Cobalah tengok ke dalam sebuah rumah yang besar nan megah, ikan-ikan hias berlenggak-lenggok menghibur hati dari kolam nan jernih atau akuarium yang mengkilap. Keramik dan porselen mahal yang indah menancap serta lukisan-lukisan dengan citarasa seni yang tinggi terpajang rapi. Tapi jika pemilik rumah berwajah dingin tanpa senyuman, hilanglah rasanya semua keindahan itu.
Seorang gadis dengan wajah nan jelita, membuat siapapun menjadi terpukau dan menyebut-nyebut namanya. Namun cukup seulas kata menusuk jiwa, maka hilanglah eloknya paras berganti dengan sekantong rasa mulas. Putih tapi seperti putihnya tulang, kata pujangga, menusuk ke dalam sukma.
Senyuman, ada yang tulus, ada juga yang mengharap balas. Senyum, ada yang menawarkan persahabatan, ada pula kelicikan. Senyum, bisa juga disampaikan untuk memberi isyarat, merayakan kemenangan, menyindir, menyanjung, atau malah melecehkan.
Senyuman bisa sepenuh hati, sepenuh syukur. Senyuman bisa juga dilakukan sembari menahan rasa pedih, namanya senyum pahit. Juga bisa sambil menahan rasa jengkel. Namanya senyum masam. Bisa dengan berbagai makna. Bisa dengan berbagai maksud dan tujuan.
Alangkah indah bila kita bisa menyajikan senyuman setulus hati, sebagaimana suri teladan kita Rasulullah Saw. senantiasa tersenyum pada para sahabatnya. Bahkan senyum Rasul dapat meluluhkan hati seorang yang datang kepadanya dengan sejuta benci. Itulah senyuman yang masyhur hingga kini.
Dalam lagu berikut disampaikan pesan-pesan moril mengenai kebersahajaan senyuman baginda Nabi. Sebuah senyuman yang bersinar bagai cahaya. Senyum merupakan sedekah yang paling mudah, dan orang yang dapat tersenyum meski di waktu mendapat ujian adalah penanda pribadi sabar.
Senyum dapat meleraikan permusuhan. Senyuman pula yang menjadikan hati-hati yang keras menjadi berkawan.
Senyumlah.
^__^
Banda Aceh, 31 Mei 2014
setuju sedekah saja dengan senyuman
ReplyDeleteSenyuman buat hari lebih indah :-)
Delete