Jangan puas dengan cerita tentang keadaan orang lain. Sibaklah misteri kehidupan Anda sendiri.
(Rumi)
Sambil mendengar bait-bait senandung indah Maher Zain bertajuk In Sha Allah, aku memulai lagi menulis hari ini. Di hari Jum'at ini sesungguhnya banyak hal yang bisa diceritakan. Sampai-sampai aku kebingungan dan menemukan sepenggal petuah dari Jalaluddin Rumi yang masyhur tersebut pada sebuah surat kabar.
Kehidupan kita sendiri sebenarnya adalah sebuah misteri yang luar biasa!
Seorang temanku di komunitas Gaminong Blogger pernah bercerita, tidak jarang kita menginginkan sesuatu, lantas malah tiba-tiba ada hal yang tak terduga yang muncul. Seperti saat temanku ini ingin menuliskan sesuatu, lalu malah tiba-tiba ada hal yang membuatnya tergerak untuk menuliskan hal yang lainnya. Aku pernah membaca sebuah kutipan tentang hal ini, yang kira-kira bunyinya seperti ini: "hal yang yang mengagumkan dari kehidupan adalah ketika kita berupaya melakukan sesuatu hal, kita memperoleh hal yang lainnya."
Pernahkah 'teman berbagi' mengalami hal tersebut?
Pernah tidak 'teman berbagi' memiliki suatu mimpi di masa kecil akan bekerja di bidang yang berkaitan dengan ini dan itu dan terlaksana seperti yang diharapkan?
Pernahkah 'teman berbagi' menggambarkan mimpi-mimpi yang hendak dicapai secara jelas, ataukah membiarkan semua berjalan seperti apa adanya dari hari ke hari, waktu demi waktu?
Sewaktu kecil saya sangat ingin menjadi dokter. Setidaknya itulah yang saya jawab ketika testing interview pertama saya saat masuk Madrasah Ibtidaiyah (Sekolah Dasar). Dan, hei, saat saya menuliskan ini saya benar-benar menyadari bahwa saya sama sekali tidak grogi saat wawancara pertama kalinya tersebut. Berbeda halnya saat saya memperoleh kesempatan pertama kali berbicara di radio yang pernah saya ceritakan kisahnya di
sini.
Saat kanak-kanak, pikiran kita mengalir apa adanya. Tanpa beban. Tanpa pikiran. Bahkan, mengutip seorang motivator, kita telah mengisi begitu banyak pikiran kita dengan begitu banyak pikiran. Meski paham berpikir positif seperti ini sebaiknya tidak dipahami dengan kacamata kuda. Ada sisi kewaspadaan juga dalam mengambil keputusan dan tindakan. Namun kita bisa memahami, darimana sumber ketegangan psikologis kita setelah menjadi dewasa -- pada umumnya oleh karena dramatisasi pikiran kita sendiri, di samping pendapat orang lain ataupun pengetahuan yang bersumber dari literatur yang kita baca dan sebagainya.
Begitu juga sebenarnya dengan menulis. Aku pernah membaca sebuah ulasan dalam Quantum Learning, bahwa pendidikan bisa jadi kurang memberi penghargaan kepada kebebasan mengemukakan ide. Jika teman berbagi mengikuti tulisan-tulisan Rhenald Kasali, maka teman mungkin pernah membaca bagaimana penghargaan para guru di sekolah di Amerika terhadap kreativitas murid. Aku mendengar hal yang sama dari seorang sanak famili yang anaknya disekolahkan di sekolah semacam itu sembari orang tuanya melanjutkan studi di Amerika.
Sekolah 'semacam itu' dapat kita temui di mana saja. Berpulang kembali pada keindahan dan kelapangan hati pengajar dalam membesarkan dan mendorong bakat serta kemampuan dan kemauan anak-anak didiknya.
Balik lagi ke teori Quantum Learning: ambillah sehelai kertas. Dalam waktu lima menit, penuhkan dengan apa saja hal yang terpikirkan olehmu tanpa berhenti atau terputus. Bahkan ketika kamu bingung tidak tahu menulis apa lagi, tulis saja .. "hmmm, aku mau tulis apa ya? kenapa jadi buntu begini apalagi ya ada ide nggak untuk ditulis? dst.
Perlahan-lahan, seiring dengan kebiasaan, mengungkapkan pikiran melalui tulisan akan menjadi suatu kebiasaan bahkan kebutuhan. Seiring waktu, bukalah kembali tulisan-tulisan kali pertama dan teman bisa jadi bakal tertawa geli membaca naskah-naskah yang barangkali sebagian besar ide yang pernah dituangkan tersebut sebagai sesuatu yang terlihat atau terdengar bodoh. Tidak apa-apa. Tulis dan tulis lagi. Seiring waktu, akan kamu rasakan kualitas tulisanmu semakin hari semakin berkualitas.
Jangan lupa minta saran dari teman atau lebih mudahnya lagi bergabung dengan suatu komunitas kepenulisan yang bisa saling berbagi ilmu dan wawasan. Seperti yang kurasakan di grup komunitas Gaminong Blogger.
^_^
Banda Aceh, 08 November 2013
Pukul 21.17
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Hari Jum'at Aku"
Post a Comment