Sebuah mimpi barangkali hanya akan bernilai sebagai mimpi, jika kamu hanya mendiamkannya. Kerja keras dan kerjasama serta kesungguhan dan doa dapat membuat sebuah mimpi yang dulunya barangkali dipandang sebagai sebuah kemustahilan menjadi sebuah keberhasilan. Sesuatu yang kemudian menjadi indah pada akhirnya.
Sore hari itu, saya bersama seorang teman menelusuri jembatan bakau di Hutan Kota Banda Aceh untuk menikmati keasrian beragam pepohonan dan bunga warna-warni yang ditanam di sepanjang jalur jembatan tersebut. Sebelumnya setelah membayar karcis parkir sepeda motor, kami disambut oleh jembatan gantung yang membawa kami ke dalam kawasan Hutan Kota yang terletak di kawasan Tibang, 20 menit perjalanan dari pusat kota Banda Aceh.
Kami tidak sendirian, bersama kami sejumlah remaja turut menikmati kesegaran udara dan pemandangan asri di Hutan Kota Banda Aceh. Ada pula sekumpulan fotografer yang sedang membidik obyek foto. Para peneliti dan mahasiswa juga kerap menjadikan obyek wisata ini sebagai bahan riset mereka. Beragamnya pepohonan dan bunga dan satwa yang ikut meramaikan Hutan Kota Banda Aceh ini sering dimanfaatkan sebagai wisata rekreasi, edukasi dan juga fotografi.
Semilir angin memberi relaksasi saat menikmati panorama air payau di hutan bakau. Kolam teratai yang indah tak sempat lama kami singgahi. Tampak di beberapa sisi para pengunjung duduk berehat sejenak. Sementara sayup-sayup suara pengajian yang terdengar dari pengeras suara di masjid menandakan senja segera tiba. Saya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengabadikan suasana terbenamnya matahari di sini.
Hutan Kota Banda Aceh dengan areal seluas 7,15 hektar ini dibangun atas inisiatif Bapak Abdul Muthalib atau lebih akrab dipanggil Pak Ama yang ingin mewujudkan sebuah hutan kota yang menjadi penyuplai oksigen bagi Kota Banda Aceh. Gayung bersambut, pemerintah Kota Banda Aceh dan Yayasan Bustanussalatin kemudian menggandeng BNI yang memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR) yaitu BNI Go Green.
Atas ide dan kerja keras Pak Ama, seorang relawan pada Yayasan Bustanussalatin yang
concern pada bidang lingkungan hidup, pemerintah menganugerahkan penghargaan Kalpataru dan merekomendasikan beliau melalui Kementerian Lingkungan Hidup untuk menginisiasi pembangunan sejumlah hutan kota lainnya di Indonesia. Saat penanaman pertama Hutan Kota BNI ini dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia ketika itu, Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono pada 29 November 2010.
Pada bulan Mei 2011, seiring diselenggarakannya pertemuan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) di kota Banda Aceh, 99 Walikota turut menanami pohon di kawasan ini, termasuk di dalamnya Walikota Belanda. Berbagai jenis pohon dapat ditemukan seperti ketapang (Terminalia catappa), durian plintung (Durio zibethinus), asam jawa (Tamarindus indica), bulian (Eusidroxylon) dan kalimbawan (Sartocha dioersi olia). Taman ini kemudian dinamai Taman Nusantara.
Masih banyak pula taman-taman dan fasilitas yang dibangun dalam hutan kota ini. Selain Taman Nusantara, ada pula taman tematik lainnya seperti Taman Bambu, Taman Buah Naga, Taman Bunga dan Taman Herbal. Turut dibangun pula taman kontemplasi, jalur pejalan kaki, jembatan tajuk pohon (ramp canopy trail), jembatan atas bakau (mangrove broadwalk), kolam bakau dan pembibitan ikan. Banyak pula satwa seperti berbagai jenis burung yang meramaikan keberadaan Hutan Kota Banda Aceh sebagai sepotong surga di salah satu sudut kota.
Padahal, hutan kota ini dibangun dari kondisi tak ada hutan yang existing. Bisa dibayangkan bahwa sebagian besar tanah yang dibebaskan untuk pembangunan Hutan Kota ini dulunya merupakan lokasi bekas tsunami dan merupakan tanah urugan tanpa nutrisi dan unsur hara yang cukup. Tentu dibutuhkan kerja keras dan kesungguhan dalam mewujudkan sebuah impian dari seorang pecinta lingkungan seperti Pak Ama sehingga kita bisa menikmati hasilnya seperti saat ini.
Menurut Pak Ama, yang hingga kini mencurahkan pengabdian sebagai penjaga hutan kota tersebut, Hutan Kota Banda Aceh dapat memberi manfaat setidaknya untuk mengurangi resiko bencana alam, seperti banjir. Penanaman 125.000 trambesi yang diprogramkan di Hutan Kota ini dapat berdampak positif karena satu pohon trambesi dapat menyerap 28,5 ton karbondioksida (CO2) per tahunnya.
Berawal dari mimpi Pak Ama, pemerintah Kota Banda Aceh kemudian membangun mimpi besar lainnya melalui konsep
Green City dalam rangka mewujudkan 30 persen wilayahnya sebagai ruang terbuka hijau (RTH). Hutan Kota Banda Aceh juga merupakan sebuah bukti bahwa sebuah mimpi dapat diwujudkan dengan kesungguhan dan doa.
Senja pun tiba, dari atas jembatan atas bakau ini mentari seakan mengucapkan salam perpisahan pada keruwetan hari itu. Seiring penerapan syariat Islam di Aceh, kota Banda Aceh yang memiliki misi sebagai Kota Wisata Syariah membatasi jam berkunjung sebagaimana tertera di pintu masuk. Cukup membayar retribusi untuk parkir sepeda motor atau mobil, kamu sudah bisa menikmati keindahan Hutan Kota. Jika sedang di Banda Aceh, jangan lupa mampir kemari, ya ... ^_^
Banda Aceh, 2 Oktober 2015
Referensi Pendukung:
Fanpage Facebook "Sekilas Sejarah & Budaya Aceh",
Hutan Kota Banda Aceh, https://id-id.facebook.com/boy.adityamawardi/posts/528775393833353
Hidayatullah RA,
Bertamasya ke Hutan Kota, http://tuloblang.blogspot.co.id/2014/04/bertamasya-ke-hutan-kota.html
Khairiah,
Hutan Kota BNI Miniatur Hutan Hujan Tropis di Banda Aceh, http://helloacehku.com/hutan-kota-bni-miniatur-hutan-hujan-tropis-di-banda-aceh/
Makmur Dimila,
5 Hal Yang Harus Dilakukan di Hutan Kota Banda Aceh,
http://phinemo.com/5-hal-yang-harus-dilakukan-di-hutan-kota-banda-aceh/
Foto-foto:
Koleksi pribadi, diambil pada 18 Maret 2015 dengan menggunakan smartphone Asus Zenphone 5.
Hutan kota memang luar biasa, daya tarik yang berbeda dan dekat dgn kota 😊
ReplyDeleteBersyukur sekali bisa menikmati keindahan seperti di Hutan Kota, barangkali dapat kembali mengisi ulang semangat baru di sini.
ReplyDeleteMantap bang.
ReplyDeleteUntuk membuat hutan ini lebih bermakna, kita dapat meengundang guru agar mau membawa siswanya kesini. Kan di sekolah ada pelajaran tentang lingkungan. Jadi guru dapat menunjukkan secara langsung bagaimana fungsi hutan ini.