Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Muhasabah 1 Tahun I Love Songket Aceh

Diskusi Gathering Tenun Songket Aceh di Aula Museum Aceh pada 31 Oktober 2015 menjadi kesempatan perdana kami "unjuk panggung". Kehadiran para narasumber: Ibu Laila Abdul Jalil (arkeolog dari Disbudpar Aceh), Bapak Dr. Iskandarsyah Madjid (UKM Center FEB Unsyiah), Bapak Dr. Indra Zainun, MP (Pengelola Songket Aceh Nyakmu), Julia Safitri, ST, MM (owner/designer Jingga Project) dan Bapak Zulfikar Taqiuddin, S.Sn (Dosen Arsitektur FT Unsyiah) dan saya sendiri mewakili komunitas I Love Songket Aceh.

Artikel keren lainnya:

Saat Sosial Media Mengajakmu Semakin "Aku"

Akhir-akhir ini, setidaknya dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan, suasana bersosial media seakan memanas. Netizen seolah menjadi sangat reaktif dan gampang sensitif. Sedikit berbeda pendapat, sudah menimbulkan saling curiga dan membenci. Jutaan orang terhubung melalui dunia maya, namun di sisi lain kepedulian untuk menjaga silaturahim kian memudar.

Saya teringat ujaran seorang sahabat di masa-masa awal mulai terjun di sosial media. Katanya, kehadiran sosial media membuat orang-orang bakal menjadi lebih ekspresif. Di sisi lain, sosial media menghubungkan banyak orang untuk dapat melakukan aksi-aksi positif mulai reuni sekolah, aksi sosial hingga aksi keprihatinan massal terhadap issue-issue tertentu.

Artikel keren lainnya:

Wisata Budaya dan Sejarah Aceh Bersiap Menyongsong World Halal Tourism Summit (WHTS) Expo 2016

Wisata Aceh tak sekedar keindahan alamnya, namun juga melibatkan pesona budayanya. Kendahan tarian berpadu dengan kelezatan sajian kuliner, belum lagi bila berbicara mengenai sejarah peninggalan (heritage) masa kerajaan Islam di Aceh dari masa lampau.

Artikel keren lainnya:

Launching, GenPI Aceh Ajak Masyarakat Promosikan Pesona #AcehSebenarnya

Selama ini jika kita mengetikkan Aceh di mesin pencarian, maka sedikit sekali hal positif yang bisa ditemukan mengenai Aceh. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh terhadap citra positif Aceh, apalagi belakangan ini sedang gencar-gencarnya Aceh mempromosikan penerapan wisata halal.

Tenun Songket Aceh dan Kupiah Meukutop - Photo by Citra Rahman hananan.com

Dalam mendukung upaya tersebut. tagline "The Light of Aceh" dan "Cahaya Aceh" diluncurkan pada kegiatan Wonderful Ramadhan in Aceh pada bulan Juni yang lalu. Sejumlah kegiatan festival telah berlangsung pada tahun 2016 ini antara lain Banda Aceh Coffee Festival 2016, Festival Pulau Banyak 2016, Aceh International Rapa'i Festival 2016 dan masih banyak lagi.

Artikel keren lainnya:

Kisah yang Tak Jadi Kutuliskan Itu

Setelah berlembar-lembar kisah yang tak jadi kutuliskan itu. Malam ini aku kembali mendatangimu. Kita terpisah oleh rasa enggan dan malu. Malu tak bisa lagi punya kisah blogging yang serupa dahulu. Enggan karena melihat dunia ini jadi lebih gemerlap tak sesunyi ketika itu.

31 bulan sudah aku menekuni dunia ini. Bertemu banyak teman, aktivitas bahkan hal tak terduga: kejutan-kejutan yang siap menyapa seperti selipan bluberry dalam brownies yang telah lama disimpan di kulkas.

Artikel keren lainnya:

Songket Jasmani, Tenun Aceh Penuh Kreasi

Melihat motif-motif menarik dengan ragam warna yang memikat hati ini pastilah membuat hati bertanya, apa kisah di balik pembuatan kain dan siapa gerangan pembuatnya. Benar, kain-kain yang terpajang di foto ini bukanlah sekedar kain. Ini adalah tenun songket Aceh yang dapat kita temui di sentra pengrajin Songket Jasmani di Desa Miruek Taman, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.

Jasmani Daud (50), salah seorang pengrajin dari Desa Miruek Taman mulai berkarya sebagai penenun songket Aceh sejak tahun 1984. Keterampilan menenun diperolehnya dengan berguru pada mendiang Nyak Mu (Hj. Maryamu) yang meraih upakarti atas pengabdiannya sejak tahun 1973 bagi pelestarian pusaka kerajinan budaya Aceh di Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.

Para pengrajin ketika itu masih sangat mengandalkan bahan-bahan alami untuk pembuatan tenun. Setiap akhir pekan banyak wisatawan yang berkunjung ke Desa Siem untuk melihat proses pembuatan tenun. Di samping itu banyak yang datang dari berbagai daerah di Aceh untuk berguru pada Nyak Mu, termasuk di antaranya Jasmani.

Pemerintah daerah melalui mantan Gubernur (Alm.) Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA bersama sang isteri Siti Maryam sangat berperan dalam pengembangan industri kerajinan souvenir Aceh. Begitu pula mantan Bupati Aceh Besar (Alm.) Drs. H. Sanusi Wahab beserta isterinya Herawati yang konsisten dalam membina para pengrajin souvenir khas Aceh.


Menurut penuturan Herawati saat ditemui team I Love Songket Aceh, atas inisiatif dan komitmen pemerintah daerah saat itu maka dibinalah industri kerajinan budaya Aceh berbasis rumah tangga (home industry). Herawati yang saat ini aktif di Dekranasda Aceh dan sebagai Dosen FKIP PKK Universitas Syiah Kuala menggambarkan masa-masa tersebut sebagai masa kejayaan para pengrajin souvenir khas Aceh.

Industri rumah tangga songket Aceh ternyata berpotensi sebagai wisata atraksi bagi pelancong yang ingin menyaksikan proses pembuatan songket Aceh. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, didirikanlah Balee Buet Jaroe (Pusat Kerajinan Tangan) Siti Maryam di Desa Miruek Taman, Aceh Besar.

Pemerintah daerah saat itu juga aktif mengirimkan para pengrajin sebagai delegasi ke berbagai event seni dan budaya berskala domestik maupun mancanegara. Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat diperoleh umpan balik untuk pengembangan industri kerajinan budaya Aceh. Di antara event yang diikuti oleh Jasmani adalah Festival Budaya Tongtong di Belanda pada tahun 1984.



Pada tahun 2003, Jasmani menikah dengan Parliansyah, seorang pemuda asal Samadua Aceh Selatan. Dari abang Jasmani yang sedang merantau ke Aceh Selatan itulah jodoh mereka dipertemukan. Pada 30 Agustus 2004 mereka dianugerahi seorang buah hati bernama Alfarrizqi.

Musibah gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 turut menimpa sebagian wilayah Desa Miruek Taman. Namun, seiring perdamaian dan keberhasilan proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami membuat pariwisata Aceh mulai dilirik oleh masyarakat dunia.

Parliansyah (39) saat itu sering menyaksikan kegiatan warga di desanya yang bekerja sebagai penenun. Ia tergerak untuk belajar menenun dan berkat kesungguhan dan kerja keras itulah ia pun telah memiliki keterampilan menenun sebagaimana sang istri. Berbagai event dan pelatihan telah mereka ikuti dalam rangka meningkatkan keterampilan mereka dalam bidang tenun ini.



Parliansyah dan Jasmani terus membina silaturahim dengan berbagai pihak baik pemerintah, sesama pengrajin maupun segenap stakeholder. Pasangan suami istri ini terus berjuang melestarikan budaya tenun songket Aceh meskipun keberadaan tenun songket Aceh kian tenggelam dalam arus perkembangan zaman.

Harapan untuk Keberlangsungan Songket Aceh

Kini, lebih tiga puluh tahun Jasmani menyalurkan kecintaannya pada bidang kerajinan tenun songket Aceh. Banyak hal yang telah berubah. Semarak kecintaan budaya lokal Aceh pada generasi muda belum lagi segempita di masa silam.

Balee Buet Jaroe Siti Maryam pun hanya tinggal kenangan. Padahal dahulu di lokasi ini tersusun rapi peralatan tenun bukan mesin (ATBM) sekurang-kurangnya sebanyak 20 unit. Di tempat inilah para pengrajin di Desa Miruek Taman mengerjakan tenun songket Aceh.

Meskipun dengan segala keterbatasan, dedikasi Jasmani pada pelestarian tenun songket Aceh patut mendapat apresiasi penuh. Kualitas produksi, inovasi serta pemasaran harus senantiasa diupayakan dalam melahirkan produk yang dapat bersaing di pasaran.




Dari puluhan wanita yang pernah berprofesi sebagai penenun di Desa Miruek Taman, hanya tinggal sekitar lima orang yang terbilang masih aktif mengerjakan pesanan tenun dari rumah-rumah mereka. Itupun, di desa tersebut sepertinya hanya Jasmani saja yang masih menguasai pembuatan motif.

Sebagai pengrajin, Jasmani juga mengharapkan perhatian serius pada regenerasi pengrajin. Hal tersebut dapat diwujudkan antara lain dengan pemberian muatan lokal menenun bagi pelajar dan mahasiswa di bidang terkait.






Kini, sebuah pamflet dengan corak motif awan meurante telah menghiasi rumah dan sekaligus tempat produksi Songket Jasmani. Pamflet kreasi Piyoh Design tersebut diharapkan dapat membantu pengunjung menemukan lokasi tersebut.

Songket Aceh yang indah dan menawan hasil kreasi Songket Jasmani dapat dijadikan sebagai hantaran (asoe talam) dalam upacara pernikahan adat Aceh. Biasanya satu set songket Aceh terdiri dari masing-masing sehelai selendang dan sarung.
Pemesanan juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Bila anda berminat, silakan berkunjung langsung ke Desa Miruek Taman atau dapat menghubungi akun Instagram Songket Jasmani.

Video Kompas TV Aceh: 
Jasmani Daud, Tertatih Menjaga Tenun Songket Aceh

Banda Aceh, 5 Maret 2016.

Artikel keren lainnya:

Tombo Ati Bagi ODGJ (Giveaway Aku dan Orang dengan Gangguan Jiwa)

Aku tinggal dan dibesarkan di lingkungan sekitar Rumah Sakit Jiwa terbesar di kotaku. Ada cerita unik tentang itu. Setiap aku menghentikan angkutan umum untuk turun, ledekan "Salam ya buat yang di Kakap Ujung" akan ramai oleh teman-temanku yang kebetulan satu arah denganku. Itu karena Rumah Sakit Jiwa itu terletak di ujung Jalan Kakap yang tak jauh dari rumahku.

Keberadaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) telah menghantuiku sejak masa kecil. Kehadiran "orang gila" yang kabur dari tempat perawatannya cukup untuk membubarkan keasyikan bermain dengan teman-teman. Tak jarang, ODGJ yang "kelayapan" itu duduk di luar pagar rumahku sampai ada petugas rumah sakit yang menjemputnya. Kadang teman-temanku suka usil membuat nama-nama panggilan untuk ODGJ tersebut.

Uughh, am I stressed? - joglosemar.co

Artikel keren lainnya:

Dasasila (Kenapa Sih) Bandung Susah Banget Dilupain

MA Bouwer pernah menuliskan Bumi Pasundan (Bandung) diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum. Aku berkesempatan membuktikan ungkapan tersebut saat Bis Primajasa mengantarkan aku bersama rombongan keluarga di kawasan Cibeunying Kidul, Padasuka, Bandung di awal tahun 2015 yang lalu.

Udara dingin menyambut kami di Terminal Leuwi Panjang. Beberapa pedagang asongan tampak di pinggiran terminal, sementara lengangnya kota yang baru diguyuri hujan buatku sejenak menahan kantuk.

Bersama Joani di Saung Angklung Mang Udjo (foto koleksi pribadi)

Inilah sepuluh memori tak terlupakan dari kota Bandung:

Artikel keren lainnya:

Gampong Tanyoe #GampongTanyoe: Urbanisme Warga yang Menyenangkan

Pemanfaatan sosial media dapat dimanfaatkan untuk meng-create perubahan sosial. Gampong Tanyoe yang dalam bahasa Indonesia berarti Desa Kita  ini merupakan sebuah upaya sederhana dalam menggerakkan kembali urbanisme warga.

Sederhananya, kita diminta mengumpulkan foto-foto tentang tempat atau kegiatan unik di sebuah gampong. Foto-foto tersebut -- katakanlah 3-4 foto -- kemudian dilengkapi dengan foto diri bersama tulisan singkat tentang nama, nama gampong dan tagar #gampongtanyoe.

Foto dan aksi warga dalam #gampongtanyoe

Artikel keren lainnya:

Pou, Si Imut nan Lucu Menggemaskan

Namanya pendek saja, Pou. Ia tokoh kartun yang unik yang menjadi tokoh utama game animasi yang menjadi tpik bahasan kita. Nama game animasi ini sendiri mengambil nama sang tokoh.

Permainan ini mirip sekali dengan games yang saat kecil hanya bisa saya simak pariwaranya di majalah Bobo: Tamagochi. Permainan "hewan peliharaan virtual" ini melatih kesabaran dan kecakapan kita. Kalau tidak salah ingat, kita bisa memelihara Tamagochi hingga umurnya 99 hari.

Artikel keren lainnya:

Monthly Challenges (2): Februari Beropini

Setelah di Bulan Januari yang lalu belum berhasil memenuhi target sepuluh puisi, dengan tajuk tantangan "Januari Berpuisi", kali ini saya kembali merumuskan sebuah tantangan menulis lainnya. Di bulan Februari, kali ini saya mengambil sub topik opini.

Topik ini tentu saja berbeda dengan tantangan sebelumnya yang mengambil tema fiksi. Sejak usia sekolah dasar, saya suka sekali membaca surat kabar Republika. Saat itu tulisan-tulisan khas wartawan Republika seperti Zaim Uchrowi, Parni Hadi, Amien Rais dan sejumlah tokoh lainnya kerap menghiasi surat kabar binaan pengurus ICMI ini.

Artikel keren lainnya:

Fatamorgana

Tak berarti aku kecewa
Curahan kasih yang kebetulan
Sejak engkau lahir hingga remaja
Tak sebiji sawi ku pinta Budi

Tak berarti aku kecewa
Lelah payah aku telah rasa
Asam garam penikmat sajian
Hidup ini telah membiasa

Engkau kini dibuai masa muda
Rasa yang bergejolak dalam dada
Arungi samudera dalam buaian ombak
Tak terasa engkau telah dewasa

Sampan hidup jangan kau buang
Biar angin berpihak padamu jangan --
kau abaikan
Kelak ia akan kau perlukan
Saat ganasnya badai menumpulkan --
nyali

Aku di sini selalu di samping my
Mendoakanmu dari atas bukit
Tetaplah setia pada sujud
Merangkul pinta derita sang papa



Banda Aceh, 30 Januari 2016.

Artikel keren lainnya:

Tetap Waspada di Dunia Online

Pernah suatu hari, saat saya sedang semangat-semangatnya belajar bahasa Inggris, saya mengajak seorang Bulek Amerika untuk berdialog. Saya sampaikan bahwa saya ingin mempraktekkan skill bahasa Inggris saya. Sang Bule menunjukkan wajah sedikit mengkerut lalu mengangkat tangannya menolak, "sorry, it's privacy time!"

Artikel keren lainnya:

Geograpiea: Aplikasi yang Buat Makin Cinta Indonesia

Perusahaan pengembang aplikasi permainan terkemuka, Agate Jogja, telah meluncurkan "Geograpiea Indonesia" yang memperkenalkan wilayah Indonesia dengan cara yang mengasyikkan. donesia atau dikenal juga dengan Nusantara merupakan negara kepulauan dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa dan adat istiadat.

Puluhan ribu pulau dan ratusan suku bangsa, bahasa dan adat istiadat daerah justru dapat memperkokoh pesatuan dan kesatuan bangsa. Geograpiea membantu kamu mengenali lebih dekat wilayah-wilayah geografis Nusantara. Semakin kenal, semakin tumbuhlah rasa cinta kita pada negeri berjuluk zamrud khatulistiwa ini.
segitiga.net

Aplikasi games Geograpiea membantu kamu mengenali nama Provinsi berikut ibukotanya. Letak geografis provinsi-provinsi di Indonesia juga diperkenalkan dengan permainan ala peta buta. Ini adalah istilah untuk peta yang tidak diberi tanda nama tempatnya.

Kamu juga bisa menguji wawasan kamu tentang tempat-tempat penanda alias landmark suatu daerah. Tempat-tempat penanda daerah ini tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Seberapa jauh kita mengenali landmark wisata nusantara bisa diuji dengan Geograpiea.



Saya memberi nilai 4 dari 5 untuk aplikasi games yang diluncurkan pada awal tahun 2014 ini. Dua poin disumbangkan dari benefit dan value yang melekat pada games ini, sebagai wawasan dan pengetahuan dalam rangka meningkatkan rasa cinta tanah air (baca: nasionalisme).

Dua poin lainnya disumbangkan oleh kemahiran Agate Jogja sebagai pengembang aplikasi yang menyajikan kualitas animasi berkelas sekaligus skema permainan yang menghibur. Tidak mengherankan karena selama ini Agate Jogja telah mampu bersaing dalam percaturan pengembang aplikasi games di tingkat dunia.

Di sisi lain, Geograpiea tak luput dari kekurangan. Glenn Prasetya dalam ulasannya di id.technoasia.com menyarankan agar aplikasi permainan ini disempurnakan pada sekuel selanjutnya. Hal ini disebabkan Geograpiea sudah tuntas dimainkan dalam waktu relatif singkat. Begitu pun, games ini cukup layak dimainkan untuk mengasah wawasan kamu tentang wilayah-wilayah geografis di nusantara dengan cara yang menyenangkan!


Banda Aceh, 14 Januari 2016.



Referensi Pendukung:

Glenn Prasetya, https://id.techinasia.com/agate-jogja-merilis-geograpiea-untuk-android/

Artikel keren lainnya:

Tips Berkreasi dengan Movie Studio

Malam hari, di sela waktu luang penasaran dengan aplikasi Movie Studio yang tersedia cuma-cuma di android saya. Dilihat sekilas mirip juga dengan Windows Movie Maker. Saya coba "create new project"  lalu tersedia beberapa pilihan seperti pada gambar berikut:


Artikel keren lainnya:

Apakah Hujan akan Terus Menemani Kita

Apakah hujan akan terus menemani.
Kala rintiknya menemani aku dinihari.
Hirau dan abai datang silih berganti.
Tapi hujan masih menemaniku di Januari.

Apakah hujan akan terus membersamai.
Peluh dan perih yang terdinginkan -- olehnya.
Cerita bidadari kecil pada sang Bunda.
Doa pemuda di penghujung gulita.

Artikel keren lainnya:

Monthly Challenges (1): Januari Berpuisi

Sudah seminggu berjalan, saya entah dengan kesibukan yang sebenarnya juga tidak sibuk amat. Dan dengan aktivitas yang kadang tidak terlalu serius amat. Jujur, motivasi menulis seakan buyar sesaat. Entah di mana mulanya.

Beberapa tulisan telah akan diposting sebagai tulisan perdana di tahun ini. Tetapi tampaknya saya lebih senang menyimpannya dalam draft.

Tak mudah pula menyimpan ide di tengah smartphone yang menggoda untuk berpaling fokus. Ini muhasabah awal tahun juga, pe-er yang kudu dibenahi, apalagi tahun ini sudah bisa mulai menyusun thesis.

Artikel keren lainnya:

Coretan Ringan Awal Tahun 2016

Pendidikan sebenarnya adalah untuk memecahkan masalah bukan sekedar untuk pengayaan/hafalan. Pendidikan paling bermakna adalah pertemuan antara pembelajar yang "terus lapar" dengan "laboratorium praktek"-nya. Pendidik terbaik adalah yang mampu menunjukkan jalannya.

Sebagian besar masalah dapat terjawab dengan menumbuhkan jiwa enterpreneurship / kemandirian / harga diri untuk makan dari jerih payah sendiri. Kemudian -- bagi pemerintah -- adalah menyederhanakan birokrasi pelayanan dan mengurangi kebocoran anggaran.

Artikel keren lainnya: