Ini adalah sebuah judul buku tulisan Dahlan Iskan tentang kisah hidup seorang Karmaka Surjaudaja. Dahlan tergerak menuliskan biografinya karena memiliki sejarah yang sama: sama-sama pernah menjalani operasi cangkok hati. Awal mula kisahnya adalah ketika Dahlan baru tiga bulan selesai menjalani operasi transplantasi hati, atau setengah bulan setelah bukunya Ganti Hati beredar di pasaran. Karmaka pada akhir November 2007 itu terbang ke Surabaya untuk menemui Dahlan untuk saling bertukar pikiran mengenai kasus transplantasi hati Dahlan itu.
Meskipun Karmaka menuturkan maksud kedatangannya adalah bertukar pikiran -- setelah ia membaca kisah Dahlan -- namun Dahlan dapat menangkap maksud di balik diskusi mereka pada hari itu. Karmaka sebenarnya hendak mengingatkan Dahlan agar ia tidak melarutkan diri dalam pekerjaan berat lagi. Karmaka, menurut penuturan Dahlan, tampaknya bahkan lebih berkepentingan agar Dahlan berumur panjang dibanding bagi Dahlan sendiri. Dalam pengamatan Dahlan, Karmaka benar-benar seorang yang penuh semangat, enerjik dan sangat peduli serta tulus. Berkat sifat-sifat itulah kisah Karmaka dan perjuangannya berhasil menahkodai bank NISP selama puluhan tahun hingga menjadi sebuah bank ternama nasional seperti saat ini.
Maka singkat cerita Dahlan merasa bersalah. Rasa bersalah yang muncul lantaran baginya kisah transplantasi yang dialaminya bukanlah apa-apa bila dibandingkan dengan kisah hidup Karmaka yang bukan hanya tranplantasi liver, bahkan transplantasi ginjal kali pertama dan kali kedua telah ia jalani. Dahlan merasa bersalah lantaran buku yang ditulisnya telah dicetak berulang kali sementara bagi dirinya kisah Karmaka sangat layak untuk diketahui dan menjadi pelajaran bagi orang banyak.
Meskipun -- seperti dijelaskan juga dalam pengantar buku ini -- Dahlan Iskan telah lama akrab dengan beberapa manajer Bank NISP terutama yang dulunya berasal dari Bank Bali, namun Dahlan tetap berusaha memberikan pandangan dari kacamata yang obyektif. Harian Jawa Pos yang dipimpinnya memang merupakan nasabah dari Bank Bali. Anak-anak Karmaka, Pramukti dan Parwati yang menjadi Presiden Direktur dan Wakil Direktur Bank NISP juga telah lama dikenal oleh Dahlan oleh sebab banyaknya manajer NISP yang dahulunya bekerja di Bank Bali. Hal ini mempermudah Dahlan dalam menilai adanya kesamaan budaya perusahaan antara kedua bank tersebut, yaitu kekeluargaan yang sangat kental dengan tetap mempertahankan profesionalisme. Janji itu pula yang disampaikan Dahlan terhadap paparannya terhadap buku biografi Karmaka ini.
Buku setebal 264 halaman ini terbagi ke dalam 39 bagian. Bab pertama akan mengantarkan kita pada sebuah pengantar dari Karmaka sendiri mengenai bank yang dinahkodainya yang lahir pada 4 April 1941 ini. Kini setelah hampir tujuh puluh tahun NISP dapat masuk ke dalam 10 besar bank swasta nasional, dengan lebih dari 360 cabang, lebih dari 500 ATM milik sendiri, karyawan 6.500 orang, aset sekitar Rp 30 Triliun dengan status bank publik yang memiliki 1.000.000 nasabah. Namun semua itu tidak diperolehnya dengan tanpa hambatan. Berulang kali Karmaka jatuh bangun dalam memperjuangkan Bank yang semula merupakan amanah dari sang mertua untuk menyelamatkan Bank tersebut dari kehancuran.
Nah, karena hari sudah malam. Maka kita akan lanjutkan in sya Allah esok hari ...
Banda Aceh, 31 Oktober 2013
Pukul 00.05
Baca juga:
Tidak Ada yang Tidak Bisa Bagian Kedua.
Tidak Ada yang Tidak Bisa Bagian Ketiga (Tamat).
bersambung rupanya
ReplyDeleteditunggu ya sambungannya, cerita yang penuh motivasi