Karena kamu bukan keturunan para raja dan bukan pula bangsawan, menulislah. Agar diri dan pemikiranmu berjejak di sejarah.
Ya, barangkali semangat menulis itu perlahan tidak lagi membara. Seperti penjelasan seorang pegiat literasi, bahwa menulis dan membaca itu ibarat kawan.
Dan hei, berapa lama sudah aku tidak lagi menekuni bacaan dalam arti buku literatur atau karya sastra komplit.
Membaca surat kabar pun hanya mengejar berita olahraga atau sekedar kondisi sosial ekonomi yang menarik minat saja.
Atau mungkin melakukan perjalanan. Berjalan dan menemui hal-hal yang baru dapat membuat kita selayak pribadi yang baru, seperti kata seorang kawan.
Belakangan saya jadi lebih sering mengisi akun sosial media saya yang baru di Steemit. Teman-teman Gam Inong Blogger dan Forum Aceh Menulis yang ramai memperbincangkan platform baru ini.
Di Steemit, ada motivasi untuk menghasilkan konten-konten bermutu dan menghindari penjiplakan. Saling apresiasi dan juga berlomba untuk berkreasi.
Asyik saja menikmati karya seni para seniman baik lewat puisi atau gambar. Juga mengikuti istilah-istilah yang menjelaskan aturan main yang tampaknya lebih fair. Ada reward untuk mereka yang secara konsisten menghasilkan karya.
Dan, menariknya lagi dukungan komunitas yang membuat Steemit jadi berdaya. Berkarya sendiri mungkin terlihat sepi. Namun dengan semangat kebersamaan kita dapat saling mengapresiasi.
Berlomba dalam kebaikan ya, tentu saja harus jadi motivasi utama.
Sekian dulu, sekedar isi hati.
Banda Aceh, 31 Januari 2018
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Blog, Rumah Tulisanku yang Penuh Kenangan"
Post a Comment