Seorang bijak berkata, tak ada perjalanan yang tak mengubah seseorang. Ungkapan bijak lainnya menyebutkan, hakikat perjalanan bukanlah menemukan hal yang baru, akan tetapi melihat suatu tempat dengan sudut pandang yang baru. Perjalanan saya ke Sabang, yang bila diakumulasikan mencapai 10 hari 9 malam, bagi saya pribadi telah memberikan sebuah nuansa tersendiri tentang Sabang nan indah mempesona tersebut.
Dalam beberapa hal, perjalanan ke Sabang mewadahi keinginan terselubung saya untuk bisa mengunjunginya. Berturut-turut bila dihubung-hubungkan, pernah saya datang melihat-lihat brosur di suatu kantor dinas dan membawa pulang brosur pariwisata Sabang suatu ketika. Tidak begitu lama bergabung dengan Gam Inong Blogger dan meraih juara Lomba Blog Piyoh, sebuah
brand name produk kaos cenderamata dari Sabang. Saat itu saya berharap suatu ketika bisa sampai ke sana.
Mimpi adalah pintu ke mana saja bagi setiap harapan. Bermimpilah dan Yang Maha Kuasa akan memeluk mimpi-mimpi kita. Oleh karena itu tidak heran seorang bijak berkata, "yang aku khawatirkan bukanlah tidak dikabulkannya doa-doaku, yang aku khawatirkan adalah aku berhenti berdoa karena putus asa."
Beberapa teman menjadikan kegiatan perjalanan sebagai sarana penaklukan diri, seperti yang biasanya saya dengar dari para pendaki gunung. Dari bawah, gunung itu terlihat begitu tinggi. Namun dari atas sana, seperti yang mereka tuturkan, diri mereka akan begitu kecil bila dipandang. Bagi para pendaki, mendaki gunung adalah perjalanan menaklukkan kesombongan diri.
Begitu pula dengan lautan yang diarungi. Bagi mereka yang telah melakoni berhari-hari lamanya di lautan, apabila harus memilih antara ombak yang tenang dan perjalanan yang mudah dengan ombak yang ganas dan perjalanan menantang pastilah mereka memilih yang kedua. Pilihan itulah yang membedakan kepribadian seorang pelaut sejati.
Begitu pula perjalanan kehidupan. Sudah bukan rahasia bagi mereka yang mengarungi kehidupan berpuluh tahun, mereka yang sudah senior dengan asam garam kehidupan, beranggapan bahwa kehidupan memang "seperti begini saja." Ada kalanya kesenangan menghampiri, ada kalanya pula derita menyapa. Maka sikap "semakin berisi, semakin biasa-biasa saja" seperti dianjurkan seorang Tukul Arwana bisa menjadi bekal dalam mengharungi kehidupan dengan bersahaja: "tidak terlalu gembira ketika suka dan tidak terlampau bersedih di kala duka."
Setiap kehidupan punya cerita, dan setiap cerita patut disyukuri. Karena dengan bersyukur itulah niscaya nikmat akan terus bertambah-tambah. Tiada duka yang patut diratapi begitu lama. Tiada suka yang patut dirayakan dengan begitu jumawa. Mari mengisi setiap langkah dengan sujud syukur dan berusaha untuk berbagi walau seulas senyuman, lebih utama lagi pangan, pendidikan dan keterampilan bagi yang membutuhkan.
Hanya sekedar berbagi.
Banda Aceh, 8 Januari 2015
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Tetap Semangat!"
Post a Comment