Adalah Husnul Khatimah Adnan, teman-temannya memanggil Husnul, pencetus dan pendiri TPM Tanyoe bagi masyarakat di sekitar tempat tinggalnya di Desa Lambirah, Aceh Besar. Berbekal kegelisahan atas kondisi masyarakat di desanya yang masih tertinggal dalam hal kemudahan memperoleh akses pendidikan, ia pun bekerja keras untuk mewujudkan mimpi mulianya dalam membangkitkan pendidikan anak-anak di desanya. Tak bekerja sendirian, Husnul mengajak serta teman-temannya untuk ikut membaktikan diri di TPM Tanyoe.
Di sini terlihat upaya tidak kenal henti dari para relawan pendidikan tersebut. Tanpa upah, bahkan harus siap mengorbankan waktu, tenaga, pikiran dan juga dana--minimal ongkos transportasi untuk menempuh perjalanan ke TPM Tanyoe di Desa Lambirah. Tidak kurang teman-teman aktivis yang berkuliah di Banda Aceh turut serta menyumbangkan waktu mereka untuk menjadi relawan pengajar--padahal jarak Desa Lambirah, Aceh Besar dari pusat kota Banda Aceh bisa mencapai 20 kilometer! Sebuah jarak yang subhanallah jauhnya--meminjam istilah dari pengurus TPM Tanyoe.
Sekedar diketahui, dalam usianya yang baru menjejak tiga tahun, keberadaan TPM Tanyoe telah membawa harum nama Desa Lambirah, Aceh Besar ke tingkat nasional bahkan ke mancanegara. Lantaran sirene berbuka puasa menyapa kami di tengah perjalanan, kami istirahat sejenak menikmati ta'jil di sebuah warung dan shalat maghrib sebelum melanjutkan perjalanan berkuda, eh, bermotor tersebut.
Suasana perjalanan menuju ke TPM Tanyoe diwarnai dengan jalanan persawahan yang gelap dan sepi. Kami banyak terbantu oleh penerangan jalan yang sepertinya baru dipasangi di tengah perjalanan. Azizi menceritakan bahwa dua tahun sebelumnya saat ia masih menjadi relawan di TPM Tanyoe, bahkan sama sekali tidak ada penerangan. Bisa dibayangkan jika kondisi tersebut dilengkapi dengan pemadaman listrik. Dalam perjalanan kami melewati Taman Rusa, sebuah tempat wisata keluarga yang bisa menjadi pilihan jika kamu berkunjung ke Desa Lambirah, Aceh Besar.
Ada pemandangan yang menarik saat kami baru tiba di tempat tersebut. Selesai acara berbuka puasa, anak-anak bergotong-royong untuk menggulung kembali ambal. Sejenak kemudian para pemuda menyusun kursi-kursi di bawah tenda acara. Budaya gotong royong tersebut sepertinya menjadi hal yang mulai asing di dalam masyarakat dewasa ini. Acara pengumuman pemenang lomba MTQ dan Refleksi 3 Tahun TPM Tanyoe akan segera dimulai selepas shalat tarawih. Namun karena terbatasnya tempat di meunasah (langgar), maka kami pun harus menunggu jama'ah tarawih selesai.
Kami sempat berbincang dengan Amir, salah seorang Pengurus TPM Tanyoe. Ia menceritakan bahwa inisiatif untuk menggerakkan TPM Tanyoe lahir dari masyarakat sendiri, dalam hal ini Husnul yang mendapat dukungan dari keluarganya. Bermula keprihatinan akan minimnya akses pendidikan bagi anak-anak di desanya, Husnul menggagas berdirinya TPM Tanyoe. Tidak sedikit cibiran yang diperolehnya sejak awal pendirian lembaga pendidikan berbasis masyarakat tersebut, namun hal tersebut justru menjadi pemicu semangat bagi mereka dalam menunjukkan bakti dan pengabdiannya kepada masyarakat. TPM Tanyoe saat ini dikelola oleh para pengurus tetap yang juga sebagai pengajar serta dibantu sejumlah pengurus tidak tetap.
Sumber: Facebook TPM Tanyoe
Sebuah panggung yang meriah telah dipersiapkan panitia. Di sebelah kanannya berjejer manis piala-piala yang ditata apik di sebuah rumah hias untuk para pemenang lomba Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ). Mengambil tema "Bersama mendidik generasi Qur'ani yang cerdas, peduli dan membumi", peringatan 3 tahun TPM Tanyoe ini dilaksanakan dengan khidmat. Tepat jam 10 malam, acara tasyakkuran peringatan 3 tahun TPM Tanyoe dibuka dengan pembacaan tilawah Al-Qur'an yang sangat merdu dari seorang Qari cilik.
Dalam sesi berikutnya Husnul, sang pendiri TPM Tanyoe menceritakan kisah perjuangan para relawan TPM Tanyoe bersama-sama dengan segenap elemen masyarakat Desa Lambirah, Aceh Besar dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak di desa tersebut. Kami juga disuguhkan film pendek karya TPM Tanyoe mengenai perjalanan 3 tahun lembaga pendidikan tersebut. Acara ini turut diisi dengan penampilan tari Likok Pulo oleh anak-anak binaan TPM Tanyoe. Tgk. H. Syukri Daud kemudian menyampaikan taushiyah dalam acara yang turut dihadiri oleh sejumlah pejabat teras pemerintah Kabupaten Aceh Besar ini.
Bagi sarjana yang memperoleh Cum Laude dengan IPK 3,89 pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Bahasa Inggris IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN) yang telah meraih sejumlah prestasi di tingkat nasional ini, lembaga pendidikan TPM Tanyoe yang telah mencapai usia tiga tahun, bukanlah sebuah usia yang sedikit. Alhamdulillah lembaga TPM Tanyoe telah mengukir berbagai prestasi mulai dari jenjang kabupaten, tingkat nasional bahkan kini telah dikenal hingga ke mancanegara.
Sumber: Facebook TPM Tanyoe
Di antara prestasi yang telah mengharumkan nama Desa Lambirah pada khususnya dan provinsi Aceh tersebut adalah penganugerahan Pilot Project tahun 2012 sebagai Gampong Layak Anak dan penyaluran beasiswa Baitul Maal bagi murid-murid berprestasi. Di tingkat nasional, pada awal tahun 2014 Husnul bersama lembaga pendidikan TPM Tanyoe yang dikelolanya juga meraih penghargaan Pelita Nusantara sebagai peserta termuda.
Bahkan pada pertengahan Agustus 2014 ini, Husnul yang akan mewakili TPM Tanyoe bersama-sama dengan wakil dari LCO Peukan Bada Aceh Besar diundang untuk mengikuti pertukaran mahasiswa Aceh - Jepang. Program tersebut merupakan program tahunan di mana pada tahun-tahun mendatang kesempatan yang sama akan diberikan bagi relawan TPM Tanyoe dan LCO lainnya.
Bertabur puja-puji dengan segala prestasi tersebut, Husnul berharap agar TPM Tanyoe beserta masyarakat tidak cepat berpuas diri dan terus berjuang untuk menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semangat yang dibawa oleh TPM Tanyoe yang memiliki motto pendidikan dari kita, oleh kita dan untuk kita ini diharapkannya dapat dimunculkan pula di tempat-tempat lainnya, dalam mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat yang terjangkau di seluruh Aceh, di seluruh Indonesia bahkan dunia. Berbagai keterbatasan semestinya tidak boleh menjadi kendala dalam memberikan akses pendidikan seluas-luasnya bagi masyarakat.
Sumber: Facebook TPM Tanyoe
Sebagaimana dikemukakan Husnul, pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak di suatu desa, yang pengajarnya adalah para pemuda dari desa tersebut, kemudian diperkuat dengan dukungan para orang tua merupakan sebuah kondisi ideal mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi generasi mendatang. Selamat ulang tahun yang ke-3 TPM Tanyoe. Semoga perjuangan dalam mewujudkan "pendidikan dari kita, oleh kita dan untuk kita" sesuai motto TPM Tanyoe tersebut senantiasa mendapat kemudahan dan keberkahan dari Allah Swt. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin.
"Horee ! Alhamdulillah. akhirnya sampai juga kami di sini !!"
Dokumentasi Pribadi Amru
Banda Aceh, 15 Juli 2014
wah inspiratif banget yaa sosok Husnul, btw maju terus TPM Tanyoe.
ReplyDeletesalut sama relawan-relawan TPM Tanyoe, semoga bisa terwujud pula di lebih banyak tempat di negeri kita yaa :-)
DeleteTPMT makin beken aja. Salut buat perjuangan husnul dan tmn2..
ReplyDeletebarakallah sigoe teuk (barakallah sekali lagi) :-)
ReplyDelete