Procastrinate atau penundaan adalah sebuah sikap yang dapat menghambat kemajuan. Bagi aku, kamu, buat siapa saja. Penunda, menunda, tak ada habisnya.
Bait di atas saya temukan lagi dalam draft tulisan saya. Hari ini adalah tulisan ke-150 saya. Saya memilih ini lantaran sepertinya kata-kata ini sangat menarik. Nasehat yang terbaik seringkali adalah apa yang sering kau nasehatkan kepada orang lain. Kata-kata itu wejangan dari seorang abang leting yang masih teringat di benak saya.
Ada sebuah ungkapan yang seingat saya dikemukakan oleh seorang
Khulafaurrasyidin, 'Ali bin Abi Thalib radihiaallahu 'anhu sebagai
penutup. Ungkapan tersebut adalah waktu laksana pedang, jika kamu tidak
menggunakannya dengan baik maka ia akan menebas lehermu.
Menundanya nanti saja. Seingat saya, saya menemukan kalimat ini dari menonton tayangan Mario Teguh Golden Ways. Kata procastrinate juga saya kenali pertama kali di saat mengikuti kursus bahasa Inggris. Procastrinator berarti seorang penunda dan procastrinate adalah tindakan suka menunda-nunda pekerjaan. Kurang lebih seperti itu.
Sebuah hal kecil yang kita tunda-tunda bisa jadi akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari. Penundaan suatu hal bisa menjadi efek domino ketika beban pekerjaan terus bertambah dan bertambah sementara pekerjaan terdahulu kita tunda dan terus kita tunda sehingga lama-lama menumpuk.
Saya pernah melihat acara Nanny 911 atau acara sejenisnya, di mana dikisahka ada seorang orang tua memiliki permasalahan ketika ia kesulitan menyelesaikan permasalahannya sehingga rumahnya menjadi sangat berantakan. Banyak pekerjaan rumah tangga tidak terselesaikan dengan baik. Hari-harinya diisi dengan kerumitan dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, konon lagi mendidik anaknya menjadi lebih disiplin dan teratur.
Saat itu si pengasuh bayi atau dikenal dengan istilah Nanny memberi solusi. Si orang tua diambilkannya dua buah keranjang serta spidol dan kertas untuk ditulisi masing-masing daftar pekerjaan yang harus dilakukannya. Kemudian ia disuruh memberi tanda kepada sebuah keranjang dengan tanda "penting" dan keranjang satunya lagi dengan tanda "tidak penting". Hal tersebut untuk membantunya memilih prioritas pekerjaannya terlebih dahulu.
Teknik lainnya yang sebenarnya barangkali adalah penyempurnaan daripada teknik tersebut adalah membagi pekerjaan kita kepada empat kelompok:
1. Penting, mendesak.
2. Tidak penting, mendesak.
3. Penting, tidak mendesak.
4. Tidak penting, tidak mendesak.
Penting dan tidak penting menunjukkan tingkat urgenitas suatu pekerjaan bagi kita termasuk dampak yang dapat ditimbulkannya apabila tidak kita kerjakan. Sementara mendesak atau tidak mendesak lebih berbicara kepada soal waktu.
Sebenarnya teori penyusunan prioritas pekerjaan ini sederhana. Namun bila dilakukan manfaatnya akan sangat terasa. Pada dasarnya manusia sangat mudah untuk melupakan sesuatu sehingga menjadi penting untuk mencatat hal-hal yang akan kita lakukan (membuat planning atau perencanaan) dan melakukan apa yang kita tuliskan (organizing/executing atau pelaksanaan) dan menulis hasil dari apa yang telah kita lakukan (evaluating).
Demikianlah, semoga dapat menjadi nasehat dan pelajaran yang bermanfaat buat saya dan bagi pembaca.
Banda Aceh, 13 Februari 2014
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Menundanya Nanti Saja"
Post a Comment