Kemarin kita sedikit membahas masalah hoax dan pengertiannya, bermula dari keresahan melihat begitu banyaknya pemberitaan palsu alias hoax (baca: hooks) yang bertebaran di dunia maya terkait dengan pesta demokrasi belakangan ini. Kita ulang sedikit deh, ya ...
Dalam kamus online thefreedictionary.com dapat kita simak pengertian hoax sebagai kata benda yaitu:
1, An act intended to deceive or trick.
2. Something that has been established or accepted by fraudulent means.
Pinocchio, tokoh kartun yang hidungnya bakal memanjang setiap kali berbohong
thewrap.com
Era globalisasi dan keterbukaan informasi telah menyebabkan begitu mudahnya mendapatkan akses terhadap informasi.
Sayangnya di antara informasi yang tersebar di dunia maya tersebut
tidak jarang yang merupakan pemberitaan palsu (baca: hoax). Pemberitaan
palsu saat ini menjadi semakin marak terkait dengan kepentingan ataupun ulah iseng (baca: vandals).
Di antara ciri-ciri hoax yang saya temukan dari hasil
googling dan juga status-status beberapa teman facebookers yang sering mengamati fenomena hoax ini, yaitu:
Pertama, biasanya berita tersebut
tidak 100% hoax, namun dirangkai dengan mencampuradukkan dengan informasi yang benar.
Kedua, biasanya
informasi yang benar yang terdapat dalam berita palsu tersebut merupakan hasil salin-unduh alias copy-paste, sehingga pembacanya pun semakin menjadi terkaburkan mana informasi yang benar dan mana informasi yang palsu (hoax), lantaran merasa pernah membaca berita semacam itu sebelumnya.
Ketiga, penyebar informasinya tidak segan-segan mencatut tautan sumber terpercaya, padahal jika ditelusuri situs tersebut sama sekali tidak mencantumkan kutipan atau berita yang disebarluaskan tersebut.
Bagaimana mendeteksi apakah sebuah berita adalah hoax atau bukan?
Bukan merupakan pekerjaan yang mudah untuk memisahkan berita hoax dari berita sebenarnya. Namun ada beberapa hal menurut saya yang bisa kita lakukan untuk menghindari terjerumus kepada pemberitaan hoax tersebut. Tips-tips berikut saya sarikan dari pengamatan pribadi terhadap perilaku kita sehari-hari dalam bersosial media khususnya dalam menyebarkan informasi.
Pertama, sesuai perintah agama,
bertanyalah kepada ahli di bidangnya jika kita tidak mengetahuinya.
Fas-aluu ahladz dzikraa in kuntum laa ta'lamuun. Beberapa informasi yang diduga hoax tidak jarang harus melibatkan pakar dalam disiplin ilmu tertentu untuk menafsirkannya. Bertanya pada ahlinya akan sangat membantu meskipun belum menjamin kita akan memperoleh jawaban yang memuaskan.
Dengan fasilitas salin-unduh (copy paste), share, tweet dan
sebagainya membuat informasi tersebut menjadi berkembang begitu cepat.
Jika yang disampaikan adalah informasi yang benar, mendidik, pesan-pesan
motivasi, kisah-kisah yang memotivasi tentu banyak manfaatnya. Namun
apa jadinya bila yang disebar adalah informasi yang sesat dan bahkan
dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat?
Kedua, bersikap kritis dalam menyikapi informasi. Dalam agama juga kita diperintahkan untuk ber-tabayyun atau melakukan check dan re-check terhadap kebenaran suatu informasi. Tidak sedikit informasi yang panjangnya satu atau dua paragraf berubah menjadi satu halaman oleh karena menjadi informasi berantai di dunia maya. Dalam manajemen qalbu, ada rumus dalam menyeleksi informasi yang bisa disingkat dengan BAL (benar, akurat dan lengkap).
Ketiga,
bersikap tenang dalam menyikapi informasi. Kritis saja tidak cukup. Kita mesti bersikap tenang dalam menyikapi berbagai informasi yang ada. Tidak jarang informasi yang hoax disebarkan dengan cara menakut-nakuti ataupun mengada-ada.
Jangan tergesa-gesa untuk menyebarluaskan berita jika sumber dari berita tersebut tidak diketahui kejujurannya dalam memyampaikan berita. Jangan lupa pula untuk mengkaji apa dampak dari tersebarluasnya sebuah berita. Kebenaran pun jika disampaikan dengan cara yang salah bisa menyebabkan kesalahpahaman yang sulit untuk diluruskan. Jangan sampai seperti kata pepatah, sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada berguna.
Haji Uma, tokoh yang sering berselisih paham dengan Bang Joni di film komedi Eumpang Breueh
aceh.tribunnews.com
Dalam mengkaji kebenaran suatu berita, klarifikasi dari para profesional di bidangnya dapat sangat membantu untuk mengurangi pemberitaan palsu alias hoax. Para
public figure yang dicatut namanya sebagai penyampai suatu berita hoax juga punya kewajiban moril untuk mengklarifikasinya apalagi bila terkait dengan hal-hal yang prinsip untuk memberi ketenangan kepada masyarakat.
Wallahu a'lam bish shawab.
Banda Aceh, 14 April 2014
Artikel keren lainnya:
Apalagi dimasa pemilu yah. Banyak banget berita hoax -_-
ReplyDeleteIya, banyak banget jebakan berita hoax terkait pemilu kemarin. Bisa jadi masuk Museum Rekor MURI (miris)
Delete