Beberapa bulan yang lalu saya sempat menuliskan Tips Menjadi Pembicara Publik yang Baik di sini: http://nowayreturn.blogspot.com/2013/10/tips-menjadi-pembicara-publik-yang-baik.html. Dalam artikel tersebut saya mengira langkah-langkah untuk menjadi pembicara publik yang baik sebatas mengupayakan agar kita bisa menuangkan ide-ide secara gamblang bermodal rasa percaya diri saja. Tetap dibutuhkan kiat-kiat lainnya dalam mendukung, di samping jam terbang tentunya lantaran saya masih sangat kurang dalam poin tersebut.
Beberapa hari yang lalu saya bergabung bersama teman-teman saya untuk membahas sebuah kepanitiaan acara reuni sekolah. Saat itu kami perlu berkomunikasi dengan seorang pejabat yang dalam rangka peminjaman gedung untuk pelaksanaan sebuah acara. Seorang teman saya menyampaikan maksud kedatangan kami dengan fasihnya. Tidak tampak rasa canggung saat mengemukakan detil demi detil informasi yang rasanya perlu untuk disampaikan.
Sepulang dari mengurus urusan peminjaman tempat tersebut, teman saya mengantar saya pulang. Saya pun menanyakan bagaimana teman saya bisa dengan fasihnya mengemukakan kata demi kata saat berhadapan dengan pejabat tadi. Suasana dialog menjadi begitu hangat dan terbuka. Saya sering menemui hambatan dalam berkomunikasi secara lisan yaitu ketika ide-ide sudah ingin dikemukakan lalu kebingungan untuk mulai berbicara apa.
Teman saya tersebut menceritakan bahwa dulunya ia memiliki kendala yang sama. Ketika ingin berbicara maka seringkali apa yang dipikirkan, itu yang dikatakan, malah cara bicaranya dianggap terlalu cepat. Akhirnya alih-alih memperoleh perhatian pembicaraan malah buyar. Teman saya kemudian bertemu dengan seorang senior-nya yang kemudian berbagi mengenai kiat-kiat untuk mengatur atau me-manage pembicaraan sehingga bisa tepat sasaran. Nah, karena saya pun sudah sampai di rumah maka pembicaraan itu pun bersambung. Nantikan di tulisan saya berikutnya ya, hehe.
Sebentar, sebentar. Kemarin, saya membaca buku "Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain." Dikisahkan Carnegie menemui seorang klien-nya yang ingin berbagi mengenai sebuah hobinya yang sangat langka. Klien tersebut berbicara panjang lebar dan Carnegie mendengarkan dengan penuh seksama, nyaris tidak ada kata-kata yang dikeluarkannya. Carnegie benar-benar menunjukkan rasa penghargaan kepada kliennya dengan menjadi pendengar yang baik. Akhir kisah, sang klien merasa sangat tersanjung oleh sikap tersebut dan kemudian menyebut Carnegie yang baru dikenalnya itu sebagai seorang pembicara terbaik. Padahal sepanjang beberapa jam pertemuan itu ia hanya mendengarkan saja.
Di sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa dengan menjadi pendengar yang baik, adalah salah satu tips atau kiat untuk dapat menjadi seorang pembicara yang baik. Berbicara tidak sekedar mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran namun juga tentang menyusun ide-ide. Seiring waktu mudah-mudahan kemampuan berbicara kita menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Semoga bermanfaat, Pemirsa.
^_^
Banda Aceh, 10 April 2014
Belum ada tanggapan untuk "Ternyata Berbicara Juga Ada Tehniknya"
Post a Comment