Menulis itu bersenang-senang. Saya membaca judul itu terangkai di halaman depan Serambi Indonesia. Ada rasa haru bercampur bangga menyaksikan foto dan nama yang terpampang di sana. Beby Haryanti, atau di facebooknya aku menemukan nama Beby Haryanti Dewi. Bayangan lama tentang seorang editor penerbitan nasional yang super serius mendadak cair ketika mengikuti pembekalan Inaugurasi FLP Aceh pertengahan 2014 silam. Supel, ramah dan senang berbagi ilmu. Kamu yang ingin tahu lebih jauh tentang Kak Beby bisa menyimak karya-karyanya yang sudah sering menghiasi rak-rak toko buku sedunia. Seperti kata bijak, seseorang dikenali dari karya-karyanya.
Menulis itu mengasyikkan. Benar nggak, sih? Bagi saya, menulis adalah menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. Pikiran, perasaan, curhat, aspirasi, impian, uneg-uneg, solusi, harapan, keluhan, kenangan, wacana, khayalan, peristiwa, penelitian, cerita, dengan nama apa pun mereka disebut. Pastinya menulis adalah salah satu media untuk mengabadikan "sesuatu" yang dirasa bernilai tersebut. Kapan saja, di mana saja, menuliskan dapat menjadi hobi yang mengasyikkan.
Saya ingat saat masa-masa pendidikan dasar, ketika tugas mengarang yang ada dalam pelajaran bahasa Indonesia mengantarkan saya pada sebuah prosesi upacara bernama 'hening cipta'. Bahkan bila merunut lebih ke belakang lagi, saya perlu mengikuti "kursus menulis" di rumah ketika guru bahasa Indonesia saya menyatakan "kekagumannya" pada tulisan saya. Saya pernah bercerita tentang hal tersebut di blog ini. Menulis bukanlah sesuatu yang saya gemari ketika itu.
Namun dari kegemaran saya membaca-lah yang mengantarkan kesenangan menulis dalam diri saya. Adalah harian Republika yang jatuh ke tangan "anak kecil" kelas 5 Sekolah dasar Islam serta abang kandungnya yang sangat gandrung berdiskusi mulai dari masalah politik, keagamaan, sepakbola, ekonomi, luar negeri dan sebagainya. Apalagi Republika sebagai Koran yang dibidani kelahirannya oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia yang diketuai Bapak B.J. Habibie ketika itu dilengkapi suplemen tematik setiap harinya. Dari bahan baku membaca dan berdiskusi itulah anak kecil itu menuliskan bait-bait opini di buku tulisnya. Pernah juga memenuhkan buku tulis dengan menulis ulang kisah-kisah penuh Hikmah dari terjemah sebuah kitab yang menghiasi rak Buku keluarga. Ketiadaan pembimbing dan Komunitas hobi ketika itu menyebabkan menulis pada akhirnya kembali menjadi aktivitas bercita rasa semu: menyalin ulang, menulis hasil dikte atau menjawab pertanyaan dalam proses belajar-mengajar di sekolah.
Menulis itu mengasyikkan, karena dalam menulis kamu bisa merangkai pikiran, perasaan dan kehendak kamu jadi "sesuatu". Mungkin pada awalnya kamu tidak menemukan kualitas, seperti halnya sebuah tutorial menulis di Quantum Learning yang sering saya ceritakan. Tapi cobalah, seperti yang selama ini saya lakukan, membaca kembali tulisan-tulisan lama kamu. Rasakan sensasinya kalau mengunduh ucapan-ucapan pada reklame televisi.
Hobi menulis juga adalah sesuatu yang dapat diajarkan. Senang membaca, maka ianya pasti berangkai dengan proses berpikir dan menulis adalah menuangkan pikiran ke dalam tulisan. Kembali lagi kepada pernyataan awal di mana menulis adalah bersenang-senang, seperti yang diceritakan Kak Beby, saya berpikir menulis juga dapat mengarahkan untuk menemukan passion kita. Untuk menemukan bidang apakah yang sebenarnya kita jiwai dan bisa bersumbangsih bagi orang banyak.
Tidak terbayang bagi saya, kadang-kadang, menyimak bagaimana mungkin seseorang dapat bersenang-senang dengan menulis, apalagi jika ia menulis dalam jumlah byte, huruf, kata, kalimat, halaman, lembar hingga menjadi sebuah buku! Di samping itu, sebagai kesibukan yang menyita waktu dan pikiran kita juga harus berpandai-pandai membagi waktu. Menjaga kesehatan tetap prima adalah bagian penting dalam Belajar, sebagaimana Imam Syafi'i yang kuat dalam menulis, ia sangat menjaga kondisi fisik sehingga sanggup menempuh perjalanan dari masjid ke masjid dengan keterbatasan sarana transportasi kala itu.
Tetap belajar dan berbagi adalah manfaat lain dari menulis. Untuk senantiasa meningkatkan kemampuan--kualitas Dan kuantitas--menulisnya, saya memperhatikan teman-teman penyuka hobi menulis yang meng-upgrade kemampuannya baik dengan cara menikmati karya sastra; buku, drama, film, dsb hingga melakukan perjalanan. Ada kalanya juga yang memilih sambil bertafakkur, mengagumi keindahan penciptaan manusia dan alam semesta. Mengevaluasi perjalanan hidup itu sendiri, apakah sudah memberi arti pada diri dan obyek berbagi, ataukah berjalan stagnant bahkan merugi.
"Demi Masa. Sesungguhnya manusia kerugian. Kecuali yang beriman dan beramal shaleh, saling menasehati tentang kebenaran, saling menasehati dengan kesabaran." (Q.S. Al-'Ashr: 1-4)
Banda Aceh, 21 September 2014
Pukul 11.11
Belum ada tanggapan untuk "Menulis itu Mengasyikkan"
Post a Comment