Inilah curhatku padamu, blog-ku. Sebenarnya aku iri pada mereka yang hari ini bisa banyak berbuat, bisa mengabdikan sepenuh karya mereka untuk orang lain. Mereka adalah orang yang "hidup berkali-kali".
Pastinya, pastinya ada hal yang mereka tinggalkan berupa kesenangan pribadi ataupun kesenangan semu bersama sekelompok orang. Merajut benang-benang sutera indah dari bahan kesabaran, keikhlasan, kerja keras dan cerdas. Menggores kesungguhan dan keoptimisan pada kanvas kehidupan.
Lihatlah di pintu-pintu langit setiap Senin dan Kamis jika Engkau bisa. Mungkin Malaikat tak henti-henti mengangkut amalan-amalan baik mereka yang terus mengalir pahalanya itu.
Aku iri, blog-ku, pada mereka yang bisa membaktikan diri untuk banyak orang. Menanam kebajikan, memberi arti manfaat yang terus menerus berbunga, berbuah dan berkembang. Memberikan sepenuh diri mereka pada keabadian, bagi generasi di masa mendatang.
Bertabur ilmu dan karya nyata, merajut persahabatan untuk saling menguatkan. Aku ingin, ingin berada di antara mereka. Ingin ikut berjuang bersama mereka. Ingin ada di baris terdepan perjalanan itu. Tapi semakin aku ingin, semakin langkah menarik untuk tetap berada di tempat ini. Entah mengapa.
Kubaca lagi bait pesan guruku:
Hidupilah kampus
Jangan mencari hidup dari kampus.
Berjasalah, jangan minta jasa.
Sekali hidup, hidup yang berarti.
Jangan cuma berani mati, tapi juga berani hidup.
Apakah aku akan kembali ke sana? Setelah berulang kali aku meyakinkan diri tak pantas berada di sana. Itu bukan bidangku, bukan keahlianku, bukan jiwaku.
No way return, batinku ketika itu.
Kini aku membiarkan waktu yang menuntunku. Apakah akan kembali atau tetap di sini. Surga itu ada di hati, semoga ia membawa kepada pilihan sejati.
Lalu kukenang lagi pesanmu, guru yang lainnya. Katamu, jika ingin hidup yang tanpa masalah maka silakan ke kuburan Kerkhoff*) saja. Dan hari ini dalam sekian ulangan tahun engkau telah pergi. Meninggalkan pesan perjuangan sejati. Untuk memilih menghadapi kehidupan ini dengan gagah berani.
Banda Aceh, 08 April 2014
*) Sebuah situs sejarah di Banda Aceh tempat dimakamkannya tentara Belanda.
Artikel keren lainnya:
Hidup bermanfaat, sehari rasanya cukup. Hidup yg tidak bermanfaat, rasanya seribu tahun pun rugi.., nyambung gak ya.hehe
ReplyDeletejroeh, :-)
Delete