Ini adalah bait-bait lagu yang diperkenalkan di masa TPA alias Taman Pendidikan Al-Qur'an, tempat mengaji di masa kecil dahulu. Saya mengaji di TPA Keuramat Banda Aceh, yang dulunya merupakan salah satu tempat orang tua menitipkan anak-anaknya belajar membaca dan menulis Al-Qur'an dengan metode yang baru dikenali saat itu, Metode Iqra'.
Metode Iqra' tergolong relatif lebih mudah untuk mempercepat anak belajar membaca Al-Qur'an. Dengan menyamaratakan bacaan huruf ke dalam vokal "a" (yaitu; a, ba. ta. tsa. ja. ha. kha. da. dza. ra. za dan seterusnya) membuat anak-anak lebih cepat mengingat aksara Arab tersebut, sehingga memudahkannya untuk membaca Al-Qur'an.
Tidak hanya membaca, pelajaran dilengkapi dengan sesi menulis dan klasikal sebelum dan sesudah mengaji yang diisi dengan materi-materi keagamaan yang terjadwal dalam kurikulum, seperti praktek ibadah, hafalan bacaan shalat, dan cerita-cerita sejarah Islam.
Saya paling mengingat dengan beberapa orang ustaz, khususnya yang mengisi klasikal dengan sejarah Islam. Ada seorang ustaz yang sangat pandai membawakan cerita-cerita keislaman dengan sangat komunikatif. Nama beliau adalah Ustaz Samwil. Dengan gaya bercerita yang khas, beliau pandai mengambil hati kami untuk ikut menyimak paparan sejarah Islam dari beliau.
Tak jarang cerita yang dibawakannya dibuat secara bersambung, sehingga jika jam klasikal pertama habis dan itu tandanya kami harus masuk ke kelas untuk menerima pelajaran maka kami akan sangat menanti-nantikan saat klasikal penutup di mana cerita itu akan dilanjutkan sebelum kami pulang. Biasanya cerita shirah nabawiyah ada di setiap hari Kamis, maka kami akan menanti-nantikan kelanjutannya.
Setelah TPA, saya kemudian melanjutkan lagi dengan TQA yang merupakan singkatan dari Ta'limul Qur'an Lil-Aulad atau bila diartikan berarti pendidikan Al-Qur'an untuk anak-anak. Di sini kami lebih dari sekedar belajar membaca dan menulis Al-Qur'an, kami dibekali dengan pelajaran tambahan seperti Khath (kaligrafi Arab), menghafal Al-Qur'an (tahfizh) dan membaca dengan cara tilawah (membaca dengan irama tertentu yang biasa diperlombakan dalam Musabaqah Tilawatil Qur'an).
Saya sangat menyukai pelajaran kaligrafi, meskipun belum bisa menulis dengan indah. Berulang kali guru saya, Ustaz Saifullah mengulang-ulang pesan beliau dengan tegas bahwa tanpa latihan tidak akan pernah ada hasil tulisan yang indah. Pesan beliau masih terkenang hingga kini.
Yang menarik selain metode Iqra' dan kurikulumnya, dalam klasikal juga tak jarang kami diajarkan beberapa nasyid dan shalawat. Bagi murid yang masih berusia kanak-kanak mereka juga disediakan Taman Kanak-Kanak Al-Qur'an (TKA). Namun karena keterbatasan tempat maka hari belajar mereka tidak bersamaan dengan kami. Kami bergantian menggunakan ruang belajar di sebuah rumah di samping mesjid yang seingat saya merupakan sumbangsih dari warga setempat.
Di antara lagu-lagu tersebut ada yang merupakan gubahan dari lagu anak-anak populer. Misalnya lagu (saya lupa judulnya) Kalau Hati Senang. Dalam lagu anak-anak "modern" syairnya berbunyi sebagai berikut:
Kalau hati senang tepuk tangan (2x)
Kalau hati senang, mari bersenang-senang, kalau hati senang tepuk tangan.
Setelah digubah, menjadi:
Kalau hati senang syukur pada .... Allah.
Kalau hati senang syukur pada .... Allah.
Kalau hati senang syukurlah pada Allah, kalau hati senang syukur pada .... Allah.
(saat menyebut Allah, sang Ustaz memberi isyarat agar anak-anak yang menyambung lagunya, dan anak-anak pun menyebut lafazh Allah dengan semangat)
Kalau hati susah ingat susah ..... Rasul.
Kalau hati susah ingat susah .... Rasul.
Kalau hati susah ingatlah susah Rasul, kalau hati susah ingat susah ....... Rasul.
Satu lagi lagi, yaa... Berikut ini iramanya dari lagu Kosong-kosong. Saya tak begitu hafal lagu aslinya, tapi berikut gubahannya:
Amal apa, amal apa, yang disukai Allah.
Sembahyanglah sembahyanglah tepat pada waktunya*
Apalagi, apalagi yang disukai Allah
Shalawatlah, shalawatlah pada Nabi Muhammad.
Apalagi, apalagi yang disukai Allah
Berbaktilah, berbaktilah pada ibu dan ayah
Apalagi, apalagi yang disukai Allah
Berjuanglah, berjuanglah. Berjuang di jalan Allah.
Ternyata setelah mendengarkan sebuah ceramah, pesan yang disampaikan dalam lagu tersebut merupakan intisari dari sebuah hadits. Dengan penyampaian melalui lagu tersebut membantu agar pesan tersebut mudah diingat oleh anak-anak atau siapa saja yang mendengarkannya.
Hmm, satu lagi deh. Sebagai penutup. Ini lagu Mars Taman Pendidikan Al-Qur'an. Semoga dapat membuka mata hati kita untuk dapat lebih dekat lagi dengan A-Qur'an. Potongan lagunya saja yang paling menyentuh dan masih teringat hingga kini:
Kalau kau jauh dari Al-Qur'an, akhirnya pasti akan sengsara.
Kacau di dunia rusak binasa di akhirat mendapat siksa
Kacau di dunia, rusak binasa di akhirat mendapat siksa.
Demikian kisah nostalgia saya di masa-masa awal belajar Al-Qur'an. Tak ada kata tamat untuk mempelajari Al-Qur'an, mari kita senantiasa belajar dan mengajarkan Al-Qur'an. Menuntut ilmu dari buaian hingga akhir hayat kita.
"Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya." (Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari)
Banda Aceh, 27 Maret 2014
*) sembahyang = shalat
Artikel keren lainnya:
Kakak waktu kecil dulu tidak menggunakan Iqra karena sudah bisa baca Quran hehehe
ReplyDeleteIyaa Kakak. Iqra juga baru di awal-awal tahun 1990-an. Kami ketinggalan ya, mulainya :-)
DeleteWah, saya gak pernah diajarin lagu itu, Bang Azhar.
ReplyDelete#kecewa