Selama seminggu lebih ini saya berpikir, jika saya memilih hari Minggu untuk artikel bernuansa santai, hari Sabtu mestilah ada sesuatu yang saya suguhkan di blog ini. Saya rasa menuliskan sesuatu tentang nostalgia asyik juga. Kali ini tidak jauh-jauh dari dunia menulis, yaitu masa-masa pertama ketika suka mengisi mading.
Saat itu komputer masih barang baru, sekitar tahun 1998 ketika komputer pertama kami masih berusia batita. Jadi kebiasaan ditunjuk menjadi sekretaris karena "sudah bisa pegang komputer". Rental pengetikan juga masih tergolong langka ketika itu. Jadilah mulai suka menulis.
Saat masih duduk di Madrasah Tsanawiyah, teman saya Febi
mengumpulkan beberapa teman lainnya di mushalla sekolah, Didit, Rifky,
Vida, Amalia dan Zaki ikut bersama membahas format mading tersebut. Atas
inisiatif mereka maka dibentuklah pengurus mading tersebut. Namanya
ketika itu PEKA MBA, atau singkatan dari Pekntas Kreativitas dan Bakat
Siswa-siswi MTsN 1 Banda Aceh. Saat Madrasah Aliyah kesempatan untuk
mengelola mading sekolah tidak kami sia-siakan bersama OSIS dan Rohis
MAN Model Banda Aceh ketika itu.
Tulisan pertama saya di mading adalah mengetik ulang sebuah artikel saduran. Temanya masih cukup hangat saat ini. Masalah HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual. Barangkali bisa kita bahas juga di sini, atau bisa juga
deh ditelusuri di sini:
http://www.dgip.go.id/. Tak lupa saya cantumkan sumber sebagai rasa tanggung jawab dalam menyebar artikel saduran.
Nah,
ngomong-ngomong soal mading, ternyata banyak juga mereka yang mempunyai kegemaran menulis mengawalinya dari menulis di mading. Mading, yang menrupakan akronim dari majalah dinding merupakan sarana untuk menampilkan kreativitas kita. Kegemaran saya mengikuti berbagai organisasi sejak masih belia mempertemukan saya dengan beberapa mading: mading mesjid dan mading di sekolah.
Sekitar satu atau dua mingguan kami mengisi mading tersebut dengan berbagai karya. Kami juga menerima karya dari siswa-siswi lainnya. Ada yang menulis informasi, karya grafis, artikel humor, kutipan syair lagu, cerpen dan lainnya. Kami jadi bisa mengisi waktu luang kegiatan yang bermanfaat.
Mading menjadi awal dari kegemaran menulis. Blogging juga memiliki sedikit kesamaan. Kita bisa menata dan menampilkan karya-karya kita di sini yang bisa disaksikan banyak orang melalui dunia maya. Beberapa teman penulis di komunitas blogger yang saya ikuti juga memiliki curriculum vitae "pernah aktif di mading".
Seingat saya pernah menulis cerpen yang rada-rada humor dengan bahasa ala anak Betawi di mading. Cerpen itu saya tulis untuk tugas bahasa Indonesia dan langsung diapresiasi dari guru, meskipun sepertinya banyak sekali tata bahasa yang sebenarnya harus diperbaiki. Ketika itu saya mengikuti artikel beruntun dari sebuah rubrik klinik menulis di majalah Anita, di mana seorang penulis cerita kocak ala Lupus yang menjadi pengasuhnya. Sayang lupa sih dengan nama penulisnya dan majalah Anita-nya juga sudah tidak ada lagi.
Jadul banget itu majalah. Majalah remaja yang diminta kakakku berlangganan di samping surat kabar dan majalah anak-anak. Tapi sepertinya banyak cerita yang bagus-bagus yang barangkali penulis-penulisnya saat ini sudah dikenal dengan karya-karya novel berkualitas.
Aih, "lompat pagar" lagi ini dari tema. Ya, barangkali ini curahan rasa rindu untuk bisa mengarang cerpen lagi.
"Rinduu..., rindu serindu-rindunyaa ......"
(nyanyi-nyanyi sendiri)
Hmm, selepas sekolah juga pernah aktif di berbagai mading, cuma karyanya sudah mulai agak sepi dan akhirnya beralih jadi tempat pengumuman saja.
Oh iya, apa kamu juga punya pengalaman menarik bersama mading?
Banda Aceh, 22 Februari 2014
Artikel keren lainnya:
Hm, ternyata dirimu juga suka menulis cerpen toh? Ayo nulis cerpen lagih dan kumpulannya nanti diterbitkan di penerbitan saya. :)
ReplyDeleteBtw, yuk main ke blog fiksi saya... http://fiksi.alaikaabdullah.com
oho masih belum banyak sih... masih bisa dihitung jari,,, :) oke ke tekape....
Delete