Kita bisa pandai menulis dan membaca --
karena siapa,
Kita jadi tau beraneka bidang ilmu --
dari siapa.
Kita bisa pintar dibimbing Pak Guru
Kita bisa pandai dibimbing Bu Guru
Guru bak pelita
Penerang dalam gulita
Jasamu tiada tara
(Jasamu Guru - NN)
Alunan lagu tersebut sering diputar di televisi nasional belasan tahun silam, saat saya masih duduk di kelas 5 Ibtidaiyah. Lagu ini mengingatkan pendidikan adalah komoditas terpenting dalam kehidupan. Seorang bijak pernah berkata, belajar adalah tanda kehidupan, dan orang yang berhenti belajar maka sejatiya ia telah mati.
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (Al-Qur'an, Surat An-Nahl (16), ayat 78)
Pemirsa, rasanya tidak ada hal paling membahagiakan bagi seorang guru yang bisa dibandingkan dengan kegembiraan mereka saat melihat anak-anak didiknya telah berhasil mencapai kesuksesan. Tidak peduli itu dalam bidang keahlian apa, apakah sesuatu yang terpandang ataupun dianggap biasa. Kegembiraan bahwa ilmu yang disampaikannya tidak disia-siakan oleh sang anak didik yang kini telah kian mendewasa.
Kita juga tahu, berapa banyak dari guru kita yang pada hari ini mungkin tidak dapat lagi bersua. Bahkan bila kita ingin mengejar kembali untuk sekedar meminta maaf atas perlakuan yang mungkin kurang berkenan, bisa jadi takkan bisa lagi. Maka tanamkan dalam hati untuk senantiasa berbakti dan mengabdi kepada guru, selama tidak diperintahkan kepada hal-hal yang dilarang dalam agama.
Bagi saya pribadi, telah banyak kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan banyak guru yang dipanggil pulang oleh Allah Swt dalam musibah bencana yang tercatat dalam sejarah sebagai salah satu musibah paling dahsyat. Tsunami.
Kini dalam sebanyak kenangan itu, saya hanya dapat melantunkan do'a semoga segala ilmu yang telah mereka berikan dapat terus mengalir pahalanya hingga kini dan masa menjelang hari pembalasan kelak. Sebagaimana bunyi sebuah hadits, bahwa hanya ada tiga amalan yang akan terus mengalir pahalanya meski si pengamal telah meninggal dunia, di antaranya adalah ilmu yang bermanfaat.
Kepada guru yang masih dapat bertemu, raihlah sebanyak mungkin ilmu dan keteladanan. Mari kita jaga silaturahim dengan para guru. Saya ingat dulu bersama teman-teman rohis di kampus merayakan hari pendidikan dengan berkunjung dan memberi hadiah pada guru. Budaya tersebut dapat kita lestarikan sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kita atas ilmu dan pengabdian yang telah diberikan oleh guru.
Penyampai ilmu pengetahuan, guru, dosen, tokoh agama, adalah pelita bagi umat. Para ulama adalah pewaris tugas mulia para Nabi menyampaikan risalah kebenaran, mengeluarkan manusia dari kejahiliyahan kepada peradaban yang mulia. Sungguh mulia seorang guru, sampai Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa dirinya adalah laksana budak bagi seorang yang mengajarkan kepadanya satu huruf saja. Ini menunjukkan rasa penghargaan yang besar terhadap guru sebagai pemberi ilmu.
Saya pun teringat akan pesan orang tua saya untuk memuliakan siapa pun guru, sehingga ilmu akan lebih mudah diterima. Di sini kita juga melihat pendidikan sebagai interaksi dua arah, tidak sebatas menyuplai data atau informasi semata, namun terjadi proses pembelajaran dan pencerdasan.
Selamat hari pendidikan nasional. Semoga kita dapat mewujudkan masa depan yang cerah bagi generasi penerus dengan pendidikan dan akhlak mulia.
Banda Aceh, 02 Mei 2014
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Jasamu Guru"
Post a Comment