Setelah membuat janji sebelumnya, saya bersama teman-teman dari Gaminong Blogger (GIB): Bang Hijrah, Citra dan Mira berkunjung ke Desa Siem, Kec. Darussalam, Aceh Besar, untuk melihat dari dekat sentra kerajinan usaha tenun tradisional Aceh Songket Nyakmu. Songket Nyakmu adalah usaha kerajinan tenun tradisional yang telah dikembangkan secara turun temurun. Adalah Almh. Hj. Maryamu, atau yang dikenal dengan Nyakmu yang bekerja keras mempopulerkan dan mewariskan tradisi ini pada warga Desa Siem, Kec. Darussalam, Kab. Aceh Besar. Kami disambut hangat oleh Pak Anshari, menantu dari mendiang Nyakmu di rumah beliau.
Sesampainya di rumah beliau, kami dipersilakan duduk di ruang tamu di mana dipajang foto-foto penanda sejarah tenun "Ija Sungket" yang pernah meraih gelar Upakarti oleh Presiden Soeharto pada Desember 1991. Saya, Bang Hijrah, Citra dan Mira serta Hanum yang belakangan hadir menyimak dengan antusias penjelasan dari Pak Anshari dan Ibu Dahlia. Ibu Dahlia adalah putri dari Almh. Hj. Maryamu yang meneruskan tradisi menenun "Ija Sungket" ini.
Selain Ibu Dahlia, ada tiga perempuan Desa Siem yang segenerasi dengan beliau yang masih menjalani kegiatan menenun "Ija Sungket" ini. Seiring perkembangan zaman, tradisi menenun "Ija Sungket" mulai kurang diminati oleh generasi muda yang cenderung menekuni profesi yang lebih menjanjikan secara ekonomi. Mahalnya bahan baku menyebabkan pendapatan dari hasil menenun relatif kurang memadai.
Sambil menyimak penjelasan dari Pak Anshari dan Bu Dahlia, kami memperhatikan sejumlah hasil karya tenun dari koleksi Songket Aceh Nyakmu. Warna-warna cerah dipadukan dengan motif-motif yang mencapai 52 motif. Motif-motif tersebut diajarkan secara turun temurun oleh Nyak Mu, yang juga mewarisi keahlian menenun ini dari generasi pendahulu beliau.
Di masa jayanya, Songket Aceh Nyakmu kerap mengikuti pameran hingga ke mancanegara. Bahkan pada masa Gubernur Aceh Prof. Dr. Ibrahim Hasan, MBA, upaya Hj. Maryamu atau Nyakmu dalam melestarikan tradisi tenun tradisional songket Aceh ini mendapat penghargaan Upakarti yang diserahkan langsung oleh Presiden Soeharto pada Desember 1991. Dukungan pemerintah daerah yang besar kala itu untuk produk-produk kerajinan budaya Aceh sangat bermakna bagi sejarah perkembangan tenun Songket Aceh Nyakmu.
Setelah menyaksikan sejumlah songket dan foto-foto profil serta motif Songket Nyakmu, kami diajak berkeliling melihat-lihat peralatan songket di sebuah bangunan sederhana. Dari sebuah bangunan semi permanen yang tampaknya telah beumur puluhan tahun kami menyaksikan peralatan menenun tempat Songket Aceh Nyakmu dikerjakan. Di samping bangunan tersebut terdapat sebuah Rumoh Aceh yang merupakan tempat tinggal Nyakmu semasa hidupnya.
Di bawah rumah panggung tersebut terdapat sebuah alat pemintal benang hasil sumbangan pemerintah daerah Aceh. Alat tersebut kini sudah tidak dapat dipergunakan lagi oleh karena butuh perawatan khusus, di samping keahlian untuk memintal benang yang belum sempurna diwariskan oleh mendiang Nyakmu.
Dulu, dengan adanya alat pemintal benang ini usaha kerajinan tenun tradisional ini dapat menghemat biaya bahan baku dimana benang dipintal langsung dari bahan kepompong ulat sutera. Sayangnya, dengan tidak dapat dioperasikannya alat pemintal benang ini, Pak Anshari harus membeli dulu benang dengan harga yang relatif mahal.
Kami kemudian mampir ke rumah Kak Ida, seorang pengrajin "Ija Sungket" lainnya. Karena hari Minggu, maka sebagian peralatan menenun sudah dibawa pulang ke rumah. Di rumah itu kami diperlihatkan bagaimana cara memasukkan benang dan menghitung apabila terjadi kesalahan memasukkan benang. Wah, ternyata rumit juga ya pembuatan tenun "Ija Sungket" yang telah dipertahankan secara turun temurun oleh warga Desa Siem, Aceh Besar ini. Butuh ketekunan dan kesabaran serta kerapihan dalam mengerjakannya.
Salah satu kendala dalam pengembangan usaha tenun Songket Aceh Nyakmu selain dari prospek pemasarannya juga terkendala oleh terbatasnya pengetahuan tentang tenun tradisional khas Aceh itu sendiri. Banyak murid-murid binaan Almh. Hj. Maryamu yang sudah tersebar di daerah-daerah sehingga perlahan-lahan ilmu tersebut mulai hilang seiring pergantian generasi.
Meskipun perkembangan usaha kerajinan songket sedang mengalami masa surut, namun order pesanan terus berdatangan. Hingga bulan November 2015 ini daftar tunggu pesanan pembuatan songket sudah terisi penuh. Dapat dimaklumi, dengan jumlah pengrajin yang relatif dapat dihitung dengan jari, proses pengerjaan sebuah songket sendiri menghabiskan waktu hingga 15 hari lamanya. Para pengrajin songket di Desa Siem juga sangat menjaga akan kualitas dan keindahan hasil tenunan Songket Nyakmu.
Hari itu kami menyimak semangat dan kegigihan keluarga penerus Songket Aceh Nyakmu di Desa Siem, Kec. Darussalam, Aceh Besar dalam mempertahankan budaya tradisional Aceh -- warisan tradisi yang tak ternilai harganya. Saya pun kembali teringat diskusi bersama sahabat saat berwisata ke Ie Sue'um Krueng Raya, Aceh Besar beberapa waktu silam. Akan ada masanya kekayaan alam akan habis, dan di saat itulah masyarakat baru menyadari akan pentingnya menjaga kelestarian warisan budaya tradisionalnya. Kalau bukan kita siapa lagi dan kalau bukan sekarang kapan lagi.
Bagi kamu yang ingin mengenal lebih dekat ataupun memesan tenun Songket Aceh Nyakmu bisa mengunjungi:
FB Fanpage:
https://www.facebook.com/pages/Tenun-Songket-Aceh-Nyakmu/498164540285639
Twitter :
https://twitter.com/songketnyakmu
Blog :
http://songketacehnyakmu.blogspot.com
Instagram :
http://instagram.com/songket.nyakmu
Banda Aceh, 15 Juni 2015.
Foto-foto:
Koleksi Pribadi Blog Nowayreturn
Foto logo Songket Nyakmu bersumber dari FB fanpage Tenun Songket Aceh Nyakmu.
Artikel keren lainnya:
waah menarik banget postingan tentang songket Aceh. di beberapa kota, songket dan kain tradisional mulai dipadu padankan menjadi busana yang sesuai perkembangan zaman. Seperti kain songket yang awalnya digunakan untuk kain atau selendang, sekarang mulai digunakan untuk membuat rompi atau jas bagi laki-laki. Dan hal tersebut semakin membangkitkan gairah pengrajin memproduksi kain karena permintaannya tinggi.
ReplyDeleteIyaa benar sekali Mas Goiq... Di beberapa daerah songket mulai disisipkan dalam produk pakaian lainnya untuk menyesuaikan dengan selera konsumen, sempat melihat juga dari koleksi foto-foto songket Bang Hijrah dari beberapa daerah. Ini tentunya jadi tantangan tersendiri buat para desainer dan pengrajin untuk dapat membawa tenun tradisional ini tetap eksis yaa. :-)
Deletepadahal bagus2 tuh songketnya, kenapa nggak terangkat maksimal ya? :(
ReplyDeleteiya bang Yudi, semangat dan dorongan dari pemerintah daerah dan segenap masyarakat sangat diperlukan untuk mempromosikan hasil kerajinan tradisional Aceh,. Perlu will politic yang lebih nyata dan berkesinambungan untuk menjaga kelangsungan kerajinan dan budaya Aceh,
Delete