Arya kebingungan. Keringat dingin bercucuran dari pelipisnya.
Membasahi seluruh tubuh dan ranjangnya. Belum pernah sebelumnya ia
sepanik itu.
Tagihan rumah sakit pondok tempat ia
menimba ilmu agama yang menjadi penyebabnya. Ia kebingungan bagaimana
harus membayarnya. Kondisi badannya yang semula biasa saja, hanya
sekedar meriang, justru semakin menjadi setelah tak sanggup mencari
jalan keluar untuk membayar tagihan tersebut.
Saat itu,
di awal tahun 1990-an, tak ada telepon selular yang bisa dengan
mudahnya menghubungi orang tuanya di kampung halaman, dua belas jam
perjalanan dengan menggunakan bus. Tidak ada telepon yang bisa dihubungi
dengan mudah, kecuali mungkin telepon asrama. Tak ada layanan pesan
singkat (SMS) apalagi aplikasi whatsapp. Hanya sepucuk surat yang
dikirim lewat pos.
Dalam kepanikannya, tubuh Arya
menggigil kedinginan. Sekonyong-konyong ia menarik semua seprei dari
dalam lemari. Ia mencoba untuk menemukan apa saja benda berharga di
sana. Segala harapan seakan menemui jalan buntu.
Di
tengah kekalutannya, ia terhenyak melihat segulung kertas berwarna. Ya,
uang yang ia cari-cari untuk membayar biayanya berobat.
Tak terbayangkan rasa bahagianya saat itu. Penuh rasa syukur ia panjatkan kepada Allah Swt, Dzat Yang Maha Kuasa.
Tanpa
ia sadari, sekian lama ia menyimpan uang tersebut untuk menghindari
kasus pencurian di asrama sekolahnya. Kasus yang seringkali terjadi,
sehingga ia mau tak mau waspada. Pernah suatu ketika ia kebingungan
setelah menyimpan uang tersebut, dan dengan penuh harap ia berdoa semoga
Allah Swt memberikannya kepada orang yang tepat.
Dan
Allah Swt menjawab doa tersebut pada saat yang tepat. Saat pemuda itu
benar-benar membutuhkannya, ia pun berjodoh kembali dengan uang tersebut
saat ia memerlukannya untuk biaya berobat.
Kisah
tersebut menjadi pelajaran bagi kita untuk senantiasa berbaik sangka
kepada Allah Swt, dalam segala kondisi yang kita hadapi. Jangan pernah
menyerah dan berputus asa dalam bekerja dan berdoa kepada-Nya, karena
Dia adalah sang penggenggam semesta dan segala peristiwa di dalamnya.
Banda Aceh, 24 Oktober 2019
Cerita ini berdasarkan kisah nyata, dan nama-nama dalam peristiwa ini disamarkan demi kepentingan privasi.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Tiada Balasan Kebaikan Selain Kebaikan"
Post a Comment