Salam pemirsa. Hari
ini saya datang kepada blog saya ingin mencurahkan segala isi hati. Setelah
sekian lama saya merasa curhat di blog itu sebagai sesuatu yang tabu--maksud
saya hal-hal yang bersifat pribadi dan sebaiknya tidak dikeluhkan di dunia
maya--rasanya hari ini ingin saya ceritakan saja semua. Toh, saya juga manusia
biasa.
Barangkali ini saat
yang tepat untuk melakukan kontemplasi. Saya sadari belakangan saya lebih
banyak di rumah, menunggui saudara yang masih dalam kondisi yang harus selalu
ditemani oleh karena kondisi fisiknya. Juga menjagai ponakan yang menjadi tugas
tambahan. Meski lebih sering saya habiskan waktu di dunia maya, tak jarang saya
merasa sebagai pelampiasan saja oleh karena rasa tak berdaya untuk menolak
semua tanggung jawab itu.
Iya, saya
semestinya malu pada mereka yang sebenarnya punya lebih banyak kesibukan dan
tetap bisa melakoni semuanya. Mengurusi rumah, mengurus keperluan sendiri dan
tetap bekerja mencari penghasilan. Tanpa pernah mengeluh.
Menghabiskan hari
demi hari di rumah, lalu tidak tahu apa tujuan dari ini semua. Itulah kenapa saya memutuskan untuk lebih banyak menghabiskan
waktu di dunia maya. Setidaknya bisa bersosialisasi walaupun sifatnya maya.
Tetap bisa belajar walaupun di rumah saja.
Ah, sudahlah.
Bukankah hidup ini juga ada perhentian. Tak mesti kencang terus berlari.
Seperti syair lagu Padi. Barangkali ini masanya saya meraup kebaikan bagi orang
tua. Barangkali iya terlalu sering saya berada di dunia maya. Saya sadari,
jangan-jangan sudah terlampau sering dan mengabaikan kenyamanan orang lain
bersosial media.
* * * * *
Sosial media di
samping memiliki banyak manfaat, juga bisa menimbulkan madharat. Kesalahpahaman
bisa saja muncul dan kapan saja mengingat kemampuan orang dalam menyerap
komunikasi sangat beragam. Namun kita juga bisa memiliki filter diri. Kita bisa
memilih untuk bersikap secara proporsional. Tidak terlalu waspada sehingga
tidak dapat meraih manfaat bersosial media. Tidak pula terlalu aktif sehingga
mengabaikan kenyamanan orang lain.
Sosial media juga
bisa memiliki dampak sosial, dan sebagaimana pelajaran di kelas IPS dulu,
selalu ada dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya bisa jadi
sebagai alat untuk menyambung silaturahim, mempromosikan barang di dunia maya
dan menggagas suatu gerakan kebaikan seperti misalnya gerakan cinta lingkungan
atau berkebun bersama. Dampak negatifnya bisa mulai dari kesalahpahaman yang
dapat merusak tali silaturahim, penipuan belanja online hingga kegiatan
kriminal yang menggunakan fasilitas dunia maya dalam operasinya.
Keberadaan sosial media saat ini telah berubah dari ajang silaturahim menjadi ajang untuk mempromosikan barang dan jasa. Sayangnya hal yang terakhir masih kurang bisa dimanfaatkan oleh mayoritas pengguna sosial media yang jumlahnya cukup besar di Indonesia. Masih banyak yang menjadikan fasilitas sosial media sebagai media hiburan.
Hal positifnya, banyak juga yang menjadikan sosial media ini sebagai ajang belajar. Hal tersebut didukung oleh banyaknya konten ilmu pengetahuan yang bertebaran di sosial media. Para pemberi ilmu; motivator, penulis, teknokrat juga membuat akun sosial media mereka sendiri untuk berinteraksi sekaligus berbagi kepada para audiensnya.
Beberapa hari terakhir, keberadaan sosial media sangat membantu saya yang sedang aktif dalam sebuah kepanitiaan acara. Pekerjaan baru saya sebagai admin di bog komunitas sebuah komunitas blogger juga banyak terbantu dengan adanya sosial media. Saya bisa berkomunikasi dengan teman-teman meskipun tidak sedang bersama mereka.
Syukurlah akhirnya konsep yang sempat terlintas saat seorang teman blogger mengusulkan agar dibuat sebuah blog yang memfasilitasi anak-anak muda Aceh untuk menulis tentang Aceh dapat terwujud. Meski kami barangkali bukan yang pertama, namun saya berharap keberadaan blog tersebut dapat bermanfaat untuk membuat dunia melihat Aceh sebagai daerah yang kaya akan keragaman budaya, dapat hidup rukun dan damai serta dianugerahi kondisi alam yang masih cantik dan mempesona. Pemirsa bisa mengikuti blog komunitas tersebut di sini: http://gaminongblogger.blogspot.com
Hari ini rubrik opini Serambi Indonesia menurunkan tulisan Bang Ibnu Aswiar Putra. Bang Ibnu pertama saya ketahui dari grup facebook alumni Madrasah Aliyah, karena ternyata beliau juga alumni sealmamater namun telah lama menetap di Yogyakarta untuk menimba ilmu di sana. Bang Ibnu yang telah lama aktif di dunia blog ini baru saja bergabung bersama kami di komunitas blog GIB.
Dalam tulisannya Bang Ibnu menilai bahwa potret generasi muda Aceh sekarang berada dalam kondisi yang memprihatinkan, di mana generasi berprestasi hanya tinggal sekumpulan kecil dari sebagian besar generasi yang tergerus budaya modernisasi. Berbagai perilaku menyimpang mulai dengan mudah dapat ditemukan, meskipun daerah ini baru saja mendapat teguran yang amat keras melalui musibah tsunami beberapa tahun silam.
Budaya modernisasi telah melunturkan nilai-nilai adat dan budaya Aceh yang berdasarkan keislaman yang selama ini dipegang teguh, sementara bahasa daerah sebagai sarana komunikasi semakin ditinggalkan karena dianggap memberikan kesan kampungan. Hal ini diperumit dengan adanya jurang komunikasi (gap) antara generasi tua dan generasi muda. Generasi tua dianggap suka menyepelekan generasi muda dan bila pun memberikan nasehat maka tidak dilakukan dengan cara yang santun dan memberi kepahaman tetapi dengan amarah dan pandangan yang sinis, sehingga menjadi kontraproduktif. Padahal sebagaimana sebuah hadits, maka orang tua berperan besar dalam pendidikan anaknya. Hadits tersebut berbunyi: "Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Bukhari dan Muslim).
Peran orang tua ini juga harus didukung oleh perbaikan sistem dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan lainnya oleh pemerintah. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, masih menurut Bang Ibnu, memiliki tanggung jawab dan wewenang dalam menjaga dan melestarikan agama. Pembangunan sektor tersebut dapat mengimbangi pembangunan infrastruktur yang diberi perhatian cukup besar selama ini.
Sekian catatan harian saya pada hari ini. Salam.
Banda Aceh, 04 April 2014
Artikel keren lainnya:
Saya kagum dengan semangat hidupmu azhar
ReplyDeleteTerima kasih Kakak, saya juga banyak belajar dari Kakak. :)
Delete