Dikisahkan dalam sebuah bencana peperangan yang dahsyat, kota Akbar hancur lebur, porak-poranda oleh tindakan bala tentara Asyur. Kaum lelaki dewasa penduduk kota Akbar memilih mengambil perbekalan seadanya lalu pergi meninggalkan kota tersebut -- sebagai perlambang tindakan mencari aman atau pragmatis. Sementara Elija (Nabi Ilyas), lebih memilih untuk memimpin penduduk kota Akbar untuk membangun kembali kota tersebut. Ia memaksimalkan segenap potensi yang tersisa di kota Akbar; orang tua, wanita dan anak-anak untuk bersumbangsih menurut kompetensinya masing-masing.
Hal yang menarik dalam kisah tersebut adalah ketika warga kota Akbar mulai ketakutan akan kekurangan perbekalan, anak-anak justru menjadi pahlawan bagi mereka. Dengan ketangkasan dan kejelian mereka, dengan mudahnya beberapa sumber logistik yang masih tersisa mereka temukan. Anak-anak, yang polos dan sering dianggap tidak tahu apa-apa itu bahkan tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan penyesalan sebagaimana orang dewasa.
alamy.com
Elija, atau Nabi Ilyas, sang tokoh utama dalam kisah tersebut menuturkan pendapatnya mengenai anak yang terus menemaninya setelah sang ibu tiada dalam sebuah penyerangan yang melanda kota tersebut. "Ada tiga hal yang bisa dipelajari orang dewasa dari anak kecil: merasa bahagia tanpa alasan, selalu sibuk dan ada saja yang dikerjakan, dan bagaimana menuntut sekuat tenaga agar keinginannya dikabulkan. Anak itulah yang membawaku kembali ke kota Akbar."
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Ada tiga hal yang bisa dipelajari orang dewasa dari anak kecil: merasa bahagia tanpa alasan, selalu sibuk dan ada saja yang dikerjakan, dan bagaimana menuntut sekuat tenaga agar keinginannya dikabulkan."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Anak-anak berpikir lebih bebas dan merdeka. Mereka bisa mengetahui tempat-tempat tersedianya kebutuhan logistik tersebut dengan bekal ketangkasan dan pengalaman mereka mengenal seluk-beluk kota tersebut saat mereka bermain sehari-hari. Anak-anak itu, dengan ujian tersebut kelak dilatih oleh Elija untuk menguasai tulis-baca untuk dapat kemudian menjadi pegawai pemerintahan. Hal ini juga memberikan pelajaran bahwa pendidikan adalah hal utama yang harus didorong dan dikembangkan setelah sebuah peradaban atau masyarakat hancur lebur oleh bencana atau peperangan.
Saat membaca kisah bangkitnya kembali kota Akbar yang bersumber dari alkitab namun memiliki pesan-pesan universal tersebut, saya tiba-tiba teringat teori baru yang dikemukakan oleh pakar marketing Hermawan Kertajaya tentang New Wave Marketing. Idenya adalah bahwa sebagai penggerak kemajuan pemasaran perusahaan ada tiga penyokong utama, yaitu: Youth (kaum muda), Women (perempuan) dan Netizen (penyebar informasi).
Apabila dikaitkan dengan kisah dalam The Fifth Mountain, maka youth adalah anak-anak yang masih berpikir jernih dan cerdas serta mau terus belajar, women adalah para wanita yang siap bekerja dan cenderung lebih mudah bekerjasama daripada kaum pria. Sedangkan netizen bisa diidentikkan dengan orang tua yang sama-sama berfungsi sebagai sumber referensi pengambilan keputusan. Ketiganya merupakan unsur-unsur yang harus dioptimalisasikan potensinya dalam rangka membangun kembali suatu tatanan masyarakat, terutama setelah kehancuran akibat bencana atau peperangan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apabila dikaitkan dengan kisah dalam The Fifth Mountain, maka youth adalah anak-anak yang masih berpikir jernih dan cerdas serta mau terus belajar, women adalah para wanita yang siap bekerja dan cenderung lebih mudah bekerjasama daripada kaum pria. Sedangkan netizen bisa diidentikkan dengan orang tua yang sama-sama berfungsi sebagai sumber referensi pengambilan keputusan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dalam kisah tersebut, setelah kehancuran kota Akbar yang luluh lantak oleh serbuan pasukan dari ibukota, para orang tua meminta pendapat anak-anak/kaum muda dalam pengambilan keputusan. Dengan didengarkannya suara anak-anak yang mengenal letak tempat persembunyian makanan di balik kota Akbar yang telah hancur lebur, maka warga kota Akbar dapat memperoleh persediaan makanan. Sehingga dapat dikatakan "Youth leads the minds" yang artinya kaum pemuda memimpin opini dan pengetahuan.
Women (perempuan) juga dijelaskan lebih sosial sementara lelaki (man) lebih kepada ego. Wanita merupakan pengambil keputusan dalam mengelol belanja hingga barang-barang apa saja yang diperlukan untuk mengisi rumah mereka. Sehingga keberadaan perempuan dalam menyusun masyarakat madani dapat diarahkan kepada pengurusan hal-hal administratif. Pada akhirnya, para wanita berkebebasan mengelola pasar dengan keterampilannya bekerja sama dengan banyak orang di ranah publik.
soloposfm.com
Secara sederhana, unsur ketiga yaitu netizen diartikan sebagai mereka yang selalu aktif di dunia internet dan secara aktif menyuarakan pendapat mereka. Dijelaskan, netizen tidak bergerak dan bersuara demi uang. Netizen menyuarakan nilai yang menurut mereka penting dan dengan kekuatan media dapat menyuarakan kepentingan dunia internasional. Sosok "bijaksana" netizen ini dalam kisah Nabi Ilyas diwakili "orang tua" kota Akbar di mana Nabi Ilyas memimpin rehabilitasi dan rekonstruksi pasca peperangan dengan gemilang.
www.embercarries.com
Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik benang merah antara kisah Elija (Nabi Ilyas) dan teori The New Wave Marketing. Sehingga kita dapat menyimpulkan integrasi dari ketiga pihak ini: youth/pemuda sebagai pusat pengetahuan, women/wanita sebagai manajer pelaksana dan netizen/wiseman sebagai pusat kebijaksanaan, dapat mendorong perubahan yang lebih cepat untuk mengatasi kendala penghambat antara lain senioritas, ego kelompok dan tradisi-tradisi serta belenggu pola pikir negatif pada masyarakat.
Banda Aceh, 19-20 Mei 2015
Diedit kembali pada 7 Agustus 2015
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Belajar dari Anak-anak Kota Akbar"
Post a Comment