Menjadi penulis itu tak cukup sekedar menjelma menjadi kutubuku, tetapi jadilah predator buku!
Selamat Hari Buku!
(Helvy Tiana Rosa, pada 22 April 2014)
Pemirsa, membagikan cerita di blog terkadang menimbulkan pertanyaan yang kembali kepada saya sebagai penanya. Berbagi cerita apalagi cerita keseharian barangkali akan menimbulkan rasa yang sama sekali berbeda, khususnya untuk saya yang sebenarnya sama sekali tidak terbiasa berbagi cerita. Jika dikaji lagi manfaat atau mudharat berbagi cerita tentunya saya akan lebih waspada lagi, apalagi bila membaca artikel berikut http://leenksite.blogspot.com/2014/04/memanusiakan-diri-sendiri.html
Dari hasil mengikuti inaugurasi FLP Aceh yang banyak memberikan ilmu dan wawasan, ternyata saya menemukan banyak sekali pelajaran. Bahwa untuk memperoleh kualitas tulisan dibutuhkan jam terbang yang tinggi. Lama waktu belajar juga bisa menjadi patokan seseorang dapat mencapai tingkatan kualitas yang mumpuni.
Semenjak hari pertama saat perkenalan diri, dengan cara yang unik kami diminta bermain diksi. Tidak semudah yang kami kira namun di sinilah letak di mana kami diminta untuk lebih kreatif. Berusaha berpikir di luar kotak (out of the box). Berpikir di luar kebiasaan atau kelaziman yang sudah terlalu lama diabadikan dalam pikiran.
Menulis apa saja, seperti kata Ferhat dalam sesi "Saatnya Menulis", bisa dimulai dengan melihat dari apa yang dilihat, didengar dan ditonton. Dengan melatih hal tersebut dapat meningkatkan kepekaan kita dalam melihat hal-hal di sekitar kita. "Lihat sekitar kita." begitulah bunyi sebuah syair lagu.
Selain memperkaya diksi dengan lebih memperbanyak menginderai karya, terdapat sekian banyak cara lagi untuk bisa menulis dengan indah. Berkumpul di komunitas, saling belajar dan menilai karya, melakukan perjalanan ke tempat-tempat baru, atau sekadar melakukan napak tilas ke masa lalu. Asal tidak hidup di masa lalu, seperti yang pernah saya kemukakan dalam beberapa catatan nostalgia Sabtu saya.
Jujur, banyak hal yang bisa kita temukan dengan menulis. Kata teman saya Baiquni Hasbi, saat dia melihat kembali status-status lamanya di sebuah jejaring sosial, ia bisa mengevaluasi banyak hal dengan "berwisata" kembali ke tulisan-tulisan lamanya. Bagi saya sendiri, saya ingin mengistirahatkan sejenak kebiasaan menulis harian--manakala saya rasa perlu--untuk berwisata kembali ke tulisan-tulisan lama tersebut. Barangkali ada peristiwa-peristiwa yang bisa kembali terkenang dan bahkan dapat menjadi ide-ide baru. Seperti kata Ferhat, kita bisa mengabadikan suatu peristiwa melalui fotografi, lukisan, video ataupun lewat menuliskannya.
Kadang bila melihat begitu banyaknya potensi di FLP Aceh yang lebih banyak bergelut di bidang fiksi daripada non-fiksi, maka saya pun berulang kali bertanya apakah saya telah tepat berada di sini. Meski saya tahu tak sedikit ilmu yang dapat saya peroleh. Kekayaan diksi yang dimiliki teman-teman di FLP menurut saya tidak diperoleh dalam waktu sebentar. Meski dari segi usia saya tidak terbilang lebih muda dari banyak teman di FLP Aceh, namun mereka telah memiliki jam terbang membaca dan menulis yang luar biasa. Tidak, ini sama sekali bukan merendah. Semoga hal tersebut (budaya membaca dan menulis) dapat terus sama-sama kita pertahankan dan tingkatkan.
Wah, apa lagi ya yang bisa saya tulis? Oh, iya. Saya ingat di malam minggu itu ketika tiga diva mengisi sesi bedah cerpen untuk menilai sebuah karya. Dalam waktu singkat di bawah tekanan deadline membaca yang mereka terapkan peserta diminta untuk menyelesaikan karya sastra yang diberikan.
Saya, meski dalam kondisi "in the place" alias merasa bisa fokus untuk membaca nyatanya hanya mampu membaca 1 artikel saja sementara 1 artikel lainnya boleh dibilang hanya membolak-balik saja. Itu pun masih belum bisa memahami ke mana arah tujuan tulisan tersebut dalam sekali baca.
Bisa kita bayangkan bagaimana kebiasaan membaca seorang editor ternama seperti Kak Beby Haryanti Dewi. Oh iya, jadi ingat juga tips dan trik dari Kak Beby tentang menulis outline sebuah karya (fiksi?). Sepertinya sudah boleh saya praktekkan, agar menulis fiksi dapat kembali menjadi kecintaan buat saya.
Awal menulis di mading dulu, saya menuliskan sebuah cerita komedi ala Lupus. Teman-teman di sekolah menyukainya meski sepertinya itulah satu-satunya karya cerpen saat itu. Ketika di kursus kepenulisan offline saya juga mengawali karya dengan fiksi. Setelah meminta kritik dari beberapa teman, katanya alurnya masih perlu diperbaiki. Tapi (merasa) tersanjung setelah dikomentari bahwa tulisan itu mirip cerpen An-Nida tempo dulu.
Kini, saya berharap bisa membaur dengan kebiasaan menulis, seperti status Cutkak Helvy Tiana Rosa di atas pada facebooknya. Baiklah, kita tutup saja sesi "muhasabah" yang sepertinya akan menjadi rutinitas baru di blog saya. Jadi in sya Allah hari Jum'at saya akan memuhasabahi tulisan saya (self-evaluating), kemudian Sabtu catatan nostalgia dan Ahad-nya menuliskan catatan bertema ringan, bisa tentang budaya daerah, kuliner tradisional ataupun kegandrungan saya pada dunia sepakbola.
Blogger hiperaktif. Tidak ada maksud men-judge siapa-siapa dari judul tersebut. Tidak pula untuk menyebut-nyebut diri sendiri. Blogger hiperaktif hanyalah sebutan yang bisa menjadi alarm pribadi bagi kita, apakah suatu hobi telah kita landasi dengan niat yang tulus. Apakah hobi itu bisa melalaikan kita dari kewajiban yang sesungguhnya. Ataukah ada perasaan-perasaan yang ingin disebut-sebut, kemudian menjadi lalai akan kewajiban untuk senantiasa berbagi walau sedikit ilmu?
Banda Aceh, 24-25 April 2014
Bener banget Azhar, lebih banyak membaca, lebih banyak jalan-jalan, lebih banyak bercerita dan menulis, dan pastinya lebih banyak bermanfaat buat orang :)
ReplyDeletesip, in sya Allah this is a never ending journey to be better for many people, aamiin :-)
Deletesetuju
ReplyDeleteterima kasih kak, salam kenal ya ... :-)
DeleteSaat ini, apapun yang saya upload di facebook; thread dan komen-komen di thread tersebut (baik status maupun foto) saya berusaha meng-copypaste-nya lagi ke lembaran Word. Biarkan status tersebut berkembang dan beranak pinak menjadi beberapa kalimat yang panjang. Lalu menjadi sebuah tulisan dengan satu judul. Satu status pendek jadi satu judul tulisan.
ReplyDeleteTermasuk soal foto yang saya posting di fb malam kemarin, sehari kemudian jadilah satu postingan di blog kayak berikut ini, ahahaaa..
http://fardelynhacky.blogspot.com/2014/04/saat-golden-chain-blossom-bunga.html
asyik kali punya banyak ide yang disimpan. ntar ditandai, diwarnai or dibuat ke dalam mind map seru juga sepertinya :-)
Delete