Awalnya hanya mendengar-dengar eh maksudnya membaca dari status seorang teman. Mencoba bergabung dan akhirnya keterusan. Komunitas Baca Dua Lima adalah satu lagi komunitas yang saya bergabung. Dari grup whatsapp, kami setiap hari berbagi laporan membaca kami. Sesuai dengan namanya, minimal 25 halaman sehari menjadi tugas membaca kami. Ya, hampir genap sebulan sudah saya bergabung di Komunitas Baca Dua Lima.
Namanya buku, saya suka sekali membeli. Tapi sering tidak dibaca. Buku-buku itu telah ada beberapa kardus. Jadinya saya harus serius. Gabung di Komunitas Baca Dua Lima kali ini haruslah sebuah penggabungan yang fokus. Paling tidak, buku-buku saya beli atau hadiah orang lain itu jadinya kebaca. Nggak cuma menghiasi rak buku. Hehe.
Sejak bergabung dengan Komunitas Baca Dua Lima, saya jadi memiliki sebuah "kesibukan" baru. Bila menjelang malam tiba, saya mencocokkan jam dan judul bacaan saya. Membuka rak lemari buku jika ternyata buku di tangan saya sudah tuntas baca.
Adalah Ruslan, sahabatku yang kukenali di kegiatan Inaugurasi FLP Aceh, itu lho, basic training-nya bagi calon-calon FLP-ers. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Bahasa Arab UIN Ar-Raniry ini hobby design grafis, pandai menulis, pandai nge-MC dan juga baik hati serta rajin mengaji. Saat ia mengumumkan keberadaan grup ini melalui facebook-nya, saya langsung tertarik bergabung.
Namanya unik dan asyik, komunitas baca dua lima. Kadang disingkat B-25. Tugasnya adalah setiap malam melapor dengan kewajiban membaca harian 25 halaman. Salah seorang teman, memanfaatkan speed reading technique, bisa membaca sampai 300 halaman sehari. Padahal bukunya menurutku jenis buku literatur yang berat. Ternyata kuncinya selain tehnik speed reading adalah ia membaca untuk menjawab rasa penasaran akan suatu hal. Jadi membaca pun terasa mengasyikkan.
Alhamdulillah walau masih terhitung beberapa pekan, tidak terasa juga beberapa buku sudah saya baca sampai tamat. Tehnik speed reading yang diajarkan sebuah buku amat banyak membantu. Beberapa buku fiksi coba saya lahap. Buku motivasi dan pengembangan diri yang jadi favorit saya juga.
Sedikit tambahan, sebaiknya buku fiksi tidak dibaca dengan speed reading tapi perlahan saja. Setidaknya itulah yang disarankan Benny Rhamdani, seorang editor dan penulis kenamaan melalui sebuah diskusi via twitter. Katanya, membaca sastra sebaiknya perlahan agar dapat menyerap ragam diksinya.
Dari grup Facebook Komunitas Baca Dua Lima Aceh, kita juga bakal mendapatkan beragam motivasi untuk membaca sebagai penyegaran. Kamu pernah mendengar bahwa Bill Gates memiliki kebiasaan membaca setiap malam sebelum mengambil masa beristirahat? Banyak tokoh pemimpin yang besar dari hobby membaca. Ada pula kisah Philani Dladla, tunawisma yang sangat menyukai membaca dan terhindar dari dunia kelam. Masih banyak lagi kisah motivasi dan inspirasi untuk terus membaca.
Ya, membaca memang seharusnya menjadi kebiasaan. Dengan membaca, memberi energi bagi kita untuk terus berkarya. Membaca juga membuka wawasan dan cakrawala pengetahuan. Buat kamu yang ingin bergabung, silakan yaa di sini: https://www.facebook.com/bacadualimaaceh
Akhirnya, selain dapat mengisi power menulis, buku-buku yang tadinya menganggur di rak buku atau di kardus dan minta "diperhatiin" jadi nggak bersedih lagi. Semoga saya bisa istiqamah di komunitas ini, dan lebih giat lagi membaca tak perlu menunggu diingatkan oleh Bang Admin. :-)
Banda Aceh, 30 Oktober 2015.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Komunitas Baca Dua Lima Banda Aceh: Mengisi Power Menulis dengan Membaca"
Post a Comment