Agenda pertama adalah mengunjungi Saung Angklung Mang Udjo yang tidak jauh dari rumah sepupuku. Saung ini sudah dikenal luas hingga ke mancanegara dan untuk menyaksikan pertunjukannya kamu harus membayar tiket yang harganya juga lumayan. Berhubung saat kami tiba belum jam 10.00 pagi, kami masih bisa sekedar berjalan melihat-lihat suasana di area gedung pertunjukan dan sekitarnya.
Saat memasuki Saung Angklung Mang Udjo, kamu bisa melewati lorong yang dihiasi dengan pohon bambu. Di ruang pertama ditampilkan beragam cenderamata mulai dari angklung yang bisa coba kamu mainkan, topeng, kaos, topi khas Sunda, hingga pernak-pernik seperti gantungan kunci dan bros. Terdapat pula sudut galeri yang menampilkan foto-foto Mang Udjo dan sejarah yang melingkupi Saung Angklung ini.
Sekejap saja saya sudah merasa betah di sini oleh karena setiap sudut dari tempat ini dirancang sedemikian rupa sehingga indah dan teduh dipandang. Sangat artistik! Alunan suara angklung yang dimainkan seorang anak membuat saya terkagum. Saya menghampirinya dan ternyata ayah si anak berasal dari Kaledonia Baru, namanya Joani. Kami pun berfoto bersama. Sang ayah menceritakan bahwa Joani mengambil kursus angklung dua kali seminggu selama dua minggu.
Agenda selanjutnya adalah menuju kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menjadi salah satu ikon kebanggaan Kota Bandung dan Jawa Barat. Kami kembali berfoto di depan tugu di pintu masuk di ITB serta di depan patung selamat datang. Tidak jauh dari sini kami ditunjukkan lokasi Masjid Salman ITB, meski sayangnya selama di Bandung kami belum sempat masuk ke dalamnya. Semoga ada kesempatan di lain waktu.
Dalam perjalanan kami juga menyaksikan sejumlah bangunan megah seperti Gedung Sate, Hotel Harrison, Masjid Pusdai, Masjid Agung Kota Bandung, Jembatan Surapati, Kantor Telkom Indonesia, Balai Kota Bandung dan Gedung DPRD Kota Bandung, serta sejumlah pusat perbelanjaan. Para pedagang di sejumlah kawasan pertokoan pun menjajakan barang dagangannya dengan tertib.
Sejumlah taman tematik yang digagas sang walikota Bapak Ridwan Kamil, seperti Taman Hero sempat kami saksikan. Kakak sepupuku menceritakan bahwa Ridwan Kamil sangat concern dalam pembangunan taman-taman tematik ini, apabila ada lahan seluas 3 meter persegi saja pasti sudah akan dibuatkan taman. Sejumlah taman lainnya yang bisa kamu saksikan adalah Taman Jomblo dan Taman Bunga. Untuk yang terakhir ini sedang dalam pengerjaan di depan Masjid Agung Kota Bandung dan kami sempat melewati lokasi pembangunan taman tersebut.
Perjalanan berlanjut, kali ini ke tempat wisata Gunung Tangkuban Perahu. Kami sempat mampir di sebuah tempat untuk membeli makanan ringan, Pisang Sale Bandung. Kami sekeluarga umumnya hanya pernah mendengar legenda Dayang Sumbi yang konon menjadi sejarah asal muasal terbentuknya gunung berapi yang masih aktif tersebut. Syukurlah saat kami datang kami diizinkan untuk masuk ke tempat wisata tersebut, yang masih dalam pemantauan pihak berwenang.
Saat baru tiba dari dalam mobil kami sempat menyaksikan kawah gunung berapi tersebut, sayangnya belum sempat kami abadikan hujan kemudian turun. Setelah hujan, asap putih memenuhi udara sehingga kami tak dapat mengabadikan pemandangan kawah tersebut dengan kamera. Kami menikmati bekal yang telah dipersiapkan dari rumah, kemudian dengan membeli sarung mantel plastik kami seharga Rp 10.000 sebuah kami berfoto bersama.
Kondisi hujan membuat suasana dingin kian menusuk. Sebelumnya saat kami berwudhu di masjid yang terletak tidak jauh dari papan nama tempat wisata tersebut, aku merasakan dinginnya air yang hampir seperti es tersebut. Tampak pula para pedagang makanan dan minuman serta pedagang cenderamata.di sekitar tempat tersebut menyambut para wisatawan. Jajanan seperti jagung bakar dan bakso goreng siap menghangatkan suasana. Seorang penjual strawberry menghampiri kami dan setengah lusin pack kecil buah strawberry segar pun berpindah tangan.
Mobil kemudian meluncur perlahan untuk menjelajahi keindahan tempat wisata lainnya; Pemandian Air Panas Sari Ater. Kami membuka bekal makan siang yang telah dipersiapkan dari rumah. Khadimat (pembantu rumah tangga) dari keluarga sepupuku telah mempersiapkan pepes ikan yang lezat dengan sambal khas Sunda.
Kami menikmati makan siang dengan lahap dan sejenak kemudian para keponakan sudah asyik bermain air. Sebuah air terjun juga bisa dimanfaatkan untuk terapi karena semakin lama berada di dalam pemandian tersebut rasanya seperti dipijat refleksi saja.
Setelah berfoto-foto di depan pintu masuk, kami melanjutkan perjalanan ke Kebun Teh. Di sini pemandangannya sangat bagus dan udaranya pun sangat sejuk dan segar. Kamu juga bisa menikmati wisata atraksi sambil memetik teh. Oleh karena waktu maghrib telah tiba maka kami hanya dapat menyempatkan diri untuk berfoto dengan latar belakang Kebun Teh.
Kami mampir di sebuah masjid untuk shalat kemudian pulang ke rumah untuk menikmati santap malam. Malam itu kami pun kembali beristirahat dengan nyenyak setelah lelah seharian menikmati tempat wisata di Bandung dan Lembang, Jawa Barat.
Rasa syukur tak terhingga telah dapat mengunjungi sejumlah tempat istimewa di Bandung bersama-sama dengan keluarga. Agenda mengunjungi Gunung Tangkuban Parahu, Pemandian Air Panas Sari Ater dan Kebun Teh telah tercapai, plus menyambangi Saung Angklung Mang Udjo dan Institut Teknologi Bandung untuk mengobati rasa penasaranku pada kedua tempat wisata tersebut.
Alhamdulillah ...
Banda Aceh, 26-29 Januari 2015.
Baca Juga:
Wilujeng Sumping di Bandung (Oleh-oleh dari Bandung Bagian 1)
http://nowayreturn.blogspot.com/2015/01/wilujeng-sumping-di-bandung-oleh-oleh_29.html
Pileuleuyan Paturay Patepang Deui (Oleh-oleh dari Bandung Bagian 3 - Tamat)
http://nowayreturn.blogspot.com/2015/01/pileuleuyan-paturay-patepang-deui-oleh.html
Wah serunya jalan-jalan
ReplyDeleteAlhamdulillah dibawa sama Keluarga, numpang travel ceritanya, Kak Harie ... :-)
DeleteMantaps!
ReplyDeleteSeru juga Travelling blog..
Sukses selalu...