Berbicara semangatnya dalam berkarya, Putu Wijaya memang seolah tak ada habisnya. Saya ingat sebuah serial komedi situasi yang berjudul Perlu Ada Sandiwara yang juga merupakan karya Putu Wijaya. Ini adalah kisah seorang pasangan suami dan istri dari desa yang berangkat ke ibukota setelah memenangkan sayembara dengan total hadiah Rp 500 Juta.
Dalam sebuah sesi wawancara dengan Majalah Intisari, Putu Wijaya berbagi mengenai pengalamannya dalam dunia menulis kreatif. Saat itu sebagai pewawancara antara lain Yoris Sebastian yang mengasuh rubrik Creative Junkies Meet The Maestro. Ada beberapa poin penting yang saya catat dari artikel wawancara tersebut:
1. Bersikaplah
open-minded. Jangan membatasi diri dengan pola pikir sempit. Merasa diri paling benar adalah jalan tercepat untuk menjadi picik yang menutup pintu masuknya ide-ide brilian.
2. Otak manusia ibarat komputer kreativitas yang tiada batas.Bagaimana cara memberi makan otak tersebut, tentunya dengan input yang berkualitas, membaca, menulis dan berdiskusi.
3. Belajarlah untuk memahami keinginan diri, dan, latihlah berbicara dengan keinginan dalam diri. Putu Wijaya bisa menunda keinginan untuk kesenangan tertentu untuk menulis. Khusus untuk fisik, apabila terasa harus beristirahat, maka ia akan beristirahat. Bagi Putu, tubuh memiliki hak yang harus diberikan.
4. Tidak pernah menolak apabila istrinya meminta ditemani belanja. Baginya waktu tersebut adalah waktu spesial. Ia dapat menunda untuk menulis hanya untuk menemani sang istri. Romantis ya?
5. Berhenti menulis apabila semangat sedang meluap. Sebaliknya, apabila merasa buntu, ia justru memaksakan diri untuk menulis. Bagi Putu Wijaya, jika ia menghentikan tulisannya pada saat bersemangat, tulisan tersebut bisa dilanjutkan lagi kapan saja, karena ide tersebut masih hangat di pikirannya.
6. Putu Wijaya kerap melakukan proses menulis dalam kepala (MDK). Kita juga bisa mempraktekkannya apabila menulis sudah menjadi suatu kebiasaan. Hampir dalam setiap tulisan yang hendak dituangkannya, Putu Wijaya sudah tahu akan menulis apa, bagaimana alur ceritanya, dan sebagainya.
7. Pilihan kata Putu Wijaya senantiasa adalah kata-kata yang sederhana, mudah dicerna dan tidak bertele-tele. Tentang hal ini, Putu Wijaya menyebutkan resep dari sahabatnya Muchtar Lubis dalam membuat tulisannya lebih "bergizi". "Buang dua atau tiga paragraf pertama dari tulisan kamu, karena semua itu hanya kentut-kentutnya saja," ujar Putu sambil tertawa, mengenang ucapan sahabatnya.
8. Bila kita perhatikan di hampir setiap judul karyanya, Putu Wijaya biasa memberikan judul-judul pendek, seperti pada karya novelnya:
Klop, Perang, Putri, Protes, Yel, Telegram, Pabrik dan
Stasiun. Semuanya hanya terdiri dari satu kata. Demikian pula dengan karya dramanya yang berjudul
Aduh, Trik dan Setan. Juga judul film
Perawan Desa dan
Kembang Kertas yang hanya dua kata. Hal ini bertujuan agar lebih mudah diingat.
Semoga berbagai tips kreatif dari Putu Wijaya dapat bermanfaat dalam menyemangati semangat menulis kita.
tips yang bemanfaat banget.
ReplyDeletePoin nomor 1 jleb banget. Open-minded. Di era media sosial yang kian menggila ini, betapa sulitnya kita menemukan orang yang memiliki pikiran terbuka. Yang banyak kita temu adalah mereka yang merasa paling benar, merasa paling banyak pahalanya, dan merasa sudah mendapat lapak di surga :D
ReplyDeleteTrims Mas Ari Goiq :-)
ReplyDeleteYup bener, kalau kita udah merasa menemukan kebenaran mutlak, kudu hati-hati. Semacam jebakan betmen itu. Hehe...
ReplyDelete