) memiliki aturan yang sedikit berbeda dengan kata benda yang berposisi dalam struktur kalimat sebagai subyek (nominative). Perbedaan itu khusus terletak pada kata benda yang berartikel der. Untuk bentuk kata benda yang tentu, der akan berubah menjadi den. Sedangkan untuk bentuk kata benda yang tidak tentu, ein akan berubah menjadi einen.

"Der Apfel is rot."                 -->  kata benda tentu dalam posisi sebagai subyek (nominative)
"Die Frau isst den Apfel."      -->  kata benda tentu dalam posisi sebagai obyek (akkusative)

Di samping belajar tentang tata bahasa, sebagaimana penjelasan Herr Didit, mengenal budaya masyarakat Jerman adalah hal yang tidak dapat dikesampingkan dalam mempelajari bahasa Jerman. Herr Didit menceritakan bahwa meskipun memiliki beberapa kota besar, negara-negara bagian di Jerman masing-masing memiliki keunggulan yang dapat menjadi icon atau kebanggaan wilayah tersebut. Misalnya Leipzig yang merupakan pusat dari perkembangan seni dan budaya. Beberapa kota lainnya sangat menguasai dalam masalah otomotif, kesehatan, perdagangan dan sebagainya.

Masyarakat Jerman juga sangat menghargai waktu, atau yang biasa dikenal dengan punklitch. Oleh karena itu salahsatu dari materi yang diajarkan adalah bagaimana membuat Termin atau perjanjian bertemu. Dalam budaya masyarakat Jerman, kita mesti membuat janji bertemu terlebih dahulu, bahkan termasuk untuk hal-hal seperti membuat janji dengan dokter gigi. Apabila kita lupa atau terlambat untuk memenuhi janji pertemuan, maka orang yang bersangkutan tidak akan menunggu lama dan dapat segera menninggalkan tempat pertemuan tanpa menunggu kita lagi.

Ada sebuah cerita di mana seorang Professor mengatakan kepada mahasiswa yang terlambat mengikuti kelas, bahwa seseorang yang tidak mengerti pelajaran atau bahasa kasarnya bodoh terhadap suatu pengetahuan masih bisa diajari. Namun seseorang yang tidak bisa tepat waktu atau disiplin tidak dapat diajari, karena hal tersebut berkaitan dengan karakter dari individu yang bersangkutan, dan menanamkan karakter adalah bukan pekerjaan satu bulan-dua bulan dalam pemahaman tersebut.

Di samping mengenali sejumlah perbedaan budaya, kita juga mesti peka terhadap informasi prakiraan cuaca terutama apabila suhu udara berubah secara ekstrem. Sejumlah adaptasi mesti dilakukan termasuk dalam pola makan di musim dingin yang bisa melonjak berkali lipat dari biasanya. Sejumlah pakaian untuk mengantisipasi cuaca tertentu juga diperlukan dan untuk hal ini biasanya sudah dijelaskan saat pembekalan bahasa asing sebelum berangkat ke luar negeri.

Jerman adalah pilihan yang amat menjanjikan bagi para penuntut ilmu pengetahuan. Oleh karena tidak semua universitas menyediakan program kuliah dalam bahasa Inggris, tak ada salahnya untuk mempelajari bahasa Jerman. Beberapa teman yang berkuliah di sana juga termasuk para pengajar di tempat kami mengikuti kursus pengenalan bahasa Jerman juga menceritakan betapa banyak kemudahan yang diberikan bagi para mahasiswa yang menuntut ilmu di sana, meskipun mereka bukan warga negara Jerman.

Jerman memiliki standar kualitas pendidikan yang menjanjikan bahkan dapat dikatakan seluruh universitas di Jerman sangat menjaga kualitas mutu pendidikan yang diberikan. Masing-masing universitas di kota-kota di Jerman juga memiliki keistimewaan tersendiri. Misalkan ingin mencari pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan maka dapat menemukannya di kota Muenchen, dan sebagainya. Jika di negara lain orang mesti bertanya lebih dulu apa nama universitasnya, maka hal sebaliknya berlaku di Jerman di mana kualitas pendidikan sangat unggul di sana.

Oh iya, sebagian besar orang Indonesia dapat ditemui di kota Hamburg dan Gottingen. Di Gottingen lebih khusus lagi, kamu bakal banyak bertemu dengan orang-orang Aceh dan Melayu sehingga disebut oleh pengajar kursus kami sebagai Kampung Melayu-nya Jerman.

Hari ini, kami mengikuti ujian untuk program 60 Jam kursus pengenalan bahasa Jerman di Perhimpunan Alumni Jerman (PAJ) Lingke Banda Aceh. Setelah melalui sesi soal-soal, lesen (membaca). hoeren (mendengarkan), schreiben (menulis) dan sprechen (berbicara) maka purna sudah kursus tahap pertama ini. Saya, Andi, Ikhsan dan Heri berencana untuk melanjutkan kelas ini ke tahap berikutnya. Selamat juga untuk Heri yang pada minggu lalu baru saja menikah dan resmi menempuh kehidupan berumah tangga. Semoga menjadi pasangan yang senantiasa dianugerahi sakinah, mawaddah dan rahmah dan melahirkan generasi penerus putera dan puteri yang shaleh-shalehah. Aamiin.


Foto bareng pasca pengumuman hasil ujian 2 Februari 2014


Banda Aceh, 20 Januari 2014

Artikel keren lainnya:

5 Tanggapan untuk "Minggu Ketujuh di Kursus Bahasa Jerman"

  1. Azhar keren, tau banyak bahasa. Insya Allah Azhar aan bisa ke Jerman ini ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, aamiin. Hehe kita dibilang keren nii :)

      Delete
  2. bg di langsa ada gk dbuat les b. jerman ?
    soal ny pengen kayak bj. Habibi .
    kalau tidak da di dekat langsa da gk? pa saya bljar harus k banda?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk bisa ke Jerman ada "cara yang cepat" dan ada juga "cara yang lama". Cara yang saya tempuh ini tergolong cara yang lama. Di tempat kursus kami tempo belajarnya tidak secepat bila belajar di Goethe Bandung atau Jakarta. Di Goethe, kursus-nya benar-benar intensive seperti persiapan SPMB / SNMPTN.

      Di Banda Aceh sejauh ini baru ada tahap awalnya, kami baru belajar bab-bab awal dari buku A1. Bahasa Jerman sendiri memiliki beberapa tahap dari A1, A2, B1, B2, C1, C2. Kami juga tetap mesti mengambil ujian bahasa Jerman di Goethe Bandung atau Jakarta.

      Cara lama juga bisa kita tempuh dengan belajar sendiri ( salahsatunya bisa melalui http://german-audio-dialogues.blogspot.com/ ).

      Delete
    2. Tetap semangat, di mana ada kemauan pasti ada jalan. Silakan baca artikel teman saya yang sepertinya cukup bagus untuk referensi memburu beasiswa di luar negeri: http://gaminongblogger.blogspot.com/2014/04/beasiswa-sekolah-diluar-negeri-tertarik.html

      Delete