Belajar dan mendewasa adalah sepasang kalimat yang saling bertautan. Dalam era global dewasa ini, kebanyakan orang menilai dirinya dari status dan pengakuan, sementara kehidupan sosial saling bantu membantu menjadi kian berkurang. Contohnya saja jika ada dua orang yang duduk di taman, maka kemungkinan keduanya untuk saling sapa kian berkurang. Bahkan bisa jadi keduanya akan sibuk dengan gadget masing-masing dibanding saling menyapa satu sama lain.
Belajar adalah proses terpenting dalam pertumbuhan kita sebagai manusia. Hal yang membedakan kita dengan makhluk lainnya di dunia nyata ini adalah proses belajar. Bahkan tak jarang kita dengar ungkapan, jika Anda berhenti belajar, maka saat itu pula Anda mati.
Proses belajar setiap manusia bisa berbeda-beda. Ditinjau lagi dari obyek belajar, serta keterikatan si manusia itu sendiri selaku subyek belajar pada tempat, waktu, situasi dan kondisi serta motivasi dan juga hal lainnya. Seiring berjalannya proses belajar, maka manusia semestinya merasa bahwa apa yang diketahuinya ternyata sangat sedikit dibandingkan dengan mahaluasnya semesta yang diciptakan oleh Allah Swt.
Berapa kali kita dipertemukan dengan kegagalan, apakah kita bisa menyikapinya dengan lebih dewasa, ataukah menyalahkan diri sendiri, orang lain ataupun keadaan. Namun di balik kegagalan bagi yang mau mengambil pelajaran, sebenarnya adalah kesempatan untuk mengerti dan memperbaiki untuk kesempatan yang berikutnya. Selalu terbentang jalan, apabila kita memfokuskan pada sikap kita terhadap masalah, dan bukannya masalah itu sendiri.
Orang reaktif cenderung akan berfokus kepada pertanyaan "mengapa masalah itu dapat terjadi?" sedangkan orang proaktif cenderung mempelajari dan menyikapi dengan pertanyaan-pertanyaan: "apa yang sebenarnya terjadi?" dan "apa yang bisa dilakukan untuk menghadapi permasalahan tersebut?"
Semakin belajar, semakin mendewasa
Sebagai makhluk sosial tentu saja pembelajaran awal kita peroleh dari meniru. Meniru tindakan yang dilakukan oleh orang di sekeliling kita. Proses belajar ini merupakan yang paling tua, di mana manusia dengan naluri bertahan hidupnya melakukan proses meniru tersebut semenjak kelahirannya ke dunia.
Keluarga merupakan wadah terpenting bagi pembangunan fisik dan emosional-spiritual manusia di masa-masa awal kelahirannya. Selanjutnya pembelajaran tersebut mulai melembaga.dalam institusi yang tersedia di lingkungan sosialnya. Apakah melalui PAUD, TK, sekolah formal dan
home schooling. Faktor lingkungan lainnya yang tak boleh diabaikan adalah pengaruh media seperti televisi dan internet, pergaulan dengan teman sebaya, gaya hidup masyarakat dan pengawasan atau pengendalian dari lingkungan sosial itu sendiri.
Ada kalanya kita temukan di masyarakat, penilaian yang cenderung membatasi kepada diri sendiri, semisal: saya baru bisa disebut dewasa kalau sudah selesai kuliah tingkat sarjana. Begitu selesai kuliah sarjana, penilaian tersebut ditingkatkan lagi menjadi tingkat Master, dan seterusnya.
Padahal jika kita mundur ke asal mula tujuan dari pendidikan, maka pendidikan adalah diarahkan untuk menyelesaikan persoalan hidupnya. Tingkatan strata dalam pendidikan tersebut "hanya" berfungsi untuk membantu individu untuk melihat gambaran besar dari permasalahan-permasalahan tersebut. Semakin tinggi pendidikannya, maka akan spesialis seseorang dalam bidang kajiannya. Namun kedewasaan diukur dengan tolak ukur lainnya, yaitu kesanggupannya dalam menghadapi problematika kehidupan.
Bekal yang terbesar dalam mengarungi kehidupan adalah keimanan dan ilmu pengetahuan. Kedua hal tersebut merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya dalam meraih kesuksesan. Keimanan dan juga keshalehan -- individu maupun sosial -- merupakan benteng pertama dan terakhir dalam menghadapi berbagai badai dan permasalahan dalam hidup, sedangkan ilmu pengetahuan dan terutama kemauan untuk belajar secara terus menerus adalah ketahanan yang diperlukan dalam menyikapi tanggung jawab dan segala kebutuhan hidup baik individu maupun sosial.
Akhir kata, belajar merupakan proses yang mau tidak mau merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan. Manusia mendewasa atau sekadar menua, tergantung dari kesanggupan dan kemauannya untuk ikut ambil bagian dalam proses belajar tersebut. Bersedia hidup, maka bersedia pula untuk bersimbah peluh dan bertarung mempersembahkan yang terbaik dari dirinya bagi kehidupan.
Sebuah video yang dipersembahkan oleh seorang teman di situs jejaring sosial berikut semoga dapat menjadi pemicu semangat kita bahwa belajar adalah proses yang tak boleh kenal kata berhenti. Semoga kita semua senantiasa dalam petunjuk dan lindungan dari Allah Swt. Aamiin.
Sambil berjalan, belajar.
Sambil belajar, berjalan.
Sambil jalan, belajar-belajar.
Sambil belajar, jalan-jalan.
Sambil belajar berjalan, berjalan belajar.
Sambil-sambilan.
^_^
Banda Aceh, 10 November 2013
Pukul 22.00
Selamat Hari Pahlawan Nasional!
Kita teruskan perjuangan dengan belajar dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari bagi kita dan masyarakat.
Semangaaat!!!
Artikel keren lainnya:
Gambar tugu penanya cakep banget #salahfokus :D
ReplyDeletewah, kalau itu copy paste :)
Deletemantap tulisannya...dan sangat setuju dengan isinya :D
ReplyDeleteOpininya bagus yeaa. :D
ReplyDeleteEumm.. Terima kasih, Makmur :-)
ReplyDeleteBElajar sambil jalan-jalan kayaknya lebih seru...:)
ReplyDeleteperlu diperaktekin ini,,, belajar sambi jalan jalan
ReplyDeleteJangan-jangan bagian "belajar sambil jalan-jalan" ini yang paling disetujui sama Mira (hehehe)
ReplyDelete