Aku tinggal dan dibesarkan di lingkungan sekitar Rumah Sakit Jiwa terbesar
di kotaku. Ada cerita unik tentang itu. Setiap aku menghentikan angkutan umum
untuk turun, ledekan "Salam ya buat yang di Kakap Ujung" akan
ramai oleh teman-temanku yang kebetulan satu arah denganku. Itu karena Rumah
Sakit Jiwa itu terletak di ujung Jalan Kakap yang tak jauh dari rumahku.
Keberadaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) telah menghantuiku sejak masa kecil. Kehadiran "orang gila" yang kabur dari
tempat perawatannya cukup untuk membubarkan keasyikan bermain dengan teman-teman. Tak jarang, ODGJ
yang "kelayapan" itu duduk di luar pagar rumahku sampai ada
petugas rumah sakit yang menjemputnya. Kadang teman-temanku suka usil membuat
nama-nama panggilan untuk ODGJ tersebut.
|
Uughh, am I stressed? - joglosemar.co |
Di layar kaca, "orang gila" sudah mendapat peran tersendiri dalam film dan sinetron. "Orang gila" dapat masuk sebagai figuran untuk membawakan humor slapstick yang buat para penontonnya terpingkal-pingkal. Paling seru kalau "orang gila" ini
adalah tokoh protagonis yang nyaris frustasi dan gila oleh muslihat sang antagonis. Sebuah skenario yang sempurna untuk mengaduk-aduk emosi
para pemirsa.
Semua kesan awal tentang orang gila tersebut tak ayal menumbuhkan pertanyaan
dari seorang anak yang penuh rasa penasaran; seperti apakah orang gila itu
sebenarnya. Apa yang dirasakannya ketika anak-anak memperolok-olokkannya untuk
memperoleh perhatiannya dan apa yang dipikirkannya ketika suatu waktu ia
berteriak-teriak sampai bunyi bahasanya tidak karuan.
Saat pertama kalinya
memasuki gerbang Rumah Sakit Jiwa "Kakap Ujung", aku menangkap suasana nyaris seperti Sekolah Sihir Hogwarts itu. Sepi tapi ada kehidupan yang unik di dalamnya. Saat itu,
aku ikut mengantar seorang dari keluarga besarku yang menjalani terapi.
Setelah itu, praktis aku hanya
kembali berkunjung ke tempat itu beberapa waktu yang lalu, saat mengurus surat
tanda bebas narkoba untuk melamar pekerjaan. Kondisi Rumah Sakit Jiwa tersebut sudah jauh lebih baik dengan bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami dari sejumlah negara donor.
|
Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh - Panoramio.com |
Namun sekali lagi, pertanyaan tentang ODGJ kembali terlintas dalam benakku. Di tengah perjuangan menyusun thesis, acapkali kadang kegelisahan dan kecemasan hingga susah tidur menghampiri. Jangan-jangan, aku sendiri sedang mengalami gangguan jiwa.
ODGJ
di era informasi dewasa ini memang hadir dalam berbagai wujud yang tidak sepenuhnya sama
dengan "pencitraan" yang kuperoleh di masa kecil tentang mereka.
Kecemasan (anxiety), kepribadian ganda (bipolar), depresi (depression), post
traumatic stress disorder, dan gangguan lainnya ternyata bisa dialami oleh
setiap orang dengan berbagai latar belakang; usia, pekerjaan, penghasilan, suku
bangsa dan agama.
* * *
Dalam artikelnya "What is Mental Illness", situs
mentalhealthamerica.net mendefinisikan bahwa penyakit mental adalah penyakit
yang menyebabkan gangguan ringan sampai dengan berat dalam pikiran dan/atau
perilaku yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatasi tuntutan rutinitas
kehidupannya sehari-hari.
Artikel tersebut juga menyebutkan sekurangnya terdapat 200 klasifikasi
penyakit mental. Secara umum dapat diuraikan ke dalam gangguan mental mencakup
depresi, gangguan bipolar, demensia, schizofrenia dan gangguan kecemasan. Gejala
lainnya yang termasuk dalam klasifikasi tersebut antara lain perubahan suasana
hati (mood), kepribadian, kebiasaan pribadi dan/atau penarikan sosial. Gangguan
tersebut bahkan dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit fisik akibat
psikosomatis, seperti kanker, diabetes dan penyakit jantung.
|
Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Sp.KJ, psikiater yang juga aktif sebagai juru dakwah - mimut.wordpress.com |
Prof. Dadang Hawari menjelaskan bahwa stress, cemas dan depresi dalam prakteknya seringkali tumpang tindih. Stress adalah respon tubuh terhadap tuntutan beban atasnya yang umumnya didominasi keluhan psikosomatik. Sementara cemas diartikan sebagai respon psikologik atas keluhan-keluhan kecemasan (ketakutan, kekhawatiran) dan sejenisnya. Depresi sendiri dapat didominasi oleh keluhan-keluhan psikologik (kesedihan, kemurungan, hilangnya semangat hidup dan sejenisnya).
Kabar gembiranya adalah, gangguan jiwa atau mental health disorder dapat
disembuhkan. Dengan perawatan yang menyeluruh dan pengobatan yang tepat banyak
orang telah belajar untuk mengatasi atau pulih dari penyakit mental atau
gangguan emosional.
Ada enam tahapan dalam manajemen stress yang mencakup:
1. Terapi psikofarmaka (obat anti cemas dan depresi)
2. Terapi somatik (fisik),
3. Psikoterapi (psikoterapi suportif, psikoterapi re-edukatif, psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif, psikoterapi psikodinamik, psikoterapi perilaku dan psikoterapi keluarga)
4. Psikoreligius terapi (doa dan dzikir)
5. Terapi psikososial
6. Konseling individual dan keluarga
* * *
Adalah sebuah keniscayaan atau sunnatullah bahwa manusia hadir ke dunia menghadapi sejumlah problematikanya. Suka-duka, senang-susah, segalanya harus dihadapi dengan kesyukuran dan kesabaran. Namun sebagai manusia biasa, wajar pula bila kadang kala kita tidak siap untuk menerima ujian -- baik kemudahan ataupun kesulitan.
Dalam lagu Tombo Ati, sebenarnya telah diperkenalkan obat-obat pemberi kesembuhan bagi kesehatan jiwa. Dalam kehidupan modern di mana tuntutan dan persaingan hidup semakin ketat, agama telah memberikan jalan keluar bagi segala kegelisahan dan kecemasan hidup.
Kelima obat tersebut adalah:
Pertama: membaca qur'an dan maknanya, sebagai pedoman hidup manusia.
Kedua: mendirikan shalat malam, sebagai peninggi derajat.
Ketiga: berkumpul dengan orang shaleh untuk memperoleh energi positif dari mereka.
Keempat: memperbanyak berpuasa sebagai benteng hawa nafsu.
Kelima: memperpanjang zikir malam untuk menambah ketenangan batin.
Semua orang berpotensi mengalami gangguan jiwa, namun dengan penanganan yang tepat dan kembali kepada tuntunan agama semua gejala tersebut diharapkan dapat dikurangi dan disembuhkan. Tentu dengan dukungan orang-orang terkasih untuk menatap hari depan yang cerah gemilang.
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Aku dan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang diselenggarakan oleh Liza Fathia dan Si Tunis.
Banda Aceh, 24 Februari 2016.
Referensi pendukung:
https://mimut.wordpress.com/2012/12/01/stres-menurut-pandangan-dadang-hawari/
http://www.mentalhealthamerica.net/recognizing-warning-signs
Belum ada tanggapan untuk "Tombo Ati Bagi ODGJ (Giveaway Aku dan Orang dengan Gangguan Jiwa)"
Post a Comment