Masih berkaitan dengan tulisan saya sebelumnya, "Ketika Diundang Mendadak Jadi Pembicara di Radio", saya menemukan tulisan berikut yang menjadi pembelajaran bagi saya. Terasa berkesan saat membaca kalimat demi kalimat dari situs tersebut, lantaran saya sendiri sudah pernah mengalami walau sejauh ini masih menjadi pengalaman satu-satunya ber-cuap-cuap ria sebagai pembicara utama di sebuah acara radio. Sebuah tips yang sederhana namun luar biasa dampaknya bagi pemahaman saya tersebut saya peroleh dari postingan di sebuah situs jejaring komunitas tersebut akan saya bagi dalam tulisan saya kali ini.
Sebenarnya berbicara di depan publik itu sendiri sudah seusia dengan kita. Sejak lahir kita "berbicara" untuk mengungkapkan rasa lapar dan haus kita lewat media menangis. Seorang bayi kita perhatikan menggunakan tangisan untuk mengungkapkan keluh-kesah misalnya kondisi suhu udara yang kurang bersahabat atau pun tidak nyaman karena sudah buang air besar (BAB). Hal ini menunjukkan sejak kecil kita telah berusaha untuk mengkomunikasikan pikiran atau perasaan kita kepada publik (baca: khalayak ramai).
Sejatinya, kita tak pernah merasa gemetaran, minder, takut ataupun was-was. Jika ingin menangis yamenangis saja. Meskipun bagi yang mendengar tidak mengerti akan maksud dari tangisan tersebut. Kondisi psikologis seorang bayi yang baru lahir terbebas dari berbagai
mindset pikiran negatif yang kerap kali menghalangi seseorang ketika berbicara di depan umum. Bayangkan apabila seorang bayi keringatan, minder, ataupun grogi setiap kali dia ingin menangis untuk mengungkapkan perasaannya akan lapar, haus atau tidak nyaman yang merupakan perasaan hariannya untuk dapat bertahan hidup alias
survive.
* * *
Tips yang diberikan dalam tulisan yang saya peroleh dari postingan sebuah fanpage di sebuah situs jejaring komunitas tersebut adalah: hindari berupaya menampilkan diri sebagaimana seorang tokoh idola atau pun orang lain. Membacanya saja membuat saya terhenyak. Betapa tidak, sejak pertama kali saya belajar pidato saat masih sekolah atau pun mengikuti pengajian sore, saya senantiasa menjadikan contoh idola sebagai patokan. Namun tentu saja hal tersebut bermanfaat lantaran sebagai pembelajaran awal meniru adalah cara terbaik untuk belajar.
Saya ingat pertama kalinya saya mulai suka tampil di depan publik adalah saat di pengajian, di mana kami beberapa kali ikut dalam perlombaan seperti paduan suara antar pengajian sore atau pun lomba shalat berjama'ah dan shalat jenazah. Sementara untuk berbicara di depan umum telah beberapa kali juga mengikuti lomba meski hanya di tingkat sekolah dalam rangka perlombaan ekstra kurikuler. Juga ketika masih Tsanawiyah di mana saya mengikuti sebuah organisasi yang mengembangkan bakat dan kreativitas anggotanya yaitu Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA) yang berkantor di Mesjid Raya Baiturrahman.
Kembali lagi ke tips tadi, sebaiknya kita tidak berusaha meniru orang lain ketika berbicara di depan publik. Iya, saya setuju sekali. Apalagi saat membawakan materi mengenai pengembangan diri seperti yang saya lakukan waktu itu. Tanpa teks, tanpa persiapan. Ketika saya mencoba menampilkan gaya orang lain, saya jadi merasa terjebak bahwa saya mesti se-kualitas dengan orang yang saya tiru, yang berujung pada ketidakpercayaan diri. Semestinya-lah kita tetap berbicara dengan hati. Sampaikan saja apa yang ingin kita sampaikan dengan tetap memperhatikan bahwa apa pun yang kita sampaikan nantinya kita tetap memiliki rasa bahwa segala yang kita ucap akan diuji juga melalui sikap dan tindakan atau perilaku kita sehari-hari.
Tampillah apa adanya. Kira-kira begitulah pesan dari artikel tersebut. Seperti pengalaman saya waktu kali pertama berbicara di radio tersebut, lantaran terpaku pada kertas dan bahan menyebabkan saya gugup dan menyulitkan diri saya sendiri ketika berbicara. Setelah teman saya sang penyiar memberi saran untuk menyimpan saja bahan dan membiarkan pembicaraan mengalir, barulah presentasi tersebut bisa berjalan dengan lebih baik.
Intinya saya rasa, tampillah percaya diri. Persiapan yang matang dan jam terbang tentu saja akan sangat membantu. Namun tanpa pengalaman pertama, tidak akan ada pengalaman kedua, ketiga dan seterusnya.
Selamat mencoba. Tetap semangat!
^_^
Banda Aceh, 16 Oktober 2013
Pukul 12.18
Sumber: http://ht.ly/pRgzZ
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Tips Menjadi Pembicara Publik yang Baik"
Post a Comment