"Kita tidak pernah menyadari untuk memanfaatkan shalat sebagai alat penolong, sumber hidup, penerang jiwa dan tempat kita bertanya tentang persoalan yang sulit dipecahkan."
(Pelatihan Shalat Khusyu, Abu Sangkan, halaman 37)
Sejauh-jauhnya burung terbang, ia pasti 'kan pulang ke sarangnya. Sejauh-jauhnya kita mengembara mencari kehidupan dunia, pastilah akan terbit rasa rindu kepada Allah Swt. Selama hati masih diberi kelapangan hidayah, maka semesta akan membawa diri ini kepada kerinduan terbesar kepada pemilik segala jagad raya ini.
Masalah demi masalah datang mewarnai kehidupan sebagai sebuah keniscayaan. Ketika tidak siap, bisa jadi manusia mengalami apa yang disebut sebagai psikosomatis, yang secara sederhana dapat diartikan sebagai gangguan penyakit fisik yang sebenarnya bersumber dari kejiwaan, seperti cemas, takut dan atau emosi yang tidak terkendali.
Dewasa ini berbagai macam cara dijadikan sebagai pelarian dari kegelisahan tersebut. Obat-obatan penenang, pergaulan bebas, tawuran, aliran atau sekte sesat dan sebagainya merupakan contoh dari pelarian yang dilakukan, namun sayangnya bukan ketenangan yang diperoleh melainkan kegelisahan yang semakin menjadi. Kehidupan seakan-akan dipenuhi oleh kecurangan, persaingan tidak sehat, prasangka buruk dan pengkhianatan. Kalau sudah begitu, ketenteraman bisa menjadi sesuatu yang sangat sulit diraih. Tidak terbeli yang namanya ketenangan dengan uang setinggi gunung Himalaya sekalipun.
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh amat berat, kecuali bagi orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka kembali kepada-Nya."
(Al-Qur'an Surat Al-Baqarah (2), ayat 45-46)
"Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemuinya."
(Al-Qur'an Surat Al-Insyiqaaq (84), ayat 6)
"Apabila salah satu di antara kalian mempunyai urusan (persoalan) maka shalatlah dua rakaat di luar shalat fardhu (shalat sunnah)."
(Hadits Riwayat Bukhari dan lainnya dalam kitab Mukhtaruh Sahih wal Hasan hal 124)
Tiga paragraf berikut ini merupakan kutipan dari buku Pelatihan Shalat Khusyu' yang ditulis oleh Abu Sangkan di halaman 56 :
Menurut hasil penelitian Alvin Goldstein, ditemukan adanya zat endhorphin dalam otak manusia yaitu zat yang memberikan efek menenangkan yang disebut endogegonius morphin. Drs Subandi MA menjelaskan, bahwa kelenjar endorfina dan enkafalina yang dihasilkan oleh kelenjar pituitrin di otak ternyata mempunyai efek yang mirip dengan opiat (candu) yang memiliki fungsi menimbulkan kenikmatan (pleasure principle), sehingga disebut opiat endogen. Apabila seseorang dengan sengaja memasukkan zat morfin ke dalam tubuhnya maka akan terjadi penghentian produksi endorphin. Pada pengguna narkoba, apabila dilakukan penghentian morphin dari luar secara tiba-tiba, orang tersebut akan mengalami sakau (ketagihan yang menyiksa dan gelisah) karena otak tidak lagi memproduksi zat tersebut. Untuk mengembalikan produksi endorphin di dalam otak bisa dilakukan dengan meditasi, shalat yang benar atau melakukan dzikir-dzikir yang memang banyak memberikan dampak ketenangan.
Orang yang melakukan shalat dengan tenang dan rileks akan menghasilkan energi tambahan dalam tubuhnya, sehingga tubuh terasa fresh. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah begitu yakin bahwa shalat merupakan jalan yang ampuh untuk mengubahkan perilaku manusia, yang tidak baik menjadi berakhlak mulia. Sebagaimana Allah menegaskan dalam kitab Al-Qur'an:
"Sesungguhnya shalat memiliki kekuatan mengubahkan perilaku manusia dari perbuatan keji dan munkar." (Al-'Ankabuut (29) ayat 45)
Setiap hari, sekurangnya tujuh belas kali kita memulai shalat dengan ucapan syukur "Alhamdulillahi Rabbil 'aalamiin" dalam bacaan surat Al-Fatihah. Ini bermakna bahwa apapun yang telah kita capai dan kita peroleh segalanya merupakan berasal dari karunia kepunyaan Allah, yang tetap kita syukuri. Dalam keadaan senang kita bersyukur, demikian pula di saat susah. Hal ini juga mencerminkan bahwa shalat menjaga kestabilan diri kita secara emosional. Tidak terlalu senang ketika mendapat kegembiraan, dan tidak terlalu bersedih ketika dirundung cobaan.
Memohon petunjuk dari Allah Swt dengan sabar dan shalat berarti mengakui dan menyadari keterbatasan kita selaku manusia dalam menghadapi segala permasalahan dalam kehidupan. Kita mengembalikan segala urusan yang telah kita kerjakan kepada Allah Swt.
"Kita tidak pernah menyadari untuk memanfaatkan shalat sebagai alat penolong, sumber hidup, penerang jiwa dan tempat kita bertanya tentang persoalan yang sulit dipecahkan."
(Pelatihan Shalat Khusyu, Abu Sangkan, halaman 37)
Banda Aceh, 20 November 2013
Nice. Aku sering melihat/mendengar nama Ahmad Rifai Rifan, tapi belum prnah baca bukunya
ReplyDelete