Embun pagi belum lagi berani menyembunyikan diri ketika di
pagi Senin yang cerah itu aku mengirim sebuah pesan ke handphonemu. Kata demi
kata itu mengalir begitu saja dari mobile phone-ku. Aku
masih merasa belum benar-benar terjaga, ketika setelah sekian lama
aku menerima kenyataan bahwa apa yang aku harapkan selama ini--bahwa kau juga
mencintaiku --pupus.
Tuhan, malangnya nasibku. Apa salahku hingga seorang
seperti dirimu tega-teganya menghancurkan asa yang telah sedemikian lama
kurajut dalam hatiku.
Aku telah rela memangkas semua ambisiku semata-mata untuk
menjadi primadona di hatimu. Aku tanggalkan semua sikap egoku, sikap high-profile-ku
yang selalu ingin jadi pusat perhatian para cowok yang terpukau oleh segenap
pesonaku. Hanya agar kau mau sedikit saja memperhatikanku. Hanya untuk kita
bisa saling berbagi cerita suka dan juga duka. Hanya agar kau bisa menjadi
kekasihku...
Tapi ini apa yang aku dapatkan. Kau masih saja diam membisu
seperti patung di Tugu Pancoran. Ingin rasa aku menuangkan semua bait demi bait
ini dalam IPad-ku. Bahwa kau tak semestinya memperlakukan aku seperti ini.
Musnah sudah semua harapku. Kini, biarlah pesan ini memberimu
sebuah arti tentang sembilu. Pergilah, kau. Pergilah selamanya dari
hatiku...
Dan semoga aku akan segera menemukan pengganti dirimu.
SOMEONE LIKE YOU 1
Kini ku buka lagi lembar demi lembar kisah kita, agar
engkau dapat tahu betapa aku sungguh-sungguh mencintaimu. Namun kini kuberharap
agar kamu menyesal telah menyia-nyiakan itu semua. Dua tahun telah berlalu,
semoga dapat menjadi kenangan terindah untuk kita.
16 Juli 2009
Tepat seminggu sudah sejak kamu mencoba untuk menyatakan
cintamu padaku.
Aku menolaknya dengan halus. Kukatakan saja saat ini
aku ingin lebih fokus pada kuliah serta mewujudkan mimpiku agar grup band yang
selama ini aku dipercaya menjadi manajernya bisa segera go public.
Namun kini di hatiku telah bersemi lagi cinta yang baru.
Adalah Heri, dia teman sekelasku di SMP dulu. Dia cinta pertamaku. Dan baginya,
pintu hatinya selalu terbuka untukku.
Waktu demi waktu berjalan, kami pun memadu kisah kasih yang
baru. Tempat kerjanya hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari kampusku.
Hampir setiap sore, sepulang dia dari kantornya, kami
selalu menghabiskan waktu bersama. Menyaksikan panorama matahari terbenam di
waktu senja di taman kampus nan teduh. Oh, rasanya dunia hanya milik kami
berdua...
24 Mei 2010
Hari ini, Heri menyatakan keinginannya untuk segera
melamarku. Oh, betapa hati ini serasa ingin melayang rasanya.
Akhirnya ...
23 Juni 2010
Mimpi terkadang begitu indah, batinku.
Janji yang dinanti-nanti tak kunjung tiba. Heri malah
menghilang entah ke mana. Ada saja alasannya yang membuat kami tak dapat
bertemu. Lembur lah, ada job tambahan katanya. Atau sekedar
menemani bosnya dinas ke luar kota. Ada-ada saja alasan yang dibuatnya sehingga
hati ini pun mulai jadi tak menentu.
Galau...
FLYING WITHOUT WINGS 2
2 Juli 2010
Hari ini pesta ulang tahunku yang kedua puluh dua.
Semua persiapan telah meriah. Mama yang mempersiapkan
segala sesuatunya mulai dari dekorasi ruangan sampai memesan makanan. Sementara
siapa-siapa yang diundang Mama serahkan kepadaku. Mama betul-betul
mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.
Ma, makasih ya, Ma... I
love you, Mom!
Dan hari itu pun, hatiku mulai ceria kembali. Kini bersama
Mas Wisnu. Ia anak dari teman Om Yopi, teman sekantor Papa. Kami berkenalan di
facebook sebulan yang lalu. Hanya butuh waktu seminggu saja bagiku untuk
melupakan Heri yang ternyata baru saja dikontrak di sebuah perusahaan
bonafid di Samarinda. Di perusahaan barunya, Heri harus menandatangani kontrak
yang tidak memberi izin untuk menikah selama dua tahun pertama.
Heri benar-benar mengharapkan agar aku mau menunggunya.
Segenap kenangan di masa lalu kami yang begitu indah diputarnya kembali ke
dalam memori batinku. Namun hati ini tak merasakan apa-apa lagi. Mati.
Bagaimana mungkin setelah sekian lama kamu mendiamkanku, menghilang tanpa kabar.
Lalu kamu sampaikan semua ini secara tiba-tiba.
Kurasa kisah kita cukup sampai di sini...
Maaf, ya!
15 Juli 2010
Kencan pertamaku dengan Mas Wisnu.
Dia mengajakku makan malam di sebuah kafetaria mewah di
kompleks taman kota. Desain bangunannya minimalis, tapi dipenuhi
ornamen-ornamen khas gaya mediterania. Puluhan batu alam yang disusun rapi
memaku di dinding disertai gemercik air yang memancar dari pompa hidrolik. Satu
set akuarium fiber berukuran besar bak televisi layar lebar yang senantiasa
memanjakan mata kami dengan ikan-ikan hias di dalamnya.
Tak lama pelayan membawakan menu pesanan kami. Apa lagi
kalau bukan macaroni panggang kesukaanku.
Owh, romantisnya...
WHEN I FALL IN LOVE 3
22 Agustus 2010
Dag, dig, dug. Hari ini sidang tugas akhirku. Segenap
persiapan telah kubuat. Wiwik dan Rangga, teman seletingku yang telah lebih
dulu sarjana membantu semua persiapan dan kelengkapan untuk tugas akhirku.
Padahal sepuluh hari yang lalu aku masih terbaring lemah di
rumah sakit. Gejala typhus kata dokterku. Oh, ini akibat aku tak
memperdulikan jadwal makanku. Segepok tugas skripsi ditambah lagi persiapan
mentas bersama anak-anak band yang bulan depan bakal tampil di pernikahan putri
Rektor kampusku membuatku cukup sibuk. Juga kursus bahasa Mandarinku yang
kulakoni juga walaupun absensinya sudah kebakaran alias tak lagi mencukupi
syarat minimal absensi untuk ujian.
Mama, Papa, tak akan aku mengecewakan kalian, kan kubuat
kalian selalu bangga.
Dua jam berlalu... Alhamdulillah, aku dinyatakan lulus.
Akhirnya...
Perjuanganku menimba ilmu di Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi ternama di kotaku ini selama empat tahun tiga bulan usai sudah. Hari
ini, resmilah sudah aku jadi sarjana. Tercapailah mimpi dan cita-cita yang
selama ini aku idam-idamkan. Dan, resmilah pula aku menghadapi dunia nyata yang
menuntut segenap komitmen, profesionalisme dan kesabaran.
Oh, apalah dayaku tanpa bantuan Wiwik dan Rangga. Juga
Neta, Viscka, Maudy dan juga Rika. Juga Mas Bimo yang setia mengedit tugas
akhirku di rental komputermya.
"Wirna...!!!" serempak semua temanku menyambut
kabar gembira itu.
Dan yang tak mungkin kulupakan, Wisnu. Masku yang cool dan ganteng ini telah dengan rela mengantar-antar
aku untuk mempersiapkan tugas akhirku. Dia memang benar-benar tipe suami siaga:
siap antar jaga. Hihihi...
I HAVE A DREAM 4
13 Desember 2010
Hari ini pesta wisudaku. Dan hari ini pula, Mas Wisnu sudah
menyatakan niatnya untuk memperkenalkan dirinya pada orang tuaku. Tepat di saat
itu, di saat Wisnu sedang menyalami Papa dan Mama, kamu datang.
Dari raut wajahmu aku tahu, ada segenggam kecewa di sana.
Hanya kira-kira beberapa meter saja, kamu kulihat sudah hampir mendekati kami.
Lalu kamu malah membalikkan langkahmu. Pulang, tertunduk lesu.
Satu jam kemudian nada dering mobile phone-ku
berbunyi. Sebuah pesan masuk, darimu.
"Hidupilah kampus. Jangan menggantungkan hidup dari
kampus. Berjasalah, jangan minta jasa. Sekali hidup, hiduplah yang berarti.
Jangan Cuma berani mati, tapi juga berani hidup... Congrats ya, Wirna ^_^"
Oh, Mas Bobby, mengapa kini kau baru datang di saat yang
lain telah hadir.
HARD TO SAY I'M SORRY 5
1 Januari 2011
Aku merebahkan badanku di atas seprei Mister Zero sembari
hatiku membatin sendiri.
Seakan-akan semuanya baru terjadi kemarin sore. Ketika
empat tahun yang lalu kamu menjadi seniorku di Himpunan Mahasiswa Jurusan
Akuntansi. Entah mengapa sikapmu yang kalem itu bisa membuatku bersimpati.
Selalu saja terlihat menjaga jarak dengan lawan jenis yang bukan muhrim.
Hari-harimu di kampus? Paling-paling cuma mutar-mutar dari ruang kuliah,
pustaka, mushalla sama kantor Sekretariat Bersama Mahasiswa. Ke kantin?
Paling-paling cuma buat beli makanan kecil.
Terang saja, kamu bukanlah tipeku.
Tapi semua berubah sejak setahun yang lalu. Kamu lulus dan
diterima sebagai karyawan di sebuah perusahaan ternama di kotaku. Tak kusangka,
tak kuduga, kamu menembakku dengan kata-kata cintamu padaku... melalui Chicha.
"Hah? Apa? Anak alim itu? Apa dia sudah sakit jiwa? Mana mungkin aku yang
Miss Sosialite ini punya pacar anak alim macam dia?" batinku.
Tawaku meledak seketika.
Tapi sekarang lain cerita.
Sikap acuhmu, sikap dinginmu, justru telah membuat aku
semakin jatuh hati. Meski perbedaan antara kita harus aku akui bagaikan langit
dan bumi.
Cinta oh cinta,
lagi-lagi cinta...
Mas Bobby, jika kamu memang benar-benar mencintaiku,
mengapa kamu tak pernah menunjukkan keseriusanmu padaku. Mengapa kamu tak
pernah berusaha meraih hatiku...
Galau...
Lagi... dan Lagi...
3 Februari 2011
Aku meminta sahabatku, Chicha, untuk memberitahumu bahwa
kini aku sudah sendiri lagi... Dan inilah kesempatan bagimu jika kamu memang
sungguh-sungguh mencintaiku. Chica memang satu kantor denganmu. Ia magang
sambil menyusun LKP-nya di kantormu. Jadi otomatis dia bisa selalu berjumpa
denganmu, dong!
Mas Wisnu yang kukira begitu perhatian, ternyata hanya
pemain cinta yang suka mempermainkan wanita. Tak kusangka, tak kuduga tapi
itulah yang terjadi ketika suatu hari aku memergokinya sedang bermesraan dengan
Sheila, adik kelasku di kampus.
Dasar cowok...
6 Februari 2011
Chicha datang ke rumahku. Katanya ia sengaja datang hari
itu untuk memberi kabar bahwa ia telah menyampaikan pesanku padamu. Dan
katamu, bahwa aku selalu ada di hatimu. Kamu berjanji kali ini takkan lagi
mengecewakan aku.
Makasih ya, Cha...
SOMEBODY THAT I USED TO
KNOW 6
15 Februari 2011
Tiga bulan sudah aku diterima bekerja di sini, di sebuah
perusahaan konsultan yang mnyediakan jasa penyusunan laporan keuangan.
Bersyukur kami mendapatkan klien yang cukup besar juga, yaitu sebuah perusahaan
waralaba kuliner lokal yang sedang berkembang pesat. Bulan lalu saja mereka
baru membuka outletnya yang ke delapan belas, di negeri jiran pula.
Mas Bobby, sampai kapan aku harus menunggumu...
Kalau kita kekasih, kenapa kau tak jua kunjung mendekatiku?
SOMETHING 7
17 Maret 2011
Kubuka mobile phone-ku, sebuah pesan kukirimkan pada
Chicha.
"Cha, tolong kasih tau Mas Bobby , aku tak sudi lagi
menunggunya. Dia masih saja seperti yang dulu. Dingin, tanpa ekspresi. Lima
hari yang lalu kami bertemu di Busway, dia hanya menatapku tanpa bicara. Tolong
bilang padanya kalau aku sudah punya
pacar!"
9 April 2011
Kita bertemu lagi, Mas. Kali ini di gerai operator seluler
waktu aku sedang membayarkan tagihan ponselku. Dan kuharap Chica sudah
memberitahukan apa yang aku pesankan padanya untukmu. Kutatap wajahmu kali ini
dengan ekspresi kecewaku.
Tapi engkau malah tersenyum kepadaku. Seolah semuanya masih
berjalan baik-baik saja.
Apa? Apa? Apa kau pikir semuanya masih seperti dulu? Jangan
harap, Mas. Aku sudah jenuh dengan semua sikap kalemmu. Geram aku! Benci aku!
Kini kuposting sebuah tweet di twitter-ku.
"Kini kau datang padaku di
saat ia telah jemu. Kau, kekasihku, pujaan hatiku. Untuk kau yang dulu,semoga
kau temukan bahagiamu di kisah yang lain".
Kuharap kau mau mengerti, dan berhenti untuk mengharapkan
cintaku.
WHO DO YOU THINK YOU ARE? 8
9 Juli 2011
Hari indah yang kutunggu-tunggu itu telah tiba. Seluruh
undangan telah hadir. Bapak penghulu pun telah datang.
Mama sibuk merapikan jilbabku yang hari itu bertahtakan
mahkota berwarna perak. Cantik serasi dengan jilbab merahku. Warna pilihanku
setelah sekian lama berdebat dengan Mama. Katanya lebih baik aku memilih
warna-warna yang standar saja. Putih, atau kuning. Bisa dipadu padan dengan
beragam aksesoris yang indah.
Agung, sahabatku ketika masih di SMA dulu telah resmi
menjadi suamiku. Kuciumi tangannya setelah aqad ijab qabul nikah kami
telah dinyatakan sah. Ada getar yang membuncah di dada. Sesuatu yang
dirindu-rindukan itu telah hadir. Kini resmilah statusku sebagai seorang istri.
Satu per satu hadirin kusalami. Panitia upacara pernikahan
mempersilakan para tamu pria untuk menyalami pengantin pria. Demikian pula para
tamu wanita menyalamiku. Setelah 20 menit sesi pengambilan foto, kami pun
bergegas pulang untuk persiapan acara resepsi yang diselenggarakan hari itu
juga.
Tak kusangka, tak kuduga. Mas Bobby hari itu juga
hadir di sini untuk melangsungkan aqad nikahnya.
Aku berjalan memburu langkahku menuju ke mobil
pengantin. Chicha yang hadir pada hari itu menyampaikan pesan dari Mas
Bobby, sebuah ucapan selamat atas pernikahanku.
Kusampaikan pula padanya, sebuah salam yang sama.
Semoga sakinah, mawaddah warahmah selalu menyertaimu, Mas.
INSHA ALLAH 9
Dari kami yang berbahagia,
Wirna Khairunnisa & Agung Nugroho.
Banda Aceh, 20 Juli 2012
Juga dipublikasikan di Kompasiana dengan nama akun azhar_ilyas
Keterangan lagu:
1) Someone Like You (Adele,
2011)
2) Flying Without Wings
(Westlife, 1999)
3) When I Fall in Love
(Doris Day, 1952)
4) I Have a Dream (ABBA,
1979)
5) Hard to Say I’m Sorry
(Chicago, 1982)
6) Somebody that I Used to
Know (Gotye feat. Kimbra, 2011)
7) Something (The Beatles,
1969)
8) Who Do You Think You
Are? (Jar of Hearts, Christina Perri, 2010)
9) In sha Allah (Maher Zain,
2009)
Cerpennya mirip dengan cerepen-cerpen ala majala Annida dulu :D
ReplyDeleteLanjutkan azhar ;)
Kak Eky pakai foto profile baru :)
Delete