Kamus Webster membatasi pemahaman komunitas ke dalam beberapa
definisi, yang menggambarkan betapa kompleksnya pemahaman mengenai
komunitas. Komunitas merupakan kumpulan individu yang merupakan bagian
dari suatu masyarakat yang lebih besar. Komunitas dapat terjalin baik
dengan kesamaan isu tertentu (misalnya ekonomi, sosial dan politik)
maupun tanpa isu yang spesifik. Komunitas dapat terbentuk melalui
kesamaan latar belakang sejarah, minat dan kegemaran, bidang ilmu hingga
profesi tertentu. Sementara pemahaman mengenai komunitas sebagaimana
disebutkan Hermawan Kartajaya dibatasi sebagai sekelompok orang yang
saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, di mana mereka
terikat oleh kesamaan interest (kepentingan atau minat) dan values
(nilai-nilai yang diakui).
Vanina Delobelle menambahkan, terdapat beberapa faktor yang menjadi karakteristik dari komunitas, yang terdiri atas:
1. Adanya keinginan berbagi dan berkomunikasi sesama anggota sesuai kesamaan minat.
2. Basecamp atau wilayah di mana biasanya kita dapat berkumpul.
3. Berdasarkan kebiasaan dari anggota yang selalu hadir (dalam kesempatan pertemuan-pertemuan yang ada di komunitas tersebut).
4. Adanya orang yang mengambil keputusan dan menentukan segala sesuatunya.
Hermawan Kertajaya menyebut setidaknya ada 9 (sembilan) peran komunitas dalam berbagai versinya, yang saya sarikan dari laman
kaskus.co.id yang terdiri atas:
1. Provider: peran seseorang yang selalu siap menjadi tuan rumah bahkan selalu memberi perhatian kepada anggota lain.
2.
Greeter: memberikan sambutan hangat kepada anggota yang baru masuk
serta memperkenalkan kebiasaan atau ritual, nilai-nilai serta
kepribadian tertentu dalam komunitas tersebut.
3.
Guide: berperan sebagai pembimbing atau personal coach bagi anggota
baru. Fungsinya agar anggota baru merasa betah dalam komunitas tersebut.
4.
Catalyst: berperan memperkenalkan anggota baru kepada anggota lama.
Seringkali, anggota lama (incumbent) memiliki perasaan lebih mempunyai
ownership (kepemilikan) atas komunitasnya yang berpotensi membuat
anggota baru merasa tidak nyaman. Peran catalyst sebagai mak comblang
yang menjadi perekat keduanya.
5. Performer: peran
seseorang yang suka tampil menjadi pusat perhatian (spotlight), meskipun
belum tentu dia merupakan seorang "juara sebenarnya". Ini juga menjadi
daya tarik komunitas bagi seseorang yang tidak dapat menyalurkan
"narsisnya" di tempat lain.
6. Supporter: peran
orang-orang yang cenderung lebih pasif namun diperlukan para performer.
Ini karena tidak mungkin seseorang dapat perform tanpa didukung adanya
audiens.
7. Ambassador: peran orang-orang yang mempromosikan ke luar komunitas kepada orang-orang yang belum menjadi anggotanya.
8. Accountant: yaitu orang yang berperan dalam menghitung tingkat partisipasi anggota.
9.
Talent scout: orang yang bertugas merekrut anggota baru, biasanya
bertujuan untuk memperluas komunitas. Anggota baru yang direkrut
diupayakan agar bisa bertahan lama dan oleh karena itu perlu diseleksi
secara khusus.
Mempertemukan keinginan berbagi melalui
proses komunikasi dari orang-orang yang bersamaan minat dan nilai-nilai
adalah cara kerja komunitas dalam mewujudkan perubahan. Perubahan
sendiri merupakan suatu keniscayaan, karena di samping permasalahan yang
terus bertumbuh, terdapat keinginan umat manusia untuk meniti kehidupan
yang lebih baik di masa depan.
Berkomunitas merupakan upaya nyata menghidupkan kembali semangat gotong
royong dan musyawarah yang rentan atau bahkan sudah tergerus
individualisme di era digital dewasa ini. Komunitas semakin meningkat
perannya karena dapat berfungsi sebagai jembatan penghubung antara
masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. Di samping
itu, komunitas dapat menjadi sarana transfer ilmu pengetahuan informal
sebagai upaya pengembangan talenta muda harapan bangsa.
(Bersambung)
#kolaborasi
#komunitas
#aksi
#pemuda
#komunitasaceh
#pemudaaceh
|
iiteeeestudents.wordpress.com |
Belum ada tanggapan untuk "Suka dan Duka Berkolaborasi dan Berkomunitas (Bagian 1 dari 3 Tulisan)"
Post a Comment