Sebuah spanduk di fanpage yang diundang oleh teman saya untuk menge-like-nya, menuliskan pesan tersebut. Isinya kurang lebih begini: mencari, membangun baru berbagi, jangan dibalik. Saya mencoba merunut kembali beberapa tulisan saya, sekurangnya dar label-nya yang kebanyakan ber-genre motivasi. Tidak sedikit pertanyaan yang muncul dalam diri saya. Memotivasi orang lain? Bagaimana dengan dirimu sendiri? Bukankah dirimu jauh lebih butuh untuk diberi motivasi?
Kembali dalam konteks menulis setiap hari, yang sebenarnya juga tidak mesti dalam bentuk postingan blog. Bukankah saya bisa saja menulis di buku harian, atau di sebuah jurnal, menulis di kertas lalu menyimpan rapi dalam file dokumen. Mengapa tidak? Itu pilihan saja, bukan?
Beberapa kali saya seperti menangkap rasa yang menarik untuk menghentikan saja aktivitas tulis menulis ini. Terkadang, apa yang saya rasakan saya bayangkan bahwa itu juga menghinggapi pembaca tulisan-tulisan saya yang sadar atau tidak telah terlibat dalam aktivitas tulis menulis juga baik melalui blog ataupun situs jejaring sosial, atau yang lainnya.
Tetapi tidak jarang, manakala saya sudah mengambil keputusan untuk "menyendiri", mengambil jarak dari tulisan-tulisan saya, ada saja hal-hal kecil yang tak pernah saya minta datang untuk mengembalikan saya ke meja komputer tempat saya duduk dan menulis yang bisa jadi berjam-jam setelah mengabaikan rasa kantuk tadi.
Baiklah, sudah larut. Saya ingin menutup dengan sebuah kata pengantar darinya Mario Balotelli, seorang pemain sepakbola. Menurutnya, bakat adalah pemberian Tuhan, dan cara ia mensyukurinya adalah dengan berlatih. Saya rasa begitu pun dengan menulis. Saya sangat termotivasi oleh teman-teman di Gaminong Blogger, Kak Eky, Kak Alaika, Ferhat, Liza, Bang Hijrah, Makmur, Muhib dan semua teman-teman yang telah mengukir karya-karya mereka dalam bidang tulis menulis dan kreativitas rasa lainnya.
Yang muda yang berkarya. Seperti itulah hendaknya kita para generasi muda berjuang memberikan makna. Menjadi pelita dalam kegelapan malam, atau seperti kata seorang sahabat, agar generasi muda dapat menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Kalau tidak bisa, sekurang-kurangnya jangan merusak. Itu saja.
Di sisi lain, keangkuhan masa muda yang bertabur anugerah; fisik prima, pikiran masih cemerlang, track record relatif belum ternoda, bisa menjadi mata pedang yang bisa menebas dua sisi; curamnya masalah yang meminta solusi atau malah menewaskan diri sendiri. Kecemerlangan masa muda dapat saja bertabur puja-puji, disanjung-sanjung dan ditaburi ranjau godaan yang pada gilirannya dapat menenggelamkan.
Gejolak dalam jiwa muda yang akan terus menerus membayangi manusia bahkan hingga ke akhir hayatnya. Mampukah kita melalui hari ini untuk mewujudkan rumah kita sebenarnya di akhirat kelak?
Darah muda darahnya para remaja.
Yang selalu merasa gagah tak pernah mau mengalah.
Masa muda masa yang berapi-api.
Yang maunya menang sendiri walau salah tak perduli.
Darah muda ...
(Darah Muda, dipopulerkan oleh Rhoma Irama)
Banda Aceh, 12 Maret 2014
ketika usia masih muda, teruskan menulis.. namun perlu juga seimbangkan antara masa menulis dan masa untuk diri kita sendiri..
ReplyDeleteTerima kasih, Mizz Aiza atas advice-nya. :-)
Deleteasekkkk. dangdutan tengah malam
ReplyDelete