Sahabat adalah ... Silakan isi titik-titik di samping. Pemirsa, saya meneguhkan maksud menulis malam ini kendatipun entah mengapa rasanya tak tersentuh pun blog ini dalam kehendak. Ada rasa jenuh tetiba menghampiri yang tak tau mengapa. Tapi catatan ini saya tulis menghampiri dunia nyata. Menuangkan isi curahan jiwa, tanpa editan berlebihan.
Di hari ini seorang sahabat resmi merayakan hari istimewanya. Sahabat yang dulu adik leting dan sekarang sudah jadi abang leting. Sangat jarang bersua ketika kecil. Sebagai tetangga, saya lebih mengenali abang-abangnya yang kebanyakan teman abang saya. Sampai suatu ketika sosok sahabat lambat laun saya kenali kebaikan dan segudang bakatnya.
Saat mulai jadi penyuka organisasi, sebab di Banda Aceh tak banyak tempat rekreasi selain pantai dan warung kopi -- saat itu rasanya lebih sering berinteraksi. Sahabat ini lebih banyak keahlian di bidang menggambar dan lama kemudian baru diketahui keahlian lainnya: menulis. Sementara abang-abangnya lebih saya kenali pandai berpidato dan nge-MC. Ia dan saudara-saudaranya -- seingatku mereka berempat -- begitu kompaknya di organisasi tersebut. Padahal jarang ditemui bisa sekompak itu jika ada "bersaudara" yang "seorganisasi".
Faktanya mereka memang luar biasa. Keterbukaan komunikasi dalam keluarga mereka saya rasa jadi kunci pembuka pintu surga dunia itu. Keluarga besar dengan perjuangan besar saat ibunda sahabat membesarkan mereka dan sang ayahanda sahabat dipanggil pulang setelah lama bergelut dengan stroke. Bagaimana sang abang yang terus mengingatkan adik-adiknya untuk menjaga shalat. Ada sedikit getar di dada karena --- sebagai tetangga -- pernah berjarak sangat dekat menyaksikan kisah itu.
Saat di kampus, sang sahabat dipercayai menangani administrasi UP3AI, yang bertugas mengatur jadwal mengajar para mentor. Waktu itu bakat menulisnya udah banyak diketahui. Wajar mengingat sambil berkuliah ia memimpin sebuah forum kepenulisan se-propinsi Aceh dan karyanya sering menghiasi media.
Baiklah, sedikit beranjak ke kisah kepenulisannya. Di antara hal yang saya sesali adalah tidak bergabung dengan forum kepenulisan yang sempat dipimpinnya, ketika ajakan itu memanggil di sekitar tahun 1997-an. Rata-rata anggota yang senior kini sudah menulis buku baik antologi ataupun karya sendiri. Itulah yang setidaknya saya simak saat bergabung dalam training dasar di forum kepenulisan tersebut. Justru rasa sesal itu berubah jadi syukur karena saat saya bergabung dua tahun silam sedikit banyak kami tak harus merasakan suka-duka yang begitu wah yang pernah dirasakan sang sahabat dan teman-teman lainnya.
Untuk banyak hal, kami tinggal mewarisi dan meneruskan program-program yang telah mereka rintis. Secara sederhana, saya mencoba untuk berkesimpulan demikian. Di sebuah komunitas blogger, kami pernah bahu membahu di kepanitiaan lomba blog dengan tema seputar wisata Banda Aceh setahun silam.
Sempat ketika ia hendak akan berangkat magang ke sebuah bank swasta, ia pamit. Bulan demi bulan tak bertemu, tapi diri yakin sahabat masih seperti yang dulu. Ia, seperti kata sang abang, memang tipe sahabat yang pengertian. Maka, jangan heran ketika saya galau berat mau ke Sabang harus naik kapal untuk sebuah pekerjaan, sang sahabat-lah yang berhasil membuat saya mengerti bagaimana rasanya naik kapal. (Lho, maksudnya?)
Bahwa sahabat, adalah anugerah yang kadang datang meski kita tak layak untuk itu. Kalimat itu sering saya ulang-ulang agar lebih mengerti, di banyak kesempatan terlalu banyak ego diri meminta untuk dimengerti oleh sahabat. Padahal sahabat mungkin saja sudah meninggalkan banyak waktu emasnya hanya untuk menemani, atau mendengarkan keluh kesah yang selayak awan mendung hujan lokal di musim kemarau. Kira-kira kamu mengerti nggak maksud perumpamaan terakhir tadi? Sama. Saya sendiri juga tidak mengerti. Hihii ...
Tapi ada satu hal yang bisa saya mengerti. Terima kasih telah menjadi tetangga, sahabat, abang sekaligus adik yang super. Selamat atas hari jadi pernikahanmu, Ferhat Muchtar dan Mira Susanty, yang sempat menjadi trending topic di Facebook hehe. Semoga sakinah, mawaddah dan rahmah selalu membersamai perjalanan biduk pernikahan kalian. Semoga segera dianugerahi anak-anak yang shaleh-shalehah, cahaya mata bagi kedua orang tuanya. Aamiin Ya Rabbal 'aalamiin.
Baaraka Allahu wa baraka 'Alaika wa jama'a bainakumaa fii khair.
Banda Aceh, 25 Juli 2015.
Pukul 23.06
Artikel keren lainnya:
:'(
ReplyDeleteterimakasih byk ya Azhar..
Yupzz. Sama-sama. Barakallah yaa... Selamat menempuh hidup baru.... :-)
ReplyDelete