Beranda · Wisata · My Extraordinary Life · Menu 2

Kualitas atau Kuantitas

Bicara soal komitmen menulis setiap hari seperti tak ada habisnya. Pertama, ini soal janji kepada diri sendiri. Kedua, sebenarnya bisa saja aku menuliskan semua hal tapi meninggalkannya dalam ruang bernama "draft". Ketiga, ini soal komitmen kepada diri sendiri, dan evaluasi tiada henti, baik dari para pembaca sukarela yang mampir di blog-ku ataupun hasil dari mengamat-amati dan menganalisa sendiri. Dengan kapasitas ilmu yang jua terbatas ini.

Kualitas atau kuantitas.

Hal ini juga seringkali menjadi dilema dalam dunia kerja. Tadi pagi salah seorang abangku yang pernah bekerja di sebuah lembaga yang bekerja sama dengan sebuah lembaga internasional menceritakan bagaimana disiplinnya mereka dalam menjaga keseimbangan antara kualitas dan kuantitas ini. Pekerjaan yang mereka berikan haruslah memenuhi standar mutu tertentu (kualitas) dan hasil pekerjaan yang sesuai dengan target (kuantitas).

Menariknya, pelaporan kerja atau pun keuangan yang diharapkannya adalah laporan yang sederhana; sederhana untuk dibuat demikian pula untuk dipahami. Mereka sampai-sampai menilai sistematika laporan yang dibuat oleh tim kerja lokal terlalu rumit. "Kalau rumit begini kapan masyarakat bekerja? Memangnya mereka hanya bekerja untuk membuat laporan!" ujar abangku menirukan kalimat dari sang pegawai lembaga internasional tersebut.


Dipikir-pikir banyak benarnya juga pemirsa. Pada masa mengalirnya miliaran rupiah dana bantuan di masa rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami, begitu banyak program kredit lunak yang diluncurkan. Sayangnya sempat terdengar kabar juga bahwa masyarakat yang menerima dana tersebut tidak mampu mempertanggungjawabkan penggunaan dana tersebut lantaran minimnya pengetahuan tentang membuat laporan keuangan. Akibatnya kucuran dana tersebut dihentikan, dan seiring dengan berakhirnya masa rehabilitasi dan rekonstruksi berakhir pula program bantuan tersebut.

Terhitung sejak 1 Juli 2013, Pemerintah memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 di mana para pengusaha kecil dan menengah dengan omset sampai dengan Rp 4,8 Miliar akan dikenakan tarif Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 1 persen. Sosialisasi mengenai peraturan tersebut telah dilakukan melalui berbagai spanduk, pers release dan berita online pada situs www.pajak.go.id.

Melalui penerapan peraturan tersebut, diharapkan para pengusaha yang bergerak di bidang usaha kecil dan menengah dapat mendaftarkan usahanya pada lembaga perpajakan dan menjadi lebih aktif dalam membukukan keuangannya. Disipilin terhadap aliran kas atau cash flow merupakan salah satu kunci untuk bertahan dalam dunia usaha. Konon para pengusaha Tionghoa secara turun-temurun menerapkan prinsip penghematan keuangan yang ketat selama lima tahun pertama usaha mereka baru berjalan.

Melakukan pembukuan terhadap usaha sendiri sangat banyak manfaatnya. Selain kita menjadi lebih mudah untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari keuangan perusahaan, hasil pelaporan tersebut juga dapat membantu kita untuk mengambil keputusan manajemen selanjutnya. Apakah kita akan melakukan ekspansi ataukah harus melakukan berbagai upaya penghematan. Ingin mengambil liburan? Atau memberikan bonus kepada pekerja berprestasi? Atau melakukan pengambilan pribadi (prive) untuk keperluan lainnya? Kita akan lebih mudah memutuskannya dengan bekal laporan keuangan yang baik.

Kualitas atau Kuantitas?

Ngomong-ngomong, saya sudah mesti mengambil masa rehat lagi, nih, pemirsa. Habisnya menulis hanya di waktu sisa saja, sih. Jadi, lebih tepatnya, saya mendahulukan kualitas atau kuantitas?

Anda lebih layak menilainya pemirsa.

Tugas saya hanya menulis, menulis dan menulis.

^_^


Banda Aceh, 01 November 2013
Pukul 22.35
Selamat untuk kelahiran buah hati, seorang putra dari Muammar Ilyas dan Rita Zahara. Semoga senantiasa menjadi anak yang shaleh, cerdas, sehat dan ceria selalu. Jadi kebanggaan ayah dan bundanya. Aamiin.

Artikel keren lainnya:

2 Tanggapan untuk "Kualitas atau Kuantitas"

  1. Meskipun juga kuliah di akuntansi, saya lebih banyak berkecimpung di bidang pendidikan. Jadi kurang bisa memberikan tanggapan mengenai laporan keuangan yang rumit itu...

    Kalau untuk menulis di blog, sepertinya tidak terlalu fokus pada kualitas. Tulisan2 yg 'berat' dan 'serius' hanya muncul sesekali. Selebihnya, peu yang na lam ulee :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ohoho .. Iya, abang suka juga bahasa tutur nya yang di blog Khaira... Para pengunjung juga sepertinya ,,, Sepertinya udah lama jam terbangnya Khaira? In sya Allah untuk seterusnya bisa jadi tips yang bagus, menulis peu yang na lam ulee :)

      Delete