Aku tak pernah berharap akan memperoleh "pencitraan" seperti itu.
Ketika pertama kali aku mengeluhkannya, sebuah cibiran hangat menyambutku, "memang kau siapa?" Beberapa memberi dukungan. Yang lainnya mendukung dan mengharapkan aku terus berjuang.
Oh, apakah karena aku terlalu sering menyendiri, terus menerus diuji seperti ini. Ataukah ini pengusiran halus, bukankah telah saatnya aku mandiri? Tidak lagi bergantung hidup di sini?
Apa hikmah di balik semua ini, yang tidak aku mengerti?
Hari ini sebuah surat menandai akhir pengharapanku, lalu kubiarkan solusi ataukah malah keputusasaan baru yang akan kudapati. Sebuah surat pembaca kembali aku kirimkan setelah sekian lama hidupku--dan keluargaku--diganggu oleh teror polusi udara dan bunyi oleh sebuah lembaga pelayanan publik di dekatku.
Meski mendapat beberapa keuntungan, tak dapat dipungkiri tinggal didekat rumah sakit memiliki banyak resiko. Hingga aku berharap pada pengharapan lainnya, seperti nasehat seorang teman, untuk mencari tempat tinggal yang baru.
Semoga, ada jalan ke sana. Insya Allah ...
Bismillah, beri kami petunjuk dan solusi ya Allah ...
Banda Aceh, 15 Februari 2015
=================================================================
Terganggu dengan Asap Limbah Insenarator dan Kebisingan Mesin Listrik RSUDZA
Saya warga Gampong Beurawe Kec. Kuta Alam Kota Banda Aceh merasa sangat terganggu dengan asap limbah insenarator dan bisingnya mesin listrik dari RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Gangguan tersebut sangat mengganggu aktivitas dan istirahat kami selaku warga yang tinggal bersebelahan dengan RSUD milik pemerintah provinsi Aceh ini.
Gangguan asap limbah insenarator ini telah berlangsung sejak tahun 2010 dan pengaduan kami sempat dimuat pada rubrik Droe Keudroe di harian ini pada tanggal 2 Januari 2014 dengan judul "Pembakaran Sampah RSUZA Ganggu Kenyamanan Warga". Namun hingga saat ini kegiatan pembakaran sampah diduga limbah medis tersebut terus berlangsung, bahkan dengan tingkat keseringan (intensitas) yang cenderung meningkat. Apabila sebelumnya pembakaran hanya dilakukan pada pagi hari kini pembakaran dilakukan seolah tidak mengenal waktu.
Di samping gangguan dari polusi udara, kami juga mendapat efek tidak nyaman dari gangguan mesin listrik yang menimbulkan suara bising yang memekakkan telinga. Kondisi ini telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir dan sangat mengganggu kami dalam beraktivitas.
Mohon pihak manajemen RSUDZA ataupun pihak lainnya yang lebih berwenang segera mengatasi gangguan kenyamanan yang telah berlarut-larut ini. Terima kasih atas kesediaan pihak Serambi Indonesia memuat surat kami.
Azhar Ilyas, SE
Jl. xxxxxxx No. xx Lr. E Beurawe Kec. Kuta Alam
Kota Banda Aceh 23124
Sent to admin aceh.tribunnews.com (Serambinews)
Sunday, 15 February 2015
17.40
Belum ada tanggapan untuk "Berhenti Berharap (?)"
Post a Comment