Sore kemarin, saya bersama teman-teman kampus memutuskan untuk menikmati sore di sebuah warkop selepas sebuah jadwal kuliah tambahan. Dua piring indomie rebus, dua piring Mie Aceh rebus, dan masing-masing segelas teh tarik hangat, sanger dingin, teh dingin dan jus alpukat dengan sedikit susu kental manis coklat disajikan tak lama kemudian.
Saat sedang asyik berbincang, seorang teman mengingatkan kami pada sebuah kisah. Kisah ini diangkat dari novel termasyhur Laskar Pelangi. Meski saya belum sepenuh ingat, lantaran juga belum pernah membaca sampai tamat novel ini, tapi adegan "aamiin" itu masih terekam di ingatan.
id.wikipedia.org
Seorang anak, yang berteriak keras "aamiin" saat ia berdiri di belakang sang Imam. Hingga membuat orang-orang di sekitarnya merasa terganggu. Saya menyimak penuh perhatian, karena penasaran kelanjutan kisahnya. Soalnya belum pernah sih, baca novelnya. (Kemudian sembunyi di balik bantal)
Akhir cerita, saat anak kecil tadi sudah dewasa dan berkesempatan melanjutkan studinya di Eropa, dan mengimami suatu shalat jama'ah. Saat itu sang anak "kena batunya". Pelajaran itu datang dari seorang jama'ah yang membalas kelakuannya. Dan, ehm, pelajaran yang menohok itu menjadi bukti kekuasaan Sang Khalik. Tanpa menggurui, kisah ini memberi kesan mendalam.
Dunia memang adalah panggung sandiwara. Setiap kita bisa berperan selihai apapun, secerdik apapun. Tapi kita tak dapat mengabaikan bahwa suatu saat kelak, apa pun yang kita kerjakan pada hari ini akan kita saksikan kembali di hari perhitungan (yaumul hisab). Sehingga menjadi tugas dan kewajiban kita lah menjadikan diri kita pada hari esok agar hanya menyaksikan tayangan terbaik dan pantas semata.
Andrea Hirata telah menuliskannya dengan jelas: "Tuhan tahu, tapi menunggu." Arvan Pradiansyah, penulis pengembangan diri dan Aa Gym hampir serempak menyatakan: "orang hanya akan jatuh oleh kelakuannya sendiri". Chrisye dalam syairnya menyampaikan intisari dari Q.S. Yasin di mana anggota tubuh kita akan bersaksi atas segala perbuatan.
Sesungguhnya setiap perbuatan akan kembali balasannya pada diri kita sendiri. Saat ini banyak dari kita yang terjebak oleh kesenangan sesaat dari perbuatan keji dan mungkar, ketidakjujuran, kecurangan dan pengrusakan alam.
Namun satu demi satu, telah kita lihat dan saksikan manakala seseorang berbuat kebaikan, maka energi positif yang dilahirkannya akan kembali padanya. Di sisi lain, energi negatif hanya akan membawa kemalangan bagi pelakunya.
Sore sudah akan berpamit pulang. Sayup-sayup secara perlahan-lahan suasana langit berubah menjadi agak pekat. Sesekali alat-alat berat yang sedang mengerjakan proyek perbaikan infrastruktur jalan meramaikan suasana. "Semacam berkabut gitu, ya?" ujarku pada seorang temanku sambil mengenakan jaket. Angin bertiup seakan mengisyaratkan akan turunnya hujan.
"Iya, sepertinya. Asap dari Palembang, Sumsel," jawab temanku sambil menuju ke tempat ia memarkirkan kendaraannya. Sejenak kulayangkan pandangan ke angkasa di mana langit biru tak memunculkan lagi wajahnya.
aceh.tribunnews.com
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan tangan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), " Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah). (Q.S. Ar-Ruum: 41-42)
Banda Aceh, 20 September 2015.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Tuhan Tahu Tapi Menunggu"
Post a Comment