Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Aceh Kreatif: Menyibak Potensi UMKM Lokal ke Pentas Global

Pernyataan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Aceh beberapa waktu silam mengenai persentase orang kreatif di Aceh yang tidak lebih dari satu persen sempat menjadi perbincangan hangat. Perihal yang menjadi bahasan adalah tolok ukur apa yang digunakan untuk memberi penilaian tersebut.

Apabila kita perhatikan data statistika yang disajikan dalam Aceh Dalam Angka 2018, dapat dilihat angka indeks pertumbuhan manusia (IPM) provinsi Aceh pada tahun 2017 sebesar 70,60. Angka tersebut tidak terlalu jauh selisihnya dengan rata-rata IPM seluruh provinsi di Indonesia yaitu sebesar 70,81. Angka indeks pertumbuhan manusia (IPM) ini saya jadikan tolok ukur karena belum ada standar untuk mengukur kreatvitas penduduk secara umum.

Aceh Kreatif sejauh ini telah merumuskan tiga sasaran utama dalam peyusunan programnya, yang mencakup:
1. Penyediaan sentra produksi yang berbasis potensi sumber daya lokal dan berorientasi pada pasar lokal;
2. Perlindungan produk-produk yang dihasilkan oleh industri lokal agar dapat bersaing dengan produk dari luar Aceh; dan
3. Merangsang lahirnya industri kreatif yang potensial terutama di sektor jasa.


Lebih jauh, apabila dikaitkan dengan ekonomi kreatif, maka kita dapat memperhatikan 16 bidang utama ekonomi kreatif sebagaimana dirumuskan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Keenambelas bidang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Aplikasi dan pengembangan permainan.
2. Arsitektur.
3. Desain produk.
4. Fesyen.
5. Desain interior.
6. Desain komunikasi visual.
7. Seni Pertunjukan.
8. Film, animasi dan video.
9. Fotografi.
10. Kriya.
11. Kuliner.
12. Musik.
13. Penerbitan.
14. Periklanan.
15. Seni rupa.
16. Televisi dan radio.

Ekonomi kreatif sendiri dapat dimaknai sebagai kegiatan ekonomi yang menitikberatkan kreativitas sebagai modal utama dalam meningkatkan nilai tambah ekonomi. Ide besarnya adalah menggali potensi yang ada pada masyarakat untuk berjuang dan mencapai kemajuan bersama.

Di provinsi Aceh sendiri, dengan pencanangan slogan Aceh Kreatif yang merupakan bagian dari slogan utama Aceh Hebat, telah menelurkan sejumlah program unggulan. Melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Aceh Kreatif masih konsisten untuk mengikuti sejumlah perlombaan dalam rangka kampanye pariwisata halal di tingkat dunia yang pernah diraih provinsi Aceh pada tahun 2016 silam. Pada bulan April 2019 yang lalu, Aceh meraih runner up sebagai Destinasi Wisata Halal Indonesia dari lima provinsi di Indonesia.

Adapun kriteria yang digunakan mengacu kepada standar Indonesia Muslim Travel Index (IMTI), yang menjadikan access, communications, environment dan services (ACES) sebagai kriteria utama penilaian. Keberhasilan tersebut semakin mengukuhkan upaya provinsi Aceh dalam mewujudkan pariwisata berbasis halal.



Sumber di sini


Dalam pengembangan pariwisata, provinsi Aceh terus fokus mengembangkan sejumlah destinasi wisata unggulan. Provinsi Aceh memiliki potensi wisata alam yang sama baiknya dengan potensi wisata sejarah dan budaya. Potensi wisata alam tersebar di seluruh penjuru mulai dari perairan Sabang dan Pulo Aceh hingga ke Kepulauan Simeulue. Kontur geografis yang beragam pun dapat ditawarkan bagi para wisatawan.

Jumlah turis mancanegara terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 tercatat jumlah wisatawan asing sebesar 106.281 jiwa, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 75.758 jiwa.  Sementara jumlah pengunjung domestik pada tahun 2018 tercatat sejumlah 2.391.968 jiwa, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 2.288.625 orang.

Sementara dari bidang industri kerajinan, prestasi yang diraih pemerintah Aceh adalah dengan diakuinya Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh sebagai pembina teladan dari 34 provinsi di Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya keseriusan pemerintah untuk menggerakkan kembali roda pembinaan hingga ke pelosok kabupaten dan kota.



sumber di sini

Dalam mendorong ekonomi kreatif, pemerintah Aceh secara lintas sektoral juga mendukung upaya pengembangan potensi ekonomi lokal, melalui pemberian kesempatan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) asal Aceh untuk mengikuti kegiatan pembinaan dalam pengembangan usahanya. Tidak hanya itu, UMKM juga diberi kemudahan fasilitas untuk mengurus Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK) melalui kantor kecamatan di seluruh provinsi Aceh. Demikian pula dengan layanan pengurusan sertifikasi halal melalui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Makanan (LPPOM) MPU Aceh. Seluruh pengurusan izin tersebut telah lebih mudah dan tidak memakan waktu lama bagi kalangan usahawan. Tidak kalah penting, bagi UMKM yang telah dipandang layak, dapat diikutsertakan dalam sejumlah program pameran dagang baik nusantara maupun mancanegara.




Foto: Pertamina
Sumber di sini  
 
Program-program tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Aceh yang saat ini terus disorot karena beragam data statistika yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Aceh masih jauh di bawah rata-rata pertumbuhan nasional. Namun jauh di atas pencapaian angka-angka tersebut, tentunya kita harapkan program-program Aceh Kreatif dapat mendorong peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sehingga pemerataan pendapatan dapat dirasakan secara berkeadilan.

Di sisi lain, peningkatan kualitas dan kuantitas program secara bertahap diharapkan dapat meningkatkan efek pengganda (multiplier effect) program-program tersebut sehingga di masa mendatang akan lebih banyak lagi warga Aceh yang beralih ke dunia usaha, karena telah memperoleh pembinaan dan pendampingan yang berkesinambungan dalam pengembangan usahanya. Sehingga masa-masa emas kejayaan perdagangan Aceh dapat kembali bersinar.

Semoga.








      

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Aceh Kreatif: Menyibak Potensi UMKM Lokal ke Pentas Global"

Post a Comment