Jadi, bagaimana sebaiknya sikap kita dalam bersosial media? Situs pursuingmydreams.com memberi beberapa pesan yang dapat kita gunakan agar aman bersosial media, yang bisa kamu baca di sini. Beberapa tips tersebut saya tambahkan pula dengan kiat-kiat yang saya peroleh selama ini dalam bersosial media, dan saya sajikan ulang dalam bentuk soal-jawab berikut:
1. Seberapa sering kita berinteraksi di sosial media?
Batasi intensitas bersosial media kita. Bagi yang bekerja, atasan dan rekan kerja dapat dengan mudah memberi penilaian awal bahwa terlalu aktif di sosial media berarti tidak serius dalam menyelesaikan tugas-tugas kantor Anda. Hal ini juga dapat mempengaruhi hubungan keluarga. Bila ini yang terjadi, bersiaplah akan potensi masalah yang tidak diharapkan.
2. Kapan kita boleh berinteraksi di sosial media?
Masih terkait dengan tips pertama, sebaiknya kita tidak terlalu sering meng-update status pada jam bekerja atau pada saat dinihari di saat semua orang sudah tidur. Terlebih bila yang di-update status keluhan pribadi atau percintaan. Bisa-bisa orang langsung berpikiran negatif terhadap kepribadian Anda.
3. Apa yang boleh di-share di sosial media?
Meskipun sepintas tidak ada pembatasan terhadap apa yang boleh kita bagi di sosial media, namun telah banyak pembatasan yang dapat kita temukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemerintah telah memberlakukan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sebagai dasar hukum pembatasan tersebut. Apabila kegiatan bersosial media dinilai mencemarkan nama baik seseorang, atau menyebarkan kabar bohong (baca: hoax) yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Maka bersosial media secara sehat adalah pilihan bijak bagi semua penggunanya, kalau tidak mau dijebak oleh jeratan sanksi.
4. Hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat status (update) ?
Hindari menuliskan status mengenai orang-orang penting seperti atasan atau rekan kerja Anda, keluarga dan sahabat. Bahkan sebisa mungkin untuk tidak menulis status mengenai masalah pribadi Anda. Berprinsiplah dengan tegas bahwa kita adalah seorang dewasa yang memegang kendali atas sosial media, dan jangan biarkan hal yang sebaliknya yang terjadi. Masalah pribadi sebaiknya diselesaikan secara pribadi, karena cepat atau lambat apa yang Anda tulis di sosial media akan dapat diketahui oleh orang yang bersangkutan dan memicu pertengkaran.
5. Hal apa yang harus diwaspadai dalam membuat status (update) ?
Hindari pula membagi status mengenai keadaan rumah Anda, seperti "rumah sedang kosong" atau "home alone" yang dapat memicu tindak kriminalitas seperti pencurian. Bukan tidak mungkin orang yang mengakses akun sosial media Anda adalah orang yang sedang berniat jahat atau malah menjadi berniat jahat. Anda dapat pula mengantisipasi berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan dengan mengatur setingan "privacy" yang terdapat di sosial media Anda dan bersikap selektif menerima pertemanan.
6. Bagaimana bila sedang emosi-an atau "moody" ?
Apabila sedang dalam kondisi emosi-an atau moody alias berperasaan tidak nyaman, sebaiknya tidak bersosial media dan bila pun butuh untuk pekerjaan, batasi apa yang Anda "konsumsi" di sosial media. Beberapa pengamat menyarankan untuk tidak aktif di sosial media dalam kondisi emosian atau moody. Foto teman-teman Anda yang sedang tersenyum bisa saja Anda salah artikan sebagai "tidak pengertian" atau "tidak memahami kondisi Anda".
Perlu diingat bahwa kita bahkan tidak dapat mengendalikan kesukaan orang lain terhadap kita, sebagaimana kita tidak dapat menyukai semua orang dan hal yang orang lain share di media sosialnya. Agar kegiatan bersosial media kian nyaman di hati.
Banda Aceh, 7 Januari 2015
(Diedit pada 8 Januari s.d. 2 Agustus 2015)
setuju bang, cukup banyak berita yang buat hati panas di medsos.. Seringnya bukan fakta dalam berita yang bikin panas, tapi propaganda nya..
ReplyDeleteMalah jadi kontraproduktif jadinya, iya kan, seharusnya media berfungsi mencerdaskan masyarakat ... :-)
ReplyDelete