Lelah rasanya seharian berburu foto menarik di Gampong Krueng Raya Sabang--meski kami melewatkan bagian terbesarnya yaitu sunset di Pulau Klah--kami pun sampai ke penginapan. Rasa lelah sangat, namun tidak dengan teman warga Sabang kami yang selama kami di Sabang setia menyupiri kami. Sang teman warga Sabang malah mengajak kami kembali ke perairan pantai dekat Pulau Klah untuk kegiatan mancing mania dengan menggunakan boat yang dipinjam pada temannya.
Setelah berdiskusi panjang lebar maju mundur kiri kanan (tapi nggak seperti goyang cantiknya Syahrini, lho, ya?) akhirnya kami memutuskan untuk tidak ikut serta dalam program mancing mania. Kami minta diantarkan saja ke warung kopi Desagoe untuk mengisi ulang tenaga kami di sana. Suasana malam hari kota Sabang bisa tergambar jelas dari tempat ini. Lagi-lagi suasana Sabang yang santai banget membuat rasanya tidak ingin pulang lagi. Ademnya ...
Tugu Jam Kota Sabang
Sebuah tempat yang belum kusambangi semenjak hari pertama tiba di Sabang namun berulangkali aku menyaksikannya dari Desagoe. Jika diibaratkan seperti melihat seorang gadis yang manis penuh pesona namun hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Sesuatu yang menggerakkanku menuju ke sana adalah tulisan seorang teman blogger juga. Sebuah tempat yang asri, yang teduh, tempat banyak harapan bersimpuh: Masjid Agung Kota Sabang.
Aku berjalan perlahan menyaksikan suasana mesjid yang mulai lengang karena hampir semua lampu sudah dipadamkan karena Shalat 'Isya berjama'ah telah lama usai. Setelah berwudhu' dan seorang pemuda penjaga masjid yang melihatku membukakan pintu. Ternyata ada khadam alias penjaga masjid dan disediakan tempat tinggal bagi mereka. Meski semua pintu mesjid ditutup rapat tapi mereka sepertinya terus berjaga. Suasana syahdu begitu terasa di Masjid Agung Kota Sabang yang begitu bersih dan rapih.
Masjid Agung Kota Sabang
Foto: saduran.
Sekembalinya ke warung kopi Desagoe, Bang Hijrah, owner Piyoh Design menyambangi kami. Sedianya kami telah membuat janji bertemu di sore hari. Aku, Didit dan Bang Hijrah pun terlibat dalam diskusi seru, di antaranya bagaimana agar bisa menimbulkan ide-ide kreatif. Mumpung sedang berkumpul dengan para Master-nya. Waktu menunggu teman kami mancing mania pun rasanya tidak berlalu dengan percuma. Berkumpul dengan orang-orang yang shaleh dan kreatif adalah salah satu obat hati. Jangan protes ya kalau ternyata di lagunya Opick sama sekali tidak tercantum kata-kata kreatif. Namanya juga upaya kreatif (hehehe).
#alasan #alasan #alasan
Malam semakin larut. Aku sendiri. Eh, itu lagunya Nafa Urbach yaa. Lantaran sang teman pergi memancingnya semakin larut--sesuai firasatku yang menduga tidak mungkin memancing bakal menghabiskan waktu satu jam saja (judul lagunya Raisa)--Bang Hijrah pun mengajak kami untuk menunggu di workshop Piyoh Design di kawasan Kota Atas, Sabang. Jadilah dengan diantarkan oleh Bang Hijrah, sampai juga di "markas kreatif" Piyoh Design. Di tempat inilah Bang Hijrah mengerjakan berbagai ide-ide kreatifnya sekaligus tempat memasarkan produk-produk unik dan menarik sebagai oleh-oleh dari Sabang.
"Markas kreatif" Piyoh
Yang tidak kalah menarik adalah pustaka pribadi Bang Hijrah yang dipenuhi dengan beragam buku tentang travelling, enterpreneurship dan motivasi pengembangan diri. Berasa surga ilmu di sini! Aku juga menyimak beragam penghargaan yang telah diraihnyasebagai seorang hospitality enterpreneur. Penghargaan MDG's Award Bidang Pendidikan tahun 2013 juga diraihnya bersama kesembilan orang temannya yang menggerakkan program The Leader.
Deretan piagam penghargaan dan prestasi Bang Hijrah si Mister Piyoh
Pokoknya baca saja, deh kisahnya Bang Hijrah di
http://hijrahheiji.blogspot.com yang sangat inspiratif dengan segudang prestasi kreatifnya namun tetap rendah hati dan membumi. Semoga bisa kita teladani, yaa ...
"Bangga nih yee bisa foto bareng mantan Duta Wisata Sabang."
Akhirnya setelah detik berganti detik, menit ke menit, sang teman kami yang pergi mancing mania yang ditunggu menjemput kami. Saat malam sudah larut dan mata pun tidak bisa diajak kompromi lagi. Setelah berpamitan dengan Bang Hijrah yang sudah sangat berbaik hati mempersilakan workshopnya sebagai tempat peristirahatan, kami pun kembali ke penginapan.
Keesokan paginya kami bersiap-siap untuk pulang. Beberapa foto yang cantik berikut ini berhasil kuabadikan sebagai oleh-oleh terindah dari Sabang. Tak lupa penganan bakpia khas Sabang dan dodol sirsak untuk keluarga.
Sabang, sebuah tempat terindah di ujung barat nusantara. Berbagai keindahan panorama yang tersaji di sana layaknya surga yang memanjakan siapa saja yang pernah berkunjung. Seperti ucapan Daman, sesudah pergi ke Sabang maka ingin kembali dan kembali lagi. Ayunan kapal cepat siang hari itu telah membawa kami kembali ke Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. Semoga dapat kembali ke Sabang suatu hari.
"Kita tidak pernah akan tahu apa saja yang Allah rencanakan untuk kita, bisa jadi yang kita ingini belum tentu yang terbaik untuk kita."
(dr. Gamal Albinsaid)
Banda Aceh, 19 Oktober 2014
Artikel keren lainnya:
Baiklah, pulang nanti harus direncanakan ke Sabang... aneh juga ya, sudah bertahun2 dulu di Banda Aceh tapi aku belum menyeberang ke pulau cantik itu, berasa rugi sekali. Penasaran juga sama desain2 kreatifnya piyoh!.
ReplyDeleteIn sya Allah. Mudah-mudahan, sekalinya ke Sabang rindu dan rindu lagi ingin kembali :-)
ReplyDeleteNice Sabang :D
ReplyDeleteVery nice ... :-)
Delete